5 Alasan Mengapa Reformasi Protestan Masih Berarti Hingga Hari Ini

Oleh Dorothy Norberg, Amerika Serikat
Artikel asli dalam bahasa Inggris: 5 Reasons Why the Reformation Matters Today

Ketika sedang berdiskusi tentang siapa tokoh sejarah favorit kami, aku bertanya kepada rekan kerjaku apakah dia tahu tentang Martin Luther. Dia menjawab, “Oh! Itu orang yang pernah memaku sesuatu di pintu itu ya?”

“Ya, itu dia!” Aku menanggapinya dengan tertawa.

Bagi banyak orang, Martin Luther dikenal sebagai seorang biarawan yang memaku 95 tesis di pintu sebuah gereja. Walaupun ada sejarawan yang meragukan kebenaran kisah ini, tapi kisah Martin Luther telah memberi dampak yang besar buatku sendiri.

Martin Luther adalah seorang berkebangsaan Jerman yang hidup pada tahun 1483-1546. Dia adalah tokoh kunci dari Reformasi Protestan—sebuah masa ketika orang-orang menentang dan kemudian memisahkan diri dari Gereja Katolik. Keterlibatan Luther dalam gerakan Protestan ini dipicu oleh kesaksian pribadinya menerima anugerah Allah dan pergumulannya ketika dia merasa ragu akan keselamatan jiwanya.

Tuhan menggunakan Luther untuk mengembalikan pengertian keselamatan yang sesuai dengan Alkitab. Aku sendiri pernah merasa bersalah dan merasa diriku tak layak, lalu kisah tentang Luther menginspirasiku bahwa Tuhan bisa menggunakan tantangan di hidup orang-orang untuk membawa mereka mendekat kepada-Nya dan melengkapi mereka untuk mengubah dunia.

Tahun ini, tepatnya tanggal 31 Oktober 2017, kita memperingati 500 tahun peristiwa Reformasi yang dilakukan oleh Luther. Inilah lima alasan mendasar mengapa kesaksian, kepercayaan, dan pendirian Luther mengenai teologi dan praktiknya masih berpengaruh hingga saat ini.

1. Reformasi mengingatkan kita untuk memahami Injil

Sekitar tahun 1500, Gereja Katolik mengajarkan bahwa keselamatan diperoleh melalui iman, perbuatan, dan anugerah. Namun, meski seseorang sudah bertobat dari dosa-dosanya, sebelum mencapai surga mereka harus melalui sebuah tahapan bernama api penyucian.

Salah satu praktik yang paling kontroversial adalah jual beli surat-surat penghapusan dosa (indulgensia), yang dianggap bisa menentukan berapa lama waktu yang dibutuhkan oleh seseorang di api penyucian. Akibat dari praktik ini adalah korupsi yang menyebar.

Selama bertahun-tahun, Luther bergumul tentang apakah dirinya cukup layak untuk menerima perkenanan Tuhan atau tidak. Pergumulan ini terjawab ketika dia mengerti bahwa keselamatan hanyalah tentang Kristus, bukan dia. Pengalaman Luther dalam pergumulan rohaninya itu telah mengajarinya bahwa perilaku baik dan ritual gerejawi sesungguhnya tidak dapat menghilangkan dosa-dosanya (Perry, 2013).

Sebagai seorang profesor dan pengkhotbah, Luther mendorong orang-orang untuk berfokus kepada Kristus dan mempelajari Alkitab. Puncak dari pemikirannya terjadi pada tanggal 31 Oktober 1517. Melalui 95 tesis yang dia tempelkan di pintu gereja Wittenberg, Luther memprotes keras bahwa praktik penjualan surat indulgensia tidak membuat gereja memiliki otoritas untuk menyelamatkan. Tulisan Luther pun menyebar luas.

Luther mengajar kita bahwa Injil yang sejati melepaskan jiwa dari belenggu spiritual, dan juga memerdekakan orang-orang dari tradisi. Kita tidak seharusnya bergantung pada pendeta, pembicara, atau penulis untuk membuat pengajaran Kristen tersedia bagi kita. Penting untuk membaca Alkitab bagi diri sendiri, mengetahui kebenarannya, dan siap untuk menghadang pengajaran palsu.

2. Reformasi mengingatkan kita bahwa kita diselamatkan hanya oleh anugerah Allah

Sebagai seorang biarawan, Luther meluangkan banyak waktunya di ruang pengakuan dosa, mencoba mengingat dan menghitung dosa-dosanya. Dia juga mencoba mengejar kekudusan dengan melakukan perjalanan ziarah, berpuasa untuk waktu yang lama, dan juga berdoa. Namun, kemudian dia berkata, “Aku kehilangan kontak dengan Kristus yang adalah Juruselamat dan Penghibur, dan aku menjadikannya seolah seperti sipir penjara dan penghuni jiwaku yang malang.”

Aku tidak pernah melupakan bagaimana rasanya perjuangan Luther untuk merasa diampuni. Sebagai seorang anak yang tumbuh besar di gereja, aku memahami ketakutan Luther, bahwa sebagaimanapun dia berusaha untuk menjadi baik dengan mengikuti segala peraturan, dia tidak akan pernah bisa menghapus rasa bersalah dari jiwanya. Seperti Luther, aku ingin mengikut Kristus, tetapi aku takut akan penghukuman dan merasa keselamatanku kurang terjamin.

