TUNTUTAN KUASA KEGELAPAN

Pada pukul 14.00 siang, tanggal 29 Oktober 2001, Yehuda keluar dari sekolahnya ketika jam pelajaran telah usai. Banyak murid-murid SMP terlihat berhamburan keluar dari gedung sekolah. Ada yang langsung melewati pintu gerbang sekolah namun ada juga yang masih terlihat berada di sekitar lingkungan sekolah. Yehuda tampak tergesa-gesa menuju mobil yang menjemputnya. “Pak, lagi nggak enak badan nih… langsung balik aja yah!” perintah Yehuda kepada sopirnya setelah ia masuk ke dalam mobilnya. Mobil yang ditumpangi Yehuda pun segera melaju meninggalkan pelataran parkir. Yang terlintas dalam pikiran Yehuda hanyalah segera sampai ke rumahnya dan beristirahat. Yehuda menyetel radio dan tidur di kursi depan samping pengemudi.

Perjalanan dari Bogor ke Depok menempuh jarak yang cukup jauh dan lama. Sang sopir pun memutuskan untuk melewati jalan tol Jagorawi. Mobil melaju dengan kecepatan tinggi. Tiba-tiba di KM 19, sebuah bus penumpang berukuran besar datang dari arah berlawanan dan menghajar mobil yang ditumpangi Yehuda sehingga mobil itu langsung jungkir balik. Sang sopir yang bersama Yehuda meninggal di tempat kejadian setelah terkena hantaman besi rangka mobil dan kehilangan banyak darah.

Ada Polisi Yang Tuhan Gerakkan Untuk Menolong

Waktu kejadian itu berlangsung seorang polisi datang membantu, dan polisi itu sempat tersentak melihat keadaan mobil Yehuda yang hancur. Dia sempat mengira semua penumpang di dalamnya mati. Namun saat dia membereskan bagian-bagian mobil yang hancur, dia melihat Yehuda masih hidup dan kejang-kejang di kursi depan. Polisi yang kebetulan sedang melintas di lokasi kecelakaan itu tiba-tiba teringat anaknya yang juga pernah kecelakaan dan kejang-kejang seperti Yehuda. Tapi setelah cepat dibawa ke rumah sakit, anaknya masih bisa tertolong. Spontan saja ia bertindak mengeluarkan Yehuda dari himpitan rangka besi mobil yang rusak supaya bisa ia bawa ke rumah sakit.

Yehuda yang tertidur di dalam mobil mengalami luka cukup parah. Tulang rahang depan bagian atas patah, serta tulang belikatnya retak. Dengan kendaraan pribadi polisi yang menolongnya, ia segera dibawa lari ke rumah sakit terdekat, yaitu Rumah Sakit Bina Husada di daerah Cibinong. Kondisinya terlihat mengenaskan dengan luka sobek di bagian wajah dan darah mengalir deras membasahi seragam sekolahnya.

Di dalam rumah sakit Yehuda sempat sadar sebentar. Kepalanya terasa pusing dan nyeri sekali. 3 orang suster mendekatinya dan menanyakan nama serta alamatnya. Dengan mata terasa mengantuk Yehuda masih bisa menjawab, “Mahkota I No. 26.” Salah seorang suster mengetahui alamat tersebut karena temannya juga tinggal di alamat yang hampir sama. Ia pun menghubungi salah seorang temannya yang ternyata adalah tetangga Yehuda. Karena kebetulan temannya itu kenal dengan orang tua Yehuda, maka segeralah ia menelpon dan diangkat oleh mamanya Yehuda. Dalam keadaan panik dan syok mendengar musibah yang baru saja menimpa anaknya, kedua orang tua Yehuda, Bapak Hosea dan istrinya segera pergi menuju ke Rumah Sakit Bina Husada.

Di tengah perjalanan Bapak Hosea teringat akan masa kecil Yehuda. “Yehuda itu anak yang tidak kita harapkan kelahirannya. Tetapi karena saya lihat wajahnya yang cakep, timbul rasa belas kasihan saya kepada anak ini. Lalu sambil mengemudi saya berkata kepada Tuhan, ‘Tuhan saya tahu bahwa Engkau punya rencana atas anak ini, saya percaya juga Engkau akan tolong anak saya.’ Setelah itu saya merasa ada yang menenangkan hati saya. Pada saat itu memang tidak ada tanda-tanda dia akan sadar atau tidak. Saya hanya bisa berserah, apa yang akan terjadi, terjadilah.” ujar Bapak Hosea.

