Engkau Alasan Ku Hidup | Jacqlien Celosse

[Kesaksian]

Kata dokter yang memeriksa saya, akibat kehamilan di luar kandungan, maka hal ini sangat membahayakan jiwa saya. Bayi itu harus dikuret atau dengan kata lain harus digugurkan. Wah, saya kaget bukan main.

Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku. (Filipi 4:13).

Jacqlien Celosse – Engkau Alasan Ku Hidup. Shalom, begini kisahnya :

Sekilas Jacqline Cellose

Sejak kecil ia hidup dalam keluarga yang “broken home”. Tiada hari tanpa cekcok di antara ayah dan ibunya. Bahkan, di usia 12 tahun, ia divonis mati oleh dokter akibat penyakit syaraf yang dideritanya pada otak bagian kiri. Dia hanya akan tetap hidup kalau makan obat setiap hari.”Tanpa obat, kau takkan berumur panjang” demikian kata dokter. Maka lengkaplah sudah penderitaan hidupnya. Namun, Tuhan menghendaki ia tetap hidup agar melalui dirinya, orang dapat melihat KemuliaanNya. Ditemui di rumahnya, JACQLIEN CELOSSE, wanita kelahiran Manado tanggal 11 Maret 1973, mantan pecandu obat bius yang kini menjadi penginjil mendampingi suaminya, Pdt. David Novendus, menceritakan pengalamannya dijamah oleh Tuhan Yesus Kristus, kepada Pengasuh BULETIN GKJMB.

Sampai di mana kebenaran cerita yang mengatakan bahwa anda menderita penyakit syaraf otak?

Begini ceritanya, sejak kecil sampai 7 atau 8 tahun lalu, saya hidup dalam satu keluarga yang berantakan. Papi dan mami saya bertengkar terus. Pokoknya tiap hari tanpa ribut. Saya stres berat sekali. Setiap kali saya pergi sekolah saya merasa takut. Bukan takut akan sekolahnya. Tetapi, takut kalau-kalau saat saya pulang, papi saya sudah ada di kantor polisi karena terlalu sering ribut sama mami. Saya rindu sekali memiliki orangtua yang rukun kehidupannya. Saya pikir, mengapa banyak teman saya yang memiliki orangtua yang hidupnya rukun dan berbahagia. Saya kok tidak? Rasanya saya kecewa sekali kepada Tuhan. Mungkin, karena terlalu sering memikirkan keadaan ini saya menderita sakit pada kepala saya. Setelah dokter memeriksa, ternyata saya kena sakit syaraf di otak bagian kiri.

Konon, anda divonis mati?

Ya, betul. Kata dokter saya hanya bisa hidup dengan makan obat secara teratur. Tanpa obat saya akan mati. Obat yang saya makan setiap hari memberi dampak buruk bagi kesehatan saya. Mata saya tak bisa melihat dengan baik sehingga harus menggunakan kacamata atau kontak lens. Akibat penggunaan obat yang terus-menerus berakibat buruk pula pada ginjal saya sehingga tak berfungsi dengan baik.

Maaf, ada kabar anda dulunya penyanyi kelab malam. Sebenarnya bagaimana?

Oh, bukan, bukan. Saya bukan penyanyi kelab malam. Dulu semasa masih remaja, saya sering ikut-ikutan nyanyi bersama band anak-anak muda. Mereka anak-anak sekolah juga. Kami manggung atau naik pentas kalau ada pesta sekolahan atau ada rekan yang berulang tahun. Ya, namanya saja anak muda senang musik keras. Bisa bayangkan bagaimana kehidupan remaja saya saat itu. Di rumah, papi mami cekcok terus.Akhirnya tak ada damai sejahtera. Saya mulai mencoba obat-obatan terlarang bahkan menjadi pecandu obat bius. Pokoknya segala jenis pernah saya coba. Dengan minum obat-obatan terlarang saya mencoba menghibur diri. Namun, saya tetap tak bisa memperoleh jalan ke luar. Saya rindu orang tua saya dipulihkan dan rumah tangga kami memperoleh damai sejahtera. Sungguh saya kecewa saat itu. Saya mencoba minum obat pembunuh serangga, Johny walkter ditambah spiritus. Toh, saya tak bisa memperoleh ketenangan. Saya pikir alangkah baiknya jika saya mati saja. Namun, rupanya Tuhan tak menghendaki saya mati dulu.
Lalu, bagaimana anda bisa melepaskan diri dari semuanya itu?

