5 Hal yang Menolongku Lepas dari Kecanduan Bermain Game

Oleh Charles Christian

Beberapa tahun yang lalu, aku mengenal sebuah game ponsel yang bernama “Temple Run”. Cara bermain game itu begitu sederhana: Larilah sejauh yang kamu bisa (jangan sampai jatuh ke jurang, menabrak penghalang, atau diterkam oleh monster) sambil menyelesaikan berbagai misi yang ada. Setiap hari, aku menghabiskan berjam-jam bermain dengan ponselku, mencoba untuk menyelesaikan beberapa misi dan mengumpulkan “koin-koin” sehingga aku bisa mendapatkan power-up dan berbagai karakter yang baru. Singkatnya, aku jadi kecanduan.

Setelah sebulan, aku menyadari ada sesuatu yang salah. Aku tidak menjawab ibuku yang meminta pertolonganku secepat biasanya. Aku tidak berdoa dan berelasi dengan orang-orang sebanyak biasanya. Aku juga jadi kurang tidur dan mataku seringkali menjadi lelah karena terus-menerus menatap layar ponselku—setelah 8 jam aku menatap layar komputer di kantor. Meskipun aku harus mengakui bahwa game ini sangat menyenangkan, aku tahu aku tidak boleh terus-menerus seperti ini. Game ini telah menyita terlalu banyak waktu-waktuku yang berharga.

Jadi aku memutuskan untuk berhenti bermain game itu sama sekali. Aku mempertimbangkan untuk membuang game tersebut dari ponselku, tapi memikirkan bahwa aku akan kehilangan dalam sekejap semua pencapaian yang telah susah-payah aku raih membuatku membatalkan niat itu. Tapi akhirnya, dua alasan yang meyakinkanku untuk membuang game itu: Itu adalah cara yang pasti untuk menghilangkan godaan secara total dan itu membantu menambah memori ponselku.

Sejak saat itu, aku mulai menggunakan waktu-waktu yang ada untuk membaca Alkitab dan belajar membuat aplikasi web. Ketika aku melihat lagi ke masa-masa itu, aku menemukan beberapa hal yang menolong melepaskanku dari kecanduan bermain game ini.

1. Pahami akar masalahnya

Masalah di balik kecanduan bermain game bukanlah game itu sendiri. Masalahnya adalah diriku—kekeliruanku dalam menentukan apa yang menjadi prioritasku. Mencari kesenangan telah menjadi prioritasku di atas hal-hal lain yang lebih penting seperti hubunganku dengan Tuhan dan keluargaku.

Yesus berkata, “Tak seorangpun dapat mengabdi kepada dua tuan. Karena jika demikian, ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain, atau ia akan setia kepada yang seorang dan tidak mengindahkan yang lain. Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon” (Matius 6:24). Meskipun Yesus sedang berbicara tentang uang di dalam ayat tersebut, aku percaya prinsip ini berlaku untuk untuk apapun yang mengambil alih tempat Tuhan di dalam hidup kita.

Aku tahu aku perlu mengatur ulang prioritasku, menempatkan Tuhan sebagai yang pertama di atas segala hal lain dalam hidupku. Namun itu adalah sesuatu yang lebih mudah dikatakan daripada dilakukan, dan kita membutuhkan pertolongan Tuhan dan butuh diingatkan secara rutin untuk membuat prioritas yang benar di dalam hidup kita.

2. Timbang keuntungan dan risiko jangka panjangnya

Secara alami kita akan mempertimbangkan keuntungan-keuntungan dan risiko-risiko jangka pendek, dan berpikir bahwa kita baik-baik saja. Jika kita melihat jangka pendek, keuntungan-keuntungan yang ada akan selalu lebih besar daripada risiko-risiko yang ada. Pada awalnya, aku tidak melihat ada risiko yang signifikan dari bermain “Temple Run”—bagaimanapun juga, game ini begitu menyenangkan.