Yang mengubahkan hidup Luther dan juga hidupku adalah pengetahuan bahwa kami diselamatkan hanya oleh anugerah. Ketika Luther mempelajari Alkitab, dia dikejutkan oleh kebenaran-kebenaran yang didapatkan di kitab-kitab seperti Roma dan Galatia. Luther akhirnya memahami bahwa kita diselamatkan bukan karena kita berusaha melakukan hal-hal baik di depan Allah, tetapi hanya oleh karena Kristus saja.

3. Reformasi mengingatkan kita bahwa ada harga yang harus dibayar untuk mengikut Kristus

Luther dipanggil oleh otoritas gereja dan dia diminta untuk mengakui bahwa dirinya salah dan diancam akan dikucilkan. Tapi, Luther menjawab, “Aku tidak bisa dan tidak akan mengakui apapun, karena aku tidak dapat melawan hati nuraniku sendiri. Semoga Tuhan membantuku. Amin.”

Luther berani mengambil risiko karena dia tahu bahwa kuasa firman Allah jauh lebih besar dari apapun juga. Sekali lagi, Luther berkata, “Aku telah memegang segala sesuatu di tanganku, dan aku kehilangan segalanya; tetapi apapun yang kuletakkan di tangan Allah, aku tetap akan memilikinya.”

Bahkan dalam kehidupanku sebagai seorang biasa, mengikut Kristus membutuhkan pengorbanan. Ketika aku meletakkan segala sesuatunya di altar-Nya untuk mengikut Yesus (Matius 16:24), perlindunganku yang utama terletak di dalam Dia.

4. Reformasi mengingatkan kita bahwa Injil adalah untuk semua orang

Pada masa Luther, orang-orang Jerman tidak bisa mengakses Alkitab dalam bahasa mereka sendiri. Mereka amat bergantung pada Gereja Katolik untuk mengedukasi dan melatih mereka. Gereja mengajarkan bahwa hanya para pejabat gereja saja yang boleh membaca dan menginterpretasikan Alkitab. Tapi, Luther berpendapat bahwa setiap orang boleh menerima iman dan pemahaman dari Allah. Selama beberapa tahun, Luther berjuang untuk menerjemahkan Perjanjian Baru ke dalam bahasa Jerman, membuat firman Allah yang hidup dan mengubahkan jiwa bisa diterima oleh orang-orang biasa.

Di gereja-gereja saat ini, kita tidak seharusnya memberikan apresiasi yang berlebihan kepada orang-orang yang dianggap terpelajar, kaya raya, ataupun rupawan, karena mereka bukanlah wujud dari kesuksesan spiritual. Roh Kudus tinggal di hati setiap orang percaya, dan melalui-Nya, kita memiliki akses langsung kepada Allah. Karunia rohani akan diberikan kepada mereka yang meletakkan imannya pada Yesus.

5. Reformasi mengingatkan kita untuk berpegang pada Alkitab

Sepanjang generasi yang berbeda, tantangan terhadap otoritas Alkitab berbeda-beda. Akan tetapi, respons yang benar tetaplah sama. Orang Kristen harus berpegang kepada pewahyuan Allah yang tertuang dalam Alkitab, bukan kepada pemimpin gereja ataupun sistem politik.

Luther berkata, “Sejak dari permulaan Reformasi aku meminta pada Tuhan supaya Dia menujukkanku mimpi, visi, atau bahkan malaikat. Akan tetapi, Dia memberiku hak untuk mengerti firman-Nya yang kudus; selama aku memiliki firman Allah, aku tahu bahwa aku berjalan di jalan-Nya dan aku tidak akan jatuh kepada kesalahan ataupun khayalan.”

Peristiwa Reformasi dan sejarah Kekristenan lainnya menunjukkan bahwa Alkitab adalah sumber kebenaran yang tidak dapat tergantikan, yang memiliki kuasa untuk mengubah hati seseorang dan bahkan juga mengubah dunia.

Referensi:
“Western Civilization: Ideas, Politics, and Society.” Marvin Perry et al., 2013

Sumber: warungsatekamu.org

Tidak ada seorangpun dalam hidup ini yang menyukai masalah. Tetapi masalah tidak bisa kita hindari. Saat ini kami mengajak kamu untuk coba merenungkan bagaimana cara kita bisa keluar dari masalah itu . Ternyata jawabannya cuma satu. Apapun masalahnya, jawabannya ada pada Injil.

Kenapa Injil? Injil itu adalah kasih Tuhan kepada manusia. Injil disini bukan dalam konteks agama tapi kasih Tuhan kepada manusia. Siapapun orangnya,dalam hati kecilnya percaya bahwa ada Tuhan yang menjadikan semuanya.

Untuk itu saat ini kalau kamu sedang menghadapi sesuatu dalam hidup percayalah dan datanglah kepada Injil itu yang adalah Yesus Kristus Tuhan.

Dalam dunia ini tidak ada siapapun kecuali Yesus Kristus Tuhan yang pernah berkata Akulah Jalan, Akulah Kebenaran dan Akulah hidup. Semua manusia hidup kalau tidak menemui jalan berarti dia ketemu jalan buntu.Jadi bagaimanapun keadaanmu saat ini, datanglah kepada Yesus.

Kalau kamu ingin mengenal siapa Yesus lebih lagi, silahkan chat dengan kami.
Silahkan Whatsapp ke:
Whatsapp: +62 889-1466-144

Untuk kalangan sendiri

Leave a Comment