4 Cara Mengendalikan Perasaan Negatif

Oleh Jonathan Chandranegara

Empat tahun yang lalu aku sempat menderita gangguan rasa cemas (anxiety disorder). Tekanan mental yang sangat berat membuat kondisi fisikku sangat tidak stabil dan akhirnya aku harus berhenti sekolah. Sendirian di rumah sepanjang hari membuatku merasa kesepian, depresi, malu, dan mulai merasa tidak punya harapan untuk masa depan. Aku minder dan takut bertemu dengan anak-anak seusiaku, karena aku merasa sangat ketinggalan dibanding mereka. Apalagi aku sendiri punya harapan-harapan besar yang ingin kuwujudkan dalam hidupku. Harapan-harapan yang tampak sangat bertolak belakang dengan kondisiku saat itu makin membuat aku tertekan. Dalam kondisi yang demikian, pacarku memutuskan hubungan denganku. Aku merasa sangat tidak berguna, kehilangan harga diri. Untuk apa aku hidup di dunia ini? Rasanya seperti hidup dalam neraka saja. Aku tidak lagi punya semangat untuk melakukan apa-apa. Dan perasaan itu sangat mempengaruhi perilakuku. Saat mengikuti les pelajaran di rumah, aku tidak disiplin, tidak punya niat belajar, dan malas-malasan mengerjakan tugas. Aku berharap orang-orang di sekitarku bisa memahami kondisiku dan menerima aku apa adanya. Namun, ternyata yang terjadi adalah sebaliknya. Mereka tidak ingin dekat-dekat denganku, takut aku akan memberi pengaruh yang buruk. Banyak yang bahkan merendahkan dan membuatku makin tertekan dengan sikap dan kata-kata mereka. Kalau pun ada yang cukup peduli memberi nasihat, nasihat mereka sama sekali tidak membantu karena mereka tidak benar-benar memahami apa yang aku alami.

Karena anugerah Tuhan, hari ini aku bisa pulih. Namun, prosesnya jelas tidak mudah. Setiap kali aku bertemu dengan orang-orang yang gelisah hidupnya, aku teringat akan apa yang pernah kualami. Penyebab kegelisahan itu sendiri bisa bermacam-macam, misalnya karena merasa jelek, kurang pintar, takut akan masa depan, tidak dihargai orang, dikucilkan, menjadi korban bully, “ditikung” teman, dan sebagainya. Adakalanya kita tidak tahu alasannya kenapa, tetapi perasaan kita tidak tenang, penuh kegalauan. Dan perasaan itu akhirnya mengontrol pikiran dan perilaku kita. Membuat hidup kita terasa tidak berarti dan tidak ada gunanya. Bila kamu termasuk orang-orang yang mudah dikontrol oleh perasaan, beberapa hal yang telah menolongku berikut ini semoga bisa menolongmu juga.

1. Terimalah setiap hal yang Tuhan izinkan terjadi dengan rasa syukur

Aku pernah diajari sebuah formula yang sangat menolongku menghadapi hal-hal tidak enak dalam hidup ini:

Pain x Resistance = Suffering
[Rasa Sakit x Perlawanan = Penderitaan]

Makin kita bisa menerima kondisi yang tidak enak atau menyakitkan dalam hidup ini, penderitaan kita akan makin kecil. Sebaliknya, makin kita tidak terima, penderitaan yang kita rasakan akan makin besar.

Ketika aku tidak bisa menerima kenyataan bahwa aku punya masalah yang harus dibereskan dalam hidupku, aku sangat menderita. Aku tertekan dan merasa malu karena segala sesuatu tidak berjalan sesuai dengan harapanku. Perasaan-perasaan negatif menguasai pikiran dan cara aku berinteraksi dengan orang lain.

Hanya setelah aku belajar menerima masalah-masalahku, baru aku bisa dipulihkan. Aku tidak lagi protes, “Mengapa Tuhan izinkan ini terjadi dalam hidupku?” Sebaliknya, aku menerima apa yang Tuhan izinkan terjadi sebagai bagian dari proses pembentukan yang Dia mau aku lalui agar aku menjadi pribadi yang lebih baik. Aku mulai berfokus pada apa yang Tuhan sudah karuniakan dalam hidupku, bukan sibuk mengeluhkan apa yang tidak aku miliki.

