JAWABAN DOA DISAAT KRITIS

Bapak Bert Rotinsulu adalah seorang rohaniwan yang juga aktif dalam kegiatan kemanusiaan yang banyak menolong orang lain. Dalam suatu pertemuan bedah buku bersama rohaniwan lainnya, sesuatu terjadi. Ia merasakan dada kirinya serasa ditusuk dan ada beban berat yang menekan dadanya. Merasakan dirinya mengalami gangguan kesehatan, ia hendak minta diri untuk pulang lebih dulu, namun kemudian ia jatuh pingsan. Bapak Bert telah mengalami serangan jantung yang parah. Dia dilarikan ke rumah sakit dan mendapat penanganan di bagian jantung.

Saat itu bapak Bert telah mengalami kelumpuhan, tangan dan kaki lemas tidak dapat digerakkan. Mulut dalam keadaan terkunci, ia tidak dapat lagi mengucapkan sepatah katapun kecuali anggukan atas pertanyaan dokter. Tindakan satu diambil dokter untuk melihat reaksi saraf dengan memukul lututnya dengan palu karet dan menggores kaki untuk melihat respon, tidak ditemukan reaksi positif, ia menjadi lumpuh. Seorang rekan pelayanannya, ibu Non Rawung yang datang menjenguknya, memaparkan keadaannya : “Saat saya datang, bapak Bert benar-benar dalam keadaan lumpuh dan seperti tidak ada harapan”. “Dan terlebih serangan jantung yang kembali terjadi membuat tubuhnya yang lumpuh seperti terlonjak-lonjak”. Melihat hal itu dokter berusaha memasukkan obat ke bagian bawah mulutnya, namun mulut itu tidak dapat dibuka, seperti terkunci. Mata bapak Bert membelalak keatas. “Saya seperti akan melihat kepergian seorang teman!”, ibu Non Rawung menambahkan.

Melihat keadaan yang bertambah gawat bapak Bert kemudian mendapat tindakan kedua yaitu suntikan obat penenang sebanyak dua ampul. Hal ini tidak banyak menolong. Dokter kemudian mengambil keputusan untuk melakukan tindakan operasi untuk menyelamatkan nyawanya. Dan ibu Non Rawung sebagai rekan yang ada disaat tersebut diminta izinnya untuk diadakannya operasi. Merasa tidak berhak dengan keputusan tersebut, apalagi resiko meninggal dalam operasi yang cukup besar, ibu Non Rawung menolak hal ini. Namun ia kemudian datang pada bapak Bert, memberikan dukungan iman dan doa. Ibu Non juga mengambil keputusan menghubungi rekan-rekan pelayanan yang lain untuk berdoa bagi keadaan ini.

Dokter masih berusaha mengambil beberapa tindakan untuk memasukkan obat. Saat itu bapak Bert telah menyerahkan segala sesuatunya pada Tuhan, ia telah berserah. Namun setelah ia berserah pada Tuhan, sesuatu terjadi. Tubuh yang dingin dan lumpuh mulai merasakan jamahan. Kemudian bapak Bert seperti mendengar suara Tuhan yang menguatkannya agar dia tidak menjadi takut dengan hal ini karena sesungguhnya keadaan tubuhnya ada dalam kendali Tuhan.

Pemulihan dari Tuhan mulai terjadi, kekuatan yang baru masuk kedalam tubuhnya. Saat itu juga ternyata bapak Bert mendapat tenaga yang baru, ia telah dapat mengambil posisi duduk. Tentu dokter melarang dia melakukan hal ini. Namun bapak Bert mengatakan bahwa Tuhan telah melawat dan memulihkan dia saat itu juga. Untuk membuktikan hal ini, pak Bert mengangkat tangannya dan menyanyikan lagu untuk memuji kebesaran Tuhan. Ia juga menaikkan doa syukur pada Tuhan.

Ibu Non Rawung, rekannya, yang masuk kedalam ruang perawatan tersebut menyaksikan hal yang ajaib dan luar biasa ini terjadi. Ia menyaksikan bagaimana para dokter kebingungan melihat semua pemulihan yang telah terjadi. Saat itu Tuhan telah mengubahkan semua keadaan tubuh bapak Bert. Mulut yang seperti terkunci telah langsung dapat berbicara dan memuji Tuhan, tangan dan kaki yang lumpuh telah dapat digerak-gerakkan dan bahkan menendang-nendang seperti seorang yang hendak bermain bola. Semua keadaan buruk dan seperti tidak ada harapan telah kembali diubahkan.

Saat ini bapak Bert Rotinsulu telah kembali pada kegiatan rutin dan pelayanannya. Tentunya ia tidak akan pernah melupakan peristiwa dimana kesetiaan Tuhan dan perbuatanNya yang ajaib nyata atas hidupnya. Pengharapan dan doanya pada Tuhan ternyata tidak pernah sia-sia. Tuhan masih mau memakai hidupnya bagi kegiatan kemanusiaan untuk menolong banyak orang.

Sebab itu haruslah kauketahui, bahwa TUHAN, Allahmu, Dialah Allah, Allah yang setia, yang memegang perjanjian dan kasih setia-Nya terhadap orang yang kasih kepada-Nya dan berpegang pada perintah-Nya, sampai kepada beribu-ribu keturunan, (Ulangan 7:9)

Sumber Kesaksian: jawaban.com

Leave a Comment