Suatu hari saya berjumpa dengan seseorang. Dia menyalami saya dengan rasa hangat. Ucapannya saat itu sangat menenangkan hati saya. Hati, rasanya lega sekali. Dia berkata, “Tuhan memberkatimu”. Ada sesuatu yang indah mengalir dalam diri dan hati saya. Tak pernah perasaan seperti itu saya alami. Saya percaya, kalau Tuhan memberkati saya, pasti Tuhan akan memberikan saya jalan ke luar dari masalah yang saya alami. Tuhan akan mengampuni segala dosa saya dan Tuhan akan memulihkan keluarga saya. Semuanya pasti akan dipuluhkan. Sejak itu timbullah pengharapan dalam hati saya. Kalau saya percaya kepada Tuhan Yesus. Saya mau diubah olehNya. Suatu saat, ketika saya sedang mengikuti kebaktian, ada seorang Hamba Tuhan yang menumpangkan tangan kepada saya dan berkata.”Pulanglah. Kamu sudah sembuh dan dosamu sudah diampuni olehNya!”. Saya pulang dengan tekad menyerahkan seluruh masalah saya kepada Tuhan. Saya membuang seluruh obat-obatan yang harus saya makan tiap hari. Saya buang seluruh obat saya di dalam nama Yesus Kristus!

Selanjutnya?

Saya mengalami banyak tantangan. Papi saya sendiri sangat menentang keputusan saya itu. Ia merasa ditantang karena saya tak mau minum obat lagi.

Maksud anda?

Papi berpendapat, kalau saya sakit pada syaraf saya, seharusnya tetap minum obat. Bukan membuang obat itu. Papi marah, sehingga suatu saat, selagi saya berada di sebuah gereja mengikuti suatu kebaktian, ia datang sambil membawa parang. Wajahnya begitu merah dan memandang saya seperti mau melumat saya bulat-bulat. Tapi, saya sudah bertekad hidup mengikuti Tuhan. Dia takkan meninggalkan orang yang berseru kepadaNya. Saya berpegang teguh akan Firman Tuhan dalam Bilangan 14 : 28 “Katakanlah kepada mereka: Demi Aku yang hidup, demikianlah Firman TUHAN, bahwasanya seperti yang kamu katakan di hadapanKu, demikianlah akan Kulakukan kepadamu!”. Sungguh saya tak merasa gentar sedikitpun.

Perubahan apa yang anda alami setelah menyerahkan seluruh hidup anda kepada Tuhan?

Tanpa obat saya tetap hidup. Kesehatan saya berangsur baik. Suatu hari saya pergi ke dokter dan mengecek mata saya. Ternyata tanpa kontak lens saya bisa melihat dengan jelas. Puji Tuhan. Penyakit ginjal saya akibat terlalu sering makan obat, juga hilang. Setiap malam saya berdoa dan terus doa untuk pemulihan keutuhan rumah tangga kami, yaitu untuk kehidupan papi dan mami saya. Dan, lagi-lagi Tuhan menyatakan kuasaNya. Papi dan mami saya yang tadinya sering cekcok dan ingin bercerai ternyata membatalkan niat mereka. Tak ada perceraian. Papi dan mami saya rukun kembali. Puji Tuhan. Saya rasakan Tuhan begitu baik. Dulu papi dan mami saya memang orang Kristen.Cuma, ya…..namanya doang Kristen namun tak tahu siapa Yesus Kristus itu. Saya ingat, di rumah kami memang ada kalender yang bergambar Tuhan Yesus. Tapi, kami tak tahu siapa Dia sebenarnya.

Belakangan ini anda sering bersaksi di mana-mana. Apa saja kesaksian anda?

Selain divonis takkan hidup tanpa minum obat, sayapun pernah menderita penyakit kanker pada payu dara saya. Payu dara saya mengeras dan kata dokter sudah berwarna hitam di bagian dalamnya seandainya dibelah, akibat penyakit kanker yang saya derita. Dan, jalan satu-satunya untuk menyelesaikan masalah ini ialah, saya harus masuk kamar operasi. Bisa anda bayangkan bagaimana mungkin seorang perempuan hidup tanpa payu dara? Rasanya tak sempurna, bukan? Saya lalu berdoa dan berdoa. Terus saya berdoa kepada Tuhan agar penyakit kanker itu itu disembuhkan. Dan, sekali lagi Puji Tuhan! Suatu saat ketika tiba saatnya untuk dioperasi, dokter mengadakan pengecekan terakhir. Dia heran, karena penyakit itu sudah tak ada lagi! Tuhan Yesus telah menyembuhkan penyakit yang saya derita.

Cuma itu?