Pertanyaanku berubah menjadi, “Apa yang Tuhan ingin lakukan di dalam dan melalui hidupku dengan mengizinkan aku mengalami semua ini?” Aku menyadari bahwa pengalamanku unik, tidak dimiliki dengan orang lain, dan Tuhan dapat memakai pengalamanku itu untuk membawa orang lain mengenal dan memuji kebesaran kuasa-Nya yang memulihkan aku.

Perlahan-lahan aku mulai kembali membuka diri, tidak membiarkan perasaan negatif menguasai hidupku. Tadinya aku sudah merasa hidupku tidak berarti dan tidak ada gunanya. Namun, Tuhan menunjukkan kepadaku bahwa Dia dapat berkarya melalui kelemahan-kelemahanku. Aku bahkan dipercaya menjadi ketua suatu komunitas sel, membagikan karya Tuhan dalam hidupku dalam cara-cara yang tidak pernah kubayangkan sebelumnya.

2. Lawanlah perasaan negatif secara aktif dan kreatif

Tuhan sesungguhnya sudah memperlengkapi kita dengan kapasitas yang cukup untuk mengendalikan perasaan kita. Yang perlu kita lakukan adalah menggunakan kapasitas itu secara aktif dan kreatif!

Kapasitas bergerak. Cobalah menurunkan bahumu, menundukkan kepalamu, dan bergeraklah dengan setengah hati. Perasaan negatif bahkan depresi akan dengan cepat melingkupi kita. Namun, cobalah sekarang menarik napas dalam-dalam, berdiri tegak, berjalan dengan penuh keyakinan sembari tersenyum. Perasaan yang tadinya lemah akan menjadi kuat, yang tadinya negatif akan menjadi positif. Depresi tidak lagi mendapat tempat, karena gerakan yang penuh semangat akan menghalaunya pergi. Tuhan telah merancang tubuh kita demikian luar biasa, hingga gerakan-gerakan kita, cara kita memposisikan tubuh kita, dapat mempengaruhi emosi kita.

Kapasitas berbicara. Cobalah mengatakan sesuatu yang negatif, seperti: “Saya capek sekali,” atau “Masalah ini tidak akan mungkin bisa diatasi.” Entah kita sudah beraktivitas seharian atau baru bangun tidur pun, bisa dipastikan kita akan merasa tidak bertenaga, tidak sanggup lagi melanjutkan hidup. Sekarang, cobalah mengatakan sesuatu yang positif, seperti: “Saya bersyukur Tuhan memberi saya kesempatan menyelesaikan pekerjaan ini, meski saya harus bekerja keras seharian,” atau “Masalah ini besar, tetapi bersama Tuhan dan dengan pertolongan-Nya, saya tahu saya akan dapat menyelesaikannya.” Situasi kita tetap sama. Namun, bahasa yang kita gunakan saat meresponi situasi tersebut bisa menyemangati atau menyedot habis semangat kita.

Kapasitas berfokus. Tuhan memberi kita kemampuan untuk memilih ke mana kita hendak mengarahkan pikiran kita. Dan, ke mana kita memusatkan perhatian kita, ke sanalah juga perasaan kita akan tertuju. Ketika kita memilih untuk berfokus pada masalah, kita akan melihat masalah menjadi makin besar dan berat. Ketika kita memilih untuk berfokus pada diri kita sendiri, kita akan melihat kemampuan sekaligus keterbatasan kita. Namun, ketika kita memilih untuk berfokus pada Tuhan, kita akan melihat betapa Tuhan jauh lebih besar dari masalah dan dari diri kita.

Yesus mengajar kita untuk tidak khawatir, tetapi mencari dahulu kerajaan Allah dan kebenaran-Nya (Matius 6:31-33). Ini menunjukkan sebuah usaha yang dilakukan secara aktif. Bukan sebuah penantian yang pasif. Saat perasaan negatif datang, mari secara aktif mengingat firman Tuhan agar firman itu mempengaruhi cara kita bergerak, berbicara, dan mengarahkan fokus hidup.