Tapi ketika aku mulai melihat risiko-risiko jangka panjang yang ada dan membandingkannya dengan keuntungan-keuntungan jangka panjangnya, aku menyadari betapa banyak hal yang aku korbankan. Dalam jangka panjang, aku akan membuang banyak waktu, melewatkan banyak kesempatan, memperburuk banyak hubungan, dan bahkan, merusak kesehatanku. Adakah keuntungannya? Yah, mendapatkan kesenangan. Tapi itu tidak sebanding dengan apa yang harus aku korbankan.

Kita perlu untuk secara sengaja mempertimbangkan dampak-dampak jangka panjang yang mungkin muncul dari tindakan kita. Inilah yang Yesus katakan tentang diri-Nya ketika Dia tahu bahwa Dia harus mati di atas kayu salib. Ibrani 12:2 memberitahu kita, “Yesus … dengan mengabaikan kehinaan tekun memikul salib ganti sukacita yang disediakan bagi Dia, yang sekarang duduk di sebelah kanan takhta Allah.” Meskipun memikul salib adalah sebuah penderitaan bagi-Nya, Dia melihat keuntungan jangka panjang yang ada—sukacita yang dihasilkan dari pengorbanan-Nya—dan dengan setia dan taat memikul salib tersebut.

3. Berhenti sepenuhnya

Beberapa orang percaya bahwa menghilangkan kebiasaan buruk adalah sebuah proses sedikit demi sedikit. Contohnya, jika kamu ingin menghilangkan kebiasaan bermain game di ponselmu, mulailah dengan mengurangi jumlah jam bermain setiap minggu: 5 jam minggu ini, lalu kurangi jadi 4 jam pada minggu berikutnya, dan seterusnya. Pada akhirnya, kamu akan berhenti bermain sepenuhnya. Meskipun beberapa orang berhasil menggunakan cara ini, cara ini tidak berhasil untukku. Cara ini hanya membuatku mencari alasan untuk tetap bermain “satu kali lagi”.

Berhenti sama sekali adalah cara yang paling efektif bagiku. Itu menghindariku dari lingkaran “bermain-satu-kali-lagi-saja” yang membuatku jauh lebih sulit untuk berhenti. Selain itu, aku juga mendapatkan keuntungan instan. Tiba-tiba, aku mempunyai begitu banyak waktu kosong!

Untukku, pertemuan Yesus dengan perempuan Samaria yang berdosa telah menolongku untuk mengambil keputusan ini. Ingat apa yang Yesus katakan di akhir kisah tersebut? Yesus berkata kepada perempuan itu, “Pergilah, dan jangan berbuat dosa lagi mulai dari sekarang” (Yohanes 8:11). Itu adalah sebuah perintah untuk berubah 180 derajat. Tuhan ingin kita meninggalkan dosa-dosa kita sepenuhnya.

4. Ganti kebiasaan lama dengan kebiasaan-kebiasaan yang baik

Dengan waktu kosong yang kini kamu peroleh, penting untuk menemukan sebuah hobi baru atau kebiasaan baru yang memungkinkanmu menggunakan waktumu dengan bijak dan tidak tergoda untuk kembali kepada cara hidupmu yang lama. Dalam pengalamanku, aku memutuskan untuk menggunakan waktuku untuk membaca Alkitab dan mempelajari keahlian baru, yaitu membuat aplikasi web.

5. Cari orang yang kamu percaya untuk membantumu

Alkitab memberitahu kita bahwa kita menjadi lebih kuat ketika kita berjalan bersama-sama. Pengkhotbah 4:9-10 berkata, “Berdua lebih baik dari pada seorang diri, karena mereka menerima upah yang baik dalam jerih payah mereka. Karena kalau mereka jatuh, yang seorang mengangkat temannya, tetapi wai orang yang jatuh, yang tidak mempunyai orang lain untuk mengangkatnya!” Aku percaya ada banyak manfaat yang kita dapatkan dari mempunyai seseorang yang dapat kita percayai untuk membantu kita, seseorang yang dapat kita ajak berbagi pergumulan-pergumulan kita dan menolong kita mengatasi tantangan-tantangan yang ada. Kita juga dapat menjadi bagian dari sebuah kelompok yang saling mendukung satu sama lain.

Sebagai seorang introvert