3 Hal yang Kupelajari Saat Menulis Surat Kepada Diriku Sendiri

Penulis: Jick Siriwan, Thailand
Artikel asli dalam Bahasa Thailand: จดหมายไทม์แมชชีน

Pada hari terakhir di tahun 2014, dalam acara makan-makan bersama dengan teman-teman gereja, suamiku melempar ide untuk “menulis surat kepada dirimu di masa depan”. Ide itu sangat menarik untukku, jadi aku memutuskan untuk mencobanya. Aku menulis surat untuk diriku sendiri, memberi tanda kapan surat itu harus kubuka, meletakkannya di dalam sebuah kotak, dan berkata, “Sampai jumpa tahun depan!”

Beberapa minggu yang lalu aku membuka surat tersebut dan aku menyadari bahwa aku telah lupa apa saja yang telah kutuliskan setahun yang lalu. Saat membaca pernyataan-pernyataan sederhana yang kutulis sendiri itu, air mataku menetes.

“Apa yang pernah kupikirkan di masa lalu ternyata bisa bermanfaat untukku sekarang,” pikirku sembari membaca. Namun, yang paling berharga bagiku bukanlah apa yang kutuliskan di atas kertas itu, melainkan pelajaran-pelajaran yang kudapatkan dari kegiatan sederhana tersebut.

1. Aku dapat mendengarkan suara hatiku sendiri.
Menulis sebuah surat kepada diri kita sendiri adalah sebuah cara praktis yang dapat menolong kita mendengarkan suara hati kita. Saat aku membaca tulisanku sendiri, aku menyadari bahwa itu adalah kali pertama aku mendengarkan diriku sendiri dengan begitu jelas. Seringkali, kita tidak terlalu menaruh perhatian terhadap suara hati kita. Kita lebih banyak mendengarkan nasihat orang lain yang terkadang membingungkan kita, membuat kita tidak yakin dengan pikiran dan perasaan kita sendiri. Menulis sebuah surat kepada diriku sendiri memungkinkan aku merefleksikan hidupku sepanjang tahun yang telah berlalu, dan mengajukan beberapa pertanyaan penting untuk diriku sendiri.

2. Kita adalah orang terbaik untuk memuji atau memarahi diri kita sendiri
Ketika aku menulis surat itu, aku membayangkan sedang berbicara kepada seseorang dengan tulus dan terus terang. Berikut ini sebagian isi surat yang kutulis (dan kemudian kubaca), dan yang secara khusus menyentakku:

Hai, bagaimana kabarmu? Apakah kamu sudah melakukan apa yang kamu niatkan? Apakah ini tahun yang baik untukmu? Aku berharap kamu membaca surat ini dengan hati yang gembira, dan merasa bangga dengan apa yang sudah kamu lakukan sejauh ini. Mengenalmu, aku kuatir kamu belum berhasil menyelesaikan semua yang kamu sudah kamu rencanakan. Jika kamu berhasil, banyak selamat! Aku sangat bangga dengan dirimu. Jika belum, tetaplah bertahan. Jangan kecewa dengan dirimu sendiri. Ingatlah bahwa benih-benih tanaman pun perlu waktu untuk bisa bertunas. Dan sekalipun kita belum melihat mereka bertunas, bukan berarti benih-benih itu tidak ada di sana. Saatnya akan tiba, dan Allah bekerja di balik layar. Percayalah kepada-Nya dan sabarlah dengan dirimu sendiri. Oh ya, jangan lupa menuliskan tujuan-tujuan yang ingin kamu capai tahun depan dan sebuah surat untukku, oke?

Salam hangat,
Jick

Aku adalah tipe orang yang tanpa sadar sering memberikan terlalu banyak tuntutan untuk diriku sendiri lalu merasa bersalah dengan tujuan-tujuan yang tidak berhasil kucapai. Setelah membaca suratku sendiri, aku banyak sekali disemangati oleh diriku di masa lalu. Hal itu membuatku merasa lebih rileks. Allah telah memakai aku mengingatkan diriku sendiri untuk menikmati hidup di bumi ini, dan untuk memuji Dia atas segala kebaikan-Nya di dalam hidupku.

3. Bertanya kepada diri sendiri akan memperjelas arah hidupmu
Hal paling berharga yang bisa kita dapatkan dalam hidup ini bukanlah materi, tetapi pelajaran-pelajaran dalam kehidupan. Salah satu cara mendapatkan pelajaran itu adalah dengan bertanya kepada diri kita sendiri. Bertanya akan membuat kita mau tidak mau berusaha menjawab, sama seperti kita mau tidak mau harus menentukan tujuan sebelum bisa menentukan jalan mana yang harus kita tempuh. Menuliskan tujuan-tujuan kita dalam sebuah surat akan mengingatkan kita mengapa kita membuat keputusan untuk memilih jalan tertentu. Sorakon Adunyanon, seorang penulis Thailand, pernah menulis: “Pertanyaan itu lebih penting daripada jawaban. Pertanyaan berfungsi sebagai sebuah kompas. Memberi kita arah. Jawaban itu hanyalah hasil dari pertanyaan yang kita ajukan.”

Berikut ini beberapa pertanyaan yang bisa kamu ajukan kepada dirimu sendiri:

  • Apa panggilan Yesus bagi hidupmu?
  • Apakah kamu sedang menjalani hidup sesuai apa yang kamu harapkan?
  • Berapa banyak hubungan yang telah kamu bangun dan masih terus kamu pelihara? Bagaimana kamu menghargai hubungan-hubungan yang kamu miliki?
  • Apa yang akan kamu lakukan dalam lima tahun ke depan?
  • Hal-hal apa saja yang telah kamu syukuri dan hal-hal apa saja yang akan kamu syukuri?
  • Apa kalimat pertama yang ingin kamu katakan kepada dirimu di masa depan?
  • Pelajaran-pelajaran apa saja yang telah kamu dapatkan di sepanjang tahun lalu dan ingin kamu ingatkan kepada dirimu sendiri di masa depan?

Apakah kamu siap menulis sebuah surat kepada dirimu sendiri? Selain menulis surat biasa, kamu juga bisa menuliskannya secara online.

Mari menjadikan tahun baru kali ini (juga tahun-tahun berikutnya) istimewa dengan mengirimkan surat istimewa ini. Surat yang akan menolong diri kita di masa depan mendengarkan apa yang perlu kita dengar dan menjalani hidup kita dengan tujuan-tujuan yang makin jelas.

Sumber: warungsatekamu.org

Leave a Comment