VONIS DOKTER VS KUASA DOA

Paga Talitakum adalah anak perempuan Bapak Adrianus dan ibu Della yang ketiga. Pada tanggal 3 Januari, Paga mengalami sakit campak dan virus morbili yang menyerang paru-paru dan otaknya. Keadaan Paga sudah semakin parah dan pihak medis sudah hampir menyerah.

Ibu Della teringat bagaimana vonis yang diberikan dokter.
Waktu itu dokter mengatakan pada saya bahwa mereka minta maaf karena pernafasan spontan anak kami sudah tidak ada, jadi mereka memakai alat bantu pernafasan yang namanya ventilator

Dokter harus mengambil langkah yang lebih jauh untuk hal ini.
Beberapa hari dirawat anak itu jatuh dalam keadaan yang berat. Kami memasang ventilator karena waktu itu keadaan kesadarannya hampir koma, yang ada hanya rangsangan pada kaki saja. Keadaannya berat sekali, kami pesan pada orang tuanya untuk berdoa saja yang banyak.

Team medis bahkan sudah mulai menyerah dengan keadaan ini.
Suster waktu itu memberi saya surat yang isinya perjanjian, jika terjadi sesuatu atas anak saya, saya tidak boleh komplain atau seperti itu. Jujur saya takut. Saya hanya bisa menangis saja waktu itu. Rasanya sedih dan takut.

Bapak Adrianus mengetahui bahwa putrinya ada dalam keadaan kritis.
Persis disaat anak kami itu sedang dalam keadaan kritis, dokter berkata seperti ini : “Bapak panggil saja pendeta-pendeta yang banyak untuk mendoakan anak bapak, mudah-mudahan ada terjadi mukjizat”. Pada waktu itu saya tahu bahwa dokter sudah angkat tangan.

Pdt. Djoko Basuki datang untuk mendoakan Paga.
Pada waktu saya menengok mereka, kedua orang tua Paga sangat putus asa sekali, karena itulah saya berdoa menguatkan mereka. Ketika saya menjenguk, ternyata keadaan Paga parah sekali. Kalau dilihat secara panca indera, maka Paga itu sudah hilang harapan karena segala sesuatu sudah pakai selang dan sebagainya dan dia tidak bisa bernafas dengan menggunakan kekuatannya sendiri tapi memakai bantuan mesin pernafasan.

Dokter tetap tidak mempunyai harapan yang baik untuk Paga.
Mungkin 50:50 atau kurang dari itu. Mungkin 50% untuk hidup. Dan kalaupun dia hidup, kemungkinan ia menderita cacat. Mungkin cacat pada otaknya, pada kaki dan tangannya, penglihatannya, atau telinganya. Pokoknya beratlah.

Bapak Adrianus dicekam ketakutan kehilangan anaknya.
Saya takut, saya sedih, akhirnya saya masuk di kamar mandi. Saya bilang : “Tuhan berilah kembali kesempatan untuk saya melihat mukjizatMu!”.

Selama berada di rumah sakit, bapak Adrianus dan ibu Della tidak pernah berhenti memohon kepada Tuhan agar Paga disembuhkan. Mereka tidak sendiri, karena ada rekan-rekan sepelayanan yang mendukung mereka untuk dapat berdoa bersama dan mengharapkan terjadinya mukjizat dari Tuhan. Pdt. Djoko Basuki bersama rekan-rekan yang lainnya waktu itu berdoa supaya nafas kehidupan Paga kembali datang. Selain berdoa, bapak Adrianus dan ibu Della juga selalu memperdengarkan Firman Tuhan serta lagu-lagu rohani ke telinga Paga.

Pada hari-hari berikutnya keadaan paru-paru Paga semakin membaik dan ia bisa bernafas tanpa menggunakan ventilator. Hal ini sangat menggembirkan hati bapak Adrianus.