Masih ada. Ini terjadi setelah saya menikah dan kemudian hamil. Kata dokter saya hamil di luar kandungan dan saat itu usia bayi dalam kandungan saya sudah 2 bulan. Kata dokter yang memeriksa saya, akibat kehamilan di luar kandungan, maka hal ini sangat membahayakan jiwa saya. Bayi itu harus dikuret atau dengan kata lain harus digugurkan. Wah, saya kaget bukan main. Namun, saya tetap memegang Firman Tuhan yang penuh kuasa. Tiap malam saya berdoa bersama suami saya. Tak lupa suami saya menumpangkan tangan pada kandungan saya agar letak bayi kami bisa kembali normal. Tiap malam, kami melakukan hal ini. Ketika saya datang lagi ke dokter untuk memeriksakan bayi saya, ternyata dokter itu geleng-geleng kepala. Bayi saya sudah masuk lagi ke dalam kandungan seperti bayi normal lainnya.

Tak keberatan bercerita mengenai suami anda? Kenalnya di mana?

Ha ha ha…waktu itu saya sedang dalam pelayanan dari Jakarta menuju ke Semarang. Oh, ya. Hampir lupa. Suami saya namanya David Novendus. Dia pendeta. Kami jumpa di Ungaran di Bukit Doa. Kalau saat itu saya dari Jakarta ke Semarang, dia dari Surabaya ke Jakarta. Kebetulan dia juga mau ke Bukit Doa. Nah, kami bertemu di situ. Selanjutnya, Tuhan memang telah menjodohkan kami berdua untuk bersatu menjadi suami istri. Kami menikah tanggal 27 Desember 1995, di Jakarta.

Berapa jumlah anak anda sekarang?

Cuma satu, perempuan. Lahirnya 4 Januari 1997 dan kami beri nama Karen Serona.Mau tahu artinya? Karen, berarti anak cantik yang takut akan Tuhan.

Jadi, kalau tak cantik, tak takut akan Tuhan?

Engga gitu dong.

Arti Serona?

Serona, artinya Song Of Joy. Nama itu saya lihat sewaktu berada di berada di Yerusalem. Saya pikir artinya bagus sekali, sehingga saya abadikan untuk nama putri kami.

Satu pertanyaan lagi. Mengingat anda pernah terlibat obat bius, ada pesan buat generasi sekarang?

Dosa itu enak. Awalnya dia menggoda. Kalau sudah kena, benar-benar menjadi biang bahaya. Karena itu, jauhilah obat bius. Hargailah udara yang kita hirup, nafas kita, yang semuanya itu kita peroleh dari Tuhan.

Kesaksian Jacqline Cellose :

Aku menatap sosok wanita cantik di atas panggung yang megah itu. Wanita itu memang sudah tidak belia lagi, tetapi masih terlihat kecantikannya yang terpancar, bukan hanya dari rambut atau wajahnya, tetapi dari hatinya yang penuh dengan iman. ” Tuhan Yesus itu baik, bukan karena Dia adalah penyembuh, tetapi karena Dia memang baik” , ucap Jacqline Cellose, seorang penyanyi rohani yang pernah mengidap sebuah penyakit langka selama 4 tahun. Sebuah penyakit yang menyebabkan imun tubuhnya menyerang tubuhnya sendiri. Di tubuhnya ada 15 benjolan.

Masa ketika dia sakit, bukan masa yang mudah dilalui olehnya. Bukan hanya rasa sakit yang menyiksa ketika sakitnya kambuh, namun juga tekanan batin yang harus dia alami. Ada orang-orang yang meminta bantuan dana untuk pengobatannya, tetapi dananya tidak pernah diberikan kepadanya. Ada yang mencibirnya ” Kok, Hamba Tuhan minta-minta sumbangan”, padahal dia sama sekali tidak meminta. Belum lagi suaminya yang adalah seorang hamba Tuhan full time juga kena imbasnya. ada gereja yang mencibir ” istrinya sendiri tidak dapat disembuhkan, bagaimana dia bisa mendoakan orang lain?”

Ada masa-masa yang panjang, dimana rasanya ketika dia berteriak kepada Tuhan, namun rasanya tak ada jawaban. Dia terus berteriak, siang dan malam. Dia mengatakan, dia seperti pengemis buta yang terus berteriak ” Yesus anak Daud, kasihanilah aku!” Dirinya hanya berharap, Tuhan mau berhenti dan melihat dirinya. Ada saatnya rasanya mau give up, sudah tidak tahan lagi. Ada saatnya kadang bertanya ” Tuhan apakah Engkau mengasihi aku?” Namun kemudian dia menangis meminta ampun karena meragukan Tuhan.

Ada saatnya dia hanya dapat mengangkat tangannya kepada Tuhan di atas pembaringan dan mengatakan ” Aku menyembah-Mu Tuhan, bukan karena Engkau adalah penyembuh, tetapi karena Engkau memang layak untuk disembah.” Pada saat itu dia masih terbaring sakit.