3. Jadilah bagian dari komunitas yang membangun

Perasaan negatif biasanya membuat kita cenderung menarik diri dari komunitas. Kecenderungan lainnya adalah mencari orang lain yang juga sedang memiliki perasaan negatif. Kita merasa tidak sendirian karena punya teman senasib. Bahayanya, perasaan negatif kita bisa menjadi makin kuat, karena lingkungan jelas akan sangat mempengaruhi perasaan kita.

Kita tidak sekadar perlu orang lain yang bisa menerima dan memahami perasaan kita. Kita perlu berada di sekitar orang-orang yang positif untuk menolong kita mengatasi perasaan-perasaan negatif. Bersikap positif di sini bukan berarti menyangkali atau menutupi kenyataan tentang masalah yang ada, namun memilih untuk percaya bahwa Tuhan yang mengizinkan anak-anak-Nya mengalami masalah memiliki tujuan yang baik dan mulia.

Alkitab memberitahu kita pentingnya memiliki orang lain yang bisa menolong di saat kita lemah, yang bisa memberi teguran/peringatan di saat kita salah (Pengkhotbah 4:9-13).

Salah satu cara untuk memiliki komunitas yang membangun adalah mengambil komitmen untuk tertanam dalam kelompok-kelompok kecil yang ada di gereja.

4. Arahkanlah energimu untuk menolong orang lain

Filipi 2:4 mengingatkan kita sebagai anak-anak Tuhan untuk tidak hanya memperhatikan kepentingan diri sendiri, tetapi memperhatikan juga kepentingan orang lain. Sebuah perintah yang bagiku dulu sangat tidak mungkin dilakukan. Bagaimana mungkin aku bisa menolong orang lain jika aku sendiri punya banyak masalah dan perlu ditolong? Depresi membuatku merasa tidak mungkin hidupku bisa berguna bagi orang lain.

Namun, Tuhan tidak memberi perintah tanpa memberi kita kekuatan untuk melakukannya. Ketika aku mulai mencoba mengarahkan energiku untuk memperhatikan dan menolong orang lain, aku sendiri dikuatkan dalam menghadapi masalah-masalahku.

Bukan sebuah kebetulan bila kita ditempatkan Tuhan di dalam keluarga, komunitas, sekolah, gereja, kota, bahkan negara tertentu. Setiap kita diciptakan secara istimewa untuk menggenapi tujuan-tujuan Tuhan yang besar di mana pun kita berada.

Jadi, jangan habiskan waktu dan energi kita untuk “memberi makan” perasaan-perasaan negatif yang menyusupi hati kita. Mari mulai mengarahkan energi kita untuk menanggapi kebutuhan-kebutuhan yang ada di sekitar kita. Hidup akan terasa lebih bermanfaat, dan kita sendiri akan mendapatkan banyak pelajaran untuk mengatasi masalah-masalah kita secara lebih bijak.

Untuk direnungkan lebih lanjut:
Kapan atau dalam hal apa perasaan-perasaan negatif paling mudah menguasaimu? Bagaimana firman Tuhan dapat menolongmu untuk mengatasinya? Yuk bagikan jawabanmu melalui kolom komentar di bawah ini.

Sumber: warungsatekamu.org

Tidak ada seorangpun dalam hidup ini yang menyukai masalah. Tetapi masalah tidak bisa kita hindari. Saat ini kami mengajak kamu untuk coba merenungkan bagaimana cara kita bisa keluar dari masalah itu . Ternyata jawabannya cuma satu. Apapun masalahnya, jawabannya ada pada Injil.

Kenapa Injil? Injil itu adalah kasih Tuhan kepada manusia. Injil disini bukan dalam konteks agama tapi kasih Tuhan kepada manusia. Siapapun orangnya,dalam hati kecilnya percaya bahwa ada Tuhan yang menjadikan semuanya.

Untuk itu saat ini kalau kamu sedang menghadapi sesuatu dalam hidup percayalah dan datanglah kepada Injil itu yang adalah Yesus Kristus Tuhan.

Dalam dunia ini tidak ada siapapun kecuali Yesus Kristus Tuhan yang pernah berkata Akulah Jalan, Akulah Kebenaran dan Akulah hidup. Semua manusia hidup kalau tidak menemui jalan berarti dia ketemu jalan buntu.Jadi bagaimanapun keadaanmu saat ini, datanglah kepada Yesus.

Untuk kalangan sendiri

Leave a Comment