2 Hal yang Menolongku untuk Mempercayai Allah Sepenuhnya

Oleh Jesse Schmidt, Kanada
Artikel asli dalam bahasa Inggris: 2 Ways To Build Trust In God

“Percayalah kepada Tuhan.” Kamu mungkin sudah sering mendengar kalimat ini berkali-kali, terutama saat kamu sedang menghadapi tantangan, merasa ragu, ataupun dihadapkan pada situasi-situasi yang sulit dalam hidup. Tapi, meski mudah diucapkan, percaya sepenuhnya kepada Tuhan itu seringkali terasa sulit untuk dilakukan. Bukankah begitu?

Dalam kehidupan sehari-hari, ada banyak hal yang sebenarnya melatih kita untuk percaya. Ketika kita bepergian dari satu tempat ke tempat yang lain, kita mempercayai orang yang mengemudikan kendaraan yang kita naiki. Meski kita tahu bahwa mereka adalah manusia yang tidak sempurna sama seperti kita, namun kita percaya bahwa si pengemudi akan membawa kita tiba di tujuan dengan aman.

Tapi, jika berkaitan dengan Yesus—Pribadi yang sempurna dan mengetahui segalanya—khususnya ketika kita menghadapi jalan hidup yang sulit, kita malah ragu untuk mempercayakan kehidupan kita seluruhnya pada Yesus. Mengapa bisa begini?
Bolehkah aku mendorongmu untuk memikirkan dua kebenaran sederhana yang aku percaya bisa menolongmu untuk membangun kepercayaanmu kepada Tuhan?

1. Mempercayai Allah dimulai dari mengenal-Nya

Kembali pada contoh bepergian. Kita percaya kepada orangtua kita, atau misalnya orangtua teman kita ketika mereka mengemudikan mobil yang kita tumpangi. Kita percaya bahwa mereka sanggup mengendalikan mobil dan kita tidak akan mengalami kecelakaan. Mengapa kita percaya kepada mereka? Mungkin karena kita tahu siapa mereka, atau mungkin pula karena kita memiliki relasi pribadi dengan mereka. Dua hal inilah yang memberikan kita keyakinan bahwa mereka peduli terhadap kita dan tidak akan membiarkan kita celaka. Relasi inilah yang menjadi dasar kepercayaan kita kepada mereka.

Tapi, bagaimana jika yang mengemudikan kendaraan itu adalah orang lain yang tidak kita kenal, seperti supir bus, taksi, atau masinis kereta api yang membawa kita dari tempat A ke tempat B? Dalam hal ini, kita tetap mempercayai mereka karena kompetensi mereka, atau bisa jadi juga karena rekomendasi dari orang lain. Inilah yang membuat kita yakin bahwa mereka dapat diandalkan dan mampu mengantarkan kita tiba di tujuan dengan selamat.

Jadi, apakah yang menghalangi kita untuk percaya sepenuhnya kepada Tuhan? Mungkin satu kebenaran yang sulit untuk kita pahami adalah karena Tuhan mengizinkan hal-hal baik dan buruk terjadi dalam kehidupan kita (Ratapan 3:38). Tapi, jika kita mengenal-Nya lebih jauh, kita mampu melihat bahwa inilah sesungguhnya cara Tuhan bekerja, dan Dia tetap akan menyertai kita meski di saat-saat terburuk sekalipun.

Alkitab memberi kita banyak contoh tentang orang-orang yang tetap saleh dan setia meski menghadapi pencobaan dan kesukaran. Contohnya adalah Ayub yang menderita luar biasa karena kemiskinan, sakit penyakit, dan kematian seluruh anggota keluarganya. Ayub bergumul untuk memahami Allah dan penderitaan yang dia alami, tapi Ayub tidak pernah berhenti untuk mempercayai Allah (Ayub 13:15). Dan, pada akhirnya, Ayub dilimpahi dengan berkat melebihi dari apa yang dia pernah bayangkan.

Ketika aku bekerja sebagai anak magang yang harus bekerja selama 12 jam sehari atau bahkan lebih, aku pun bergumul dengan kebenaran ini. Proyek-proyek yang aku lakukan tidak berjalan baik. Di ujung hari, energiku secara fisik dan mental terkuras habis. Aku berjuang keras untuk tetap membaca Alkitab dan berdoa. Tapi, pada ujungnya aku malah jadi bertanya-tanya: mengapa Tuhan menempatkanku dalam situasi ini?

Namun, suatu ketika Tuhan berbicara kepadaku melalui sebuah khotbah. Tuhan mengingatkanku akan kedaulatan dan kebaikan-Nya yang tidak berkesudahan, meski kehidupan sepertinya tidak baik untukku. Ketika aku merenungkan kebenaran ini selama seminggu setelah mendengarkan khotbah itu, Allah memberikanku damai dan mengajariku bagaimana percaya sepenuhnya kepada-Nya. Dengan kasih karunia Tuhan, jam kerjaku perlahan-lahan berkurang dan aku jadi bisa melanjutkan aktivitas pembacaan Alkitab dan doaku.

Kepercayaan kita kepada Tuhan bertumbuh ketika kita mengenal Dia dengan lebih erat.