Disaat-saat paling kelam itulah Jacqlien benar-benar mengalami Tuhan lebih lagi. Tuhan yang menyertai dia dan menguatkan dia. Tuhan yang memampukan dirinya melewati semuanya. Dia tahu apapun yang dia alami adalah baik adanya, sekalipun tampaknya tidak baik.

Bukan hanya itu saja, kedua anaknya juga menderita sakit. Yang kecil sakit bocor usus, yang besar sakit yang kalau kata dokter singapore kasus kebanyakan orang biasanya sudah mengarah ke cancer. Anaknya yang besar ini selama 8 bulan berhenti dari sekolah karena depresi. Dia merasa lelah karena harus terus menerus ke dokter. Namun Jacqlien teru menguatkan anaknya ” , ” Walaupun kita tidak mengerti, imanilah bahwa Tuhan itu tetap baik.”

Well, jujur ya, kalau yang bicara adalah orang yang sedang dalam kondisi yang baik-baik saja, saya bisa mendengar sambil lalu. Tetapi perkataan ini keluar dari mulut orang yang seperti sudah jatuh dari tangga, guling-guling tertimpa tangga, diinjak kucing pula. Bayangkan, sampai ada orang yang mengatakan kepadanya ” Kamu pasti kena kutukan turunan. Kamu pasti ada dosa yang belum diakui, dll” Coba bayangkan sendiri kalau kita ada diposisinya, apa rasanya diperlakukan seperti itu?

Jacqlien terus berdoa agar anaknya dapat benar-benar mengsihi Tuhan. Suatu hari anaknya berkata bahwa dirinya mau melayani Tuhan.

” Tetapi melayani sebagai apa?”
” Apa saja, kalau kamu bisa menggulung kabel, lakukan itu”

Benar anaknya mulai belajar melayani Tuhan, dalam kondisinya yang masih sakit. Pada saat itu, bukan hanya belajar untuk tetap mempercayai Tuhan bahwa Dia adalah Tuhan yang baik, bahkan anaknya belajar untuk mengasihi Tuhan dan melayani-Nya. Dia melakukan apa saja yang bisa dia kerjakan di gereja. Sampai akhirnya di awal tahun 2012 anaknya sakit karena kelelahan. Pada saat itu, Jacqlien sempat bertanya-tanya kepada Tuhan, ” Anakku melayani Engkau, mengapa justru kondisinya memburuk seperti ini? ” Namun ternyata saat diperiksa, hasil tes menunjukan apa yang dulu positif2, sekarang jadi negatif. 90% anaknya sudah sembuh. kini sudah 100% kesembuhannya.

Puji Tuhan saat ini dirinya juga sudah sembuh dan dia memberikan kesaksian bagi banyak orang.Dirinya bukan hanya bersaksi bahwa Tuhan sanggup menyembuhkan dirinya dan anak-anak-Nya. Namun Tuhan juga adalah Allah yang adalah baik adanya, sekalipun Dia mengijinkan hal yang kelihatannya buruk terjadi di dalam kehidupan kita. Jacqlien memberikan teladan bagaimana tetap mengasihi Tuhan di tengah gelombang badai kehidupan yang begitu besar.

Lagu dibawah ini adalah lagu ciptaan dirinya sendiri, ditulis saat Jacqlien masih dalam lembah kekelaman yang begitu panjang. “Engkaulah Alasan Ku Hidup”

“Engkau Alasan Ku Hidup”

KU HIDUP KARNA ANUGRAH-MU
TIADA SATUPUN DAPAT KUBANGGAKAN
SEMUA KARENA CINTA-MU
INI HIDUPKU, PIMPIN JALANKU

KASIH-MU MENGUBAH HIDUPKU
KAU MEMILIHKU, SLAMATKAN HIDUPKU
SEMUA KARENA CINTA-MU
INI HIDUPKU, PIMPIN JALANKU

Reff :
YESUS PEGANG ERAT TANGANKU
KU TAK DAPAT HIDUP DI LUAR KASIH-MU
BAPA JANGAN TINGGALKAN AKU
ENGKAU ALASAN SLAMA KU HIDUP

Jacqlien Celosse pernah mengatakan :

“Tuhan, saya tidak tahu apakah Engkau akan menolong saya dan keluarga saya dari sakit penyakit yang saya dan anak saya alami, tapi satu hal yang pasti, saya dan anak saya akan selalu mencintai Engkau, tidak peduli apakah Engkau akan menolong kami atau tidak.”
—– Demikian Jacqlien Celosse mengakhiri kesaksiannya ….

Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku. (Filipi 4:13).

Salam kasih dan persaudaraan. Tetap Saling Mengasihi Sesama dan tetap Semangat. Tuhan Yesus Memberkati. Amin.

Sumber: http://tuaianakhirzaman.blogspot.co.id 

Leave a Comment