Saya percaya Firman Tuhan itu pergi dan tidak akan kembali sia-sia dan membawa suatu hasil. Dan luar biasa, pada hari yang keempat mukjizat Tuhan itu terjadi. Anak kami nafas spontannya keluar tetapi masih sangat lemah. Tapi setelah paru-parunya disembuhkan, dokter berkata kepada saya seperti ini : “Anak bapak kemungkinan besar mengalami kerusakan mental diatas 60%”. Tapi ada satu suara dalam hati saya yang tidak pernah hilang. Dan suara itu berkata begini “Jangan takut anak bapak akan sembuh”

Ibu Della hanya bisa pasrah melihat kondisi putrinya.
Memang jujur saya sudah pasrah benar-benar, saya seperti apa anak saya nanti.

Setelah berada di rumah sakit selama 24 hari akhirnya bapak Adrianus dan ibu Della memutuskan untuk merawat Paga di rumah. Namun saat itu mereka masih harus menghadapi masalah cacat mental yang dapat dialami Paga karena kerusakan pada otaknya. Hati bapak Adrianus dan ibu sungguh masgul melihat keadaan Paga.

Kedua kakinya kaku lumpuh, lalu tangannya lumpuh lalu tangan satunya bengkok. Anak kami tidak bisa melihat, tidak bisa mendengar, matanya miring ke kiri, dan lehernya bergerak terus. Kalau dipanggil, Paga hanya diam. Sampai satu hari saking saya mau tahu keadaannya, saya coba tes telinganya, tapi tidak ada reaksi apa-apa. Dia tidak kaget dan tidak juga mau menengok, padahal dia dalam keadaan sadar. Saya hanya bisa menangis.

Keluarga Adrianus dan Della tidak putus harapan. Setiap pagi mereka merenungkan janji-janji Tuhan dalam FirmanNya dan berdoa untuk kesembuhan Paga. Akhirnya mereka kembali melihat mukjizat terjadi. Setiap hari keadaan Paga membaik dan terjadi perubahan besar terhadap kesehatannya. Ibu Della bersukacita dengan perkembangan anaknya ini.

Yang tadinya dia tidak bisa duduk, tiba-tiba besoknya sudah bisa duduk. Besoknya lagi dia sudah bisa berdiri tapi belum bisa melangkah. Nanti sudah bisa melangkah, sudah bisa menggerakkkan kepalanya yang tadinya lurus saja, sudah bisa ke kanan ke kiri.

Usaha keras keluarga ini tidak sia-sia. Setelah sekitar 3 bulan merawat Paga, keadaan putri mereka tersebut semakin membaik. Vonis cacat yang sudah diberikan dokter tidak bertahan lama. Paga mulai memberi respon pada saat dipanggil, atau jika ada satu suara. Fungsi motorik otaknya semakin membaik sehingga ia mampu memfungsikan tangannya, kaki, leher, bahkan seluruh panca inderanya dengan baik.

Dokter harus mengakui bahwa pemulihan Paga adalah suatu mujizat.
Ini mukjizat pak, luar biasa sekali dari anaknya dalam keadaan anfal itu, apalagi dengan perkembangan yang begitu pesat itu. Ini semua sungguh luar biasa. Yang kedua adalah, sebenarnya kami mengobatinya dengan terapi yang standart. Mungkin kesembuhan ini terjadi akibat kekuatan kedua orang tuanya, dari anaknya dan tentunya dari yang Atas.

Pdt. Djoko Basuki percaya ada mujizat didalam Tuhan.
Memang mukjizat terjadi ketika menyerahkan diri kita kepada Tuhan

Kini hanya kekaguman yang dirasakan bapak Adrianus.
Tuhan Yesus itu dahsyat. Dia bukan saja Tuhan, Raja dan juru selamat. Dia bukan hanya dokter yang luar biasa, tapi Dia adalah Bapa saya yang paling luar biasa

Sebab itu insaflah dengan segenap hatimu dan segenap jiwamu, bahwa satupun dari segala yang baik yang telah dijanjikan kepadamu oleh TUHAN, Allahmu, tidak ada yang tidak dipenuhi. Semuanya telah digenapi bagimu. Tidak ada satupun yang tidak dipenuhi. (Yosua 23:14b)

Sumber Kesaksian: Adrianus & Paga Talitakum (jawaban.com)

Leave a Comment