2. Mempercayai Allah dimulai dari mengakui bahwa kita sesungguhnya tidak tahu apa-apa

Ketika kita sedang bepergian dari satu tempat ke tempat yang lain, kita mungkin tidak tahu jalan menuju ke sana. Tapi, kita dapat mempercayai supir dari mobil atau bus yang kita tumpangi untuk membawa kita tiba di tujuan dengan aman. Sama halnya, ada banyak yang mungkin tidak kita mengerti dalam perjalanan hidup kita. Kita mungkin tidak tahu bagaimana suatu hal terjadi, atau pilihan apa yang seharusnya kita ambil dalam situasi tersebut.

Inilah saatnya untuk kita belajar bahwa mempercayai Tuhan dimulai dari mengakui diri bahwa sesungguhnya kita tidak memiliki semua jawaban atas pertanyaan hidup kita. Kita harus percaya kepada-Nya dan menyerahkan jalan-jalan kita kepada-Nya, bahkan ketika kelihatannya ada yang tidak masuk akal bagi kita.

Alkitab kembali memberikan contoh yang baik. Allah memerintahkan Yosua untuk mengelilingi tembok Yerikho yang kokoh beberapa kali supaya tembok itu runtuh (Yosua 6:1-10). Jika dipikir dengan logika, perintah Allah ini tentu tidak masuk akal sama sekali.

Namun, Yosua tetap mempercayai Allah dan mengambil keputusan untuk taat kepada perintah-Nya—dan tembok itu pun runtuh, persis seperti yang dikatakan Allah.

Bahkan Salomo, yang dianggap sebagai orang yang paling bijaksana yang pernah ada, berkata: “Percayalah kepada TUHAN dengan segenap hatimu, dan janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri. Akuilah Dia dalam segala lakumu, maka Ia akan meluruskan jalanmu” (Amsal 3:5-6).

Suatu ketika, aku mendapati diriku berada di dalam situasi di mana aku diharuskan mempraktikkan ayat ini. Aku sedang menghadapi ujian tengah semesterku dan harus memutuskan apakah aku perlu untuk belajar lagi di hari Sabat atau tidak. Jika dipikirkan secara logis, mengambil satu hari tambahan untuk belajar ini memang masuk akal. Tapi, aku juga mengingat bahwa Yesus ingin aku mencari kerajaan-Nya terlebih dulu. Hasilnya, aku memutuskan untuk percaya kepada Allah dan aku yakin bahwa Dia akan memenuhi apa yang kuperlukan. Aku memutuskan untuk mendedikasikan hari Sabatku untuk memuji dan menyembah-Nya dan melanjutkan belajarku di hari lainnya. Karena anugerah Allah, hasil ujianku pun baik.

Kepercayaan kita kepada Tuhan bertumbuh ketika kita sadar bahwa jalan-Nya lebih tinggi daripada jalan kita dan kita taat kepada perintah-Nya, bahkan ketika perintah-Nya itu terkesan seperti tidak ‘logis’.

Jadi bagaimana kita bisa menerapkan dua kebenaran ini? Inilah yang bisa kita lakukan:

  1. Luangkan waktu bersama Tuhan dan orang-orang yang mengenal-Nya dengan baik. Bacalah Alkitab, berdoa, temui orang-orang Kristen lainnya dan carilah koneksi dengan gereja yang dapat membantu kita untuk semakin bertumbuh dalam relasi dengan Yesus.
  2. Akuilah bahwa kita terbatas dalam pengertian kita. Oleh karena itu kita mau taat kepada perintah-Nya meski terkadang perintah-Nya sulit untuk kita mengerti.

Maukah kamu mempercayakan hidupmu kepada Yesus?

Sumber: warungsatekamu.org

Tidak ada seorangpun dalam hidup ini yang menyukai masalah. Tetapi masalah tidak bisa kita hindari. Saat ini kami mengajak kamu untuk coba merenungkan bagaimana cara kita bisa keluar dari masalah itu . Ternyata jawabannya cuma satu. Apapun masalahnya, jawabannya ada pada Injil.

Kenapa Injil? Injil itu adalah kasih Tuhan kepada manusia. Injil disini bukan dalam konteks agama tapi kasih Tuhan kepada manusia. Siapapun orangnya,dalam hati kecilnya percaya bahwa ada Tuhan yang menjadikan semuanya.

Untuk itu saat ini kalau kamu sedang menghadapi sesuatu dalam hidup percayalah dan datanglah kepada Injil itu yang adalah Yesus Kristus Tuhan.

Dalam dunia ini tidak ada siapapun kecuali Yesus Kristus Tuhan yang pernah berkata Akulah Jalan, Akulah Kebenaran dan Akulah hidup. Semua manusia hidup kalau tidak menemui jalan berarti dia ketemu jalan buntu.Jadi bagaimanapun keadaanmu saat ini, datanglah kepada Yesus.

Kalau kamu ingin mengenal siapa Yesus lebih lagi, silahkan chat dengan kami.
Silahkan Whatsapp ke:
Whatsapp: +62 889-1466-144

Untuk kalangan sendiri

Leave a Comment