Sebelum sampai di tempat tujuan, mama Yehuda menerima telepon dari pihak rumah sakit yang mengabarkan bahwa Yehuda dipindahkan ke Rumah Sakit UKI. Mereka pun langsung menuju ke rumah sakit UKI. Di sana hati mereka semakin bertambah sedih ketika melihat kondisi Yehuda yang sangat parah dan tampak mengenaskan.

Selama menjalani proses penanganan medis, Yehuda sempat muntah-muntah berwarna kecoklatan. Namun kecelakaan maut itu tidak menyebabkan dia mengalami pendarahan otak. Ia dirawat di ruang ICU selama 2 minggu karena pembengkakan otak. Kesadarannya menurun, tetapi ia masih dapat merespon saat diajak berkomunikasi.

“Saat dirawat, aku tidak dapat buang air besar dan kecil. Kami sekeluarga seakan ditantang Tuhan untuk menjadikan doa, bukan tindakan medis, sebagai upaya pertama. Sebab jika gangguan itu tidak teratasi, dokter akan mengambil tindakan medis. Doa kami dijawab. Dokter tetap harus melakukan operasi untuk mengatasi masalah rahang depanku. Namun, karena kondisi darahku, rencana operasi itu tertunda tiga kali,” tutur Yehuda. “Dokter mengusulkan alternatif transfusi darah sebagai jalan keluarnya. Mama dan papa tidak setuju, karena transfusi darah sebelumnya membuat tubuhku menguning. Mama mengusulkan alternatif agar aku mengonsumsi hati ayam. Menurut dokter, menormalkan kondisi darah dengan cara itu membutuhkan waktu berbulan-bulan. Kami bersikeras. Tuhan menjawab doa kami hanya dalam waktu tiga hari. Aku pun menjalani operasi. Satu jam berikutnya, aku berjalan sendiri ke kamar kecil untuk buang air kecil. Para perawat menggeleng-gelengkan kepala melihat proses penyembuhanku yang tergolong cepat itu.”

Sempat Berinteraksi Dengan Situs Setan

“Orang-orang yang minta pada kuasa-kuasa kegelapan pasti kuasa kegelapan itu akan meminta imbalannya,” ujar Yehuda.

Beberapa bulan sebelum kejadian itu Yehuda sering membuat ulah di sekolahnya. Di SMP dia termasuk anak yang bandel. Karena terpengaruh oleh temannya, ia meninggalkan Tuhan dan sering membuka situs-situs setan dan situs-situs porno. Banyak sekali gambar-gambar setan ia simpan di dalam komputernya. Selain itu ia juga suka dengan lagu-lagu Hallowen. “Pokoknya saya selalu menyukai segala sesuatu yang berhubungan dengan mistis dan setan,” ujar Yehuda. “Misalnya saja saya dulu kesal sama orang, maka saya akan buat hal-hal negatif. Termasuk dengan perkataan saya. Seharian saya buat dosa sebanyak-banyaknya, saya seperti terpengaruh okultisme. Suatu malam saya bilang di kamar saya, ‘Eh setan saya sudah nyenengin lo dengan berbuat dosa banyak hari ini, nah sekarang saya kesal sama teman saya ini, jadi kamu tolongin saya dong setan!’ Akhirnya nggak tahu kenapa ada saja yang terjadi dengan anak yang buat saya kesal itu, entah dia dapat kecelakaan, dimarahin guru, terjatuhlah dari motor, pokoknya ada saja kesialan yang menimpa ke teman saya itu, dan itu membuat saya puas. Tetapi saat itu ketika saya lihat gambar Tuhan Yesus saya merinding.” Yehuda menceritakan pengalamannya dulu ketika ia masih remaja.

Pada suatu malam, ketika Yehuda sedang membuka situs setan, mama Yehuda memergokinya sedang menatapi gambar-gambar mengerikan di layar komputernya. Ia langsung memarahi Yehuda dengan suara tinggi. “Kamu anak Tuhan apa anak setan!” bentak sang ibu. Yehuda hanya diam saja tak membalas. Namun setelah emosinya mereda, mama Yehuda mengajak Yehuda untuk berdoa dan minta ampun kepada Tuhan atas perbuatannya yang salah selama ini. Mereka pun mulai berdoa dengan sungguh-sungguh di dalam kamar Yehuda. “Ada perasaan terlepas dan lega setelah saya meminta ampun kepada Tuhan,” ujar Yehuda.

Kejadian Itu Tidak Bisa Terlupakan

Sudah beberapa tahun terlewati semenjak kecelakaan itu terjadi. Namun sampai sekarang Yehuda masih diliputi perasaan takjub akan kebaikan Tuhan pada dirinya. “Bagaimana mungkin aku masih tetap hidup?” tanya Yehuda dalam hatinya setiap kali ia mengingat kejadian tersebut. Berdasarkan kondisi fisik kendaraan, polisi memastikan semua penumpang yang ada di dalam mobil yang ringsek itu pasti tewas di tempat. Perkiraan mereka ternyata meleset. Yehuda masih hidup di dalamnya. Meskipun pada akhirnya dokter meninggalkan bekas jahitan memanjang di wajah remaja Yehuda, akibat rahang depan patah. Dampak negatif lainnya juga Yehuda rasakan; kemampuan mengingatnya terganggu. Ketika ingin meminjam catatan pelajaran dari seorang teman, Yehuda harus berjuang keras mengingat nomor teleponnya. Ia juga tidak dapat mengingat alamat rumah atau nama sekolah beberapa teman segerejanya. Namun semua itu tidak berarti dibandingkan dengan kesempatan hidup yang ia miliki. “Ingin kubagikan ketakjubanku kepada sebanyak mungkin orang, agar mereka juga diliputi ketakjuban serupa,” ujar Yehuda. “Secara pribadi, aku menganggap musibah itu sebagai teguran Tuhan agar saya hidup benar di hadapan-Nya.”

Kejadian Ini Membawa Pengaruh Pada Keluarga

Setiap kali kejadian itu direnungkannya Yehuda dapat melihat bahwa musibah itu seakan menandai satu babak baru dalam kehidupan spiritual keluarga, begitu juga dengan kedua orang tuanya. Suatu kali mama Yehuda berujar, “Saya merasakan, ada perubahan pada cara keluarga kami menyikapi Tuhan setelah musibah itu.” Yehuda dapat merasakannya, mamanya tidak lagi melayani hanya sekedar sebagai istri gembala sidang yang dituntut aktif dalam semua kegiatan. Namun sungguh-sungguh sepenuh hati dalam melayani Tuhan. Bukan kehidupan kekristenan yang hanya sekedar formalitas yang ia jalani.

Musibah yang menimpa Yehuda dimaknai mamanya sebagai cara Tuhan berperkara dengannya untuk mengubah hidup batiniahnya, yang tersembunyi dari penglihatan orang lain. Diperjalanan menuju rumah sakit, mama Yehuda merasa diyakinkan agar tidak tergesa-gesa, karena Tuhan sudah mendampingi Yehuda. Ia yakin bahwa tindakan Tuhan tidak pernah salah, selalu yang terbaik dan tepat waktu. Bahkan kini ia dapat meyakini bahwa tidak ada hal negatif dalam musibah yang menimpaku.

Mama Yehuda bercerita kepada banyak orang bahwa ia sendiri heran karena dapat tenang melihat kondisi Yehuda di rumah sakit. Sebuah pertanyaan memang sempat dua kali melintas dikepalanya, “Bagaimana jika Yehuda meninggal?’ Beberapa jemaat yang ikut menjenguk pun terlihat pesimis melihat kondisi Yehuda pada waktu itu. Tetapi perbuatan Tuhan memang dahsyat dan luar biasa sehingga Yehuda bisa sehat kembali beberapa waktu kemudian.

Tuhan Mengasihi Yehuda

“Mungkin berawal dari kejadian ini ada sesuatu yang Tuhan mau buat di dalam hidup saya,” ujar Yehuda. Banyak orang yang mengatakan itu semua kasih Tuhan, Tuhan memberikan Yehuda kesempatan hidup 2 kali. Sampai sekarang pun image Tuhan dalam pikiran Yehuda tetap bahwa Tuhan baik dan Tuhan penuh kasih. Yehuda sadar bahwa mungkin Tuhan mau tegur dia. Tuhan mau Yehuda berubah karena ada yang tidak benar dalam hidupnya. “Sebenarnya dokter mengatakan kalau keloid yang ada di pipi bekas kecelakaan bisa dihilangkan, tapi mama bilang tidak usah supaya saya bisa menceritakan kasih Tuhan. Sekarang teman saya banyak bilang kalau saya banyak berubah,” ujar Yehuda. “Kecelakaan itu membekaskan luka pada beberapa bagian tubuhku. Namun tanda-tanda maut itu akan kujadikan sarana untuk memuliakan nama Tuhan. Ingin kukabarkan kepada sebanyak mungkin orang bahwa aku masih hidup!” seru Yehuda dengan bangga mengingat kasih kebaikan Tuhan. (Kisah ini telah ditayangkan 26 September 2007 dalam acara Solusi Life di O Channel).

Sumber Artikel :
Jawaban.com

Leave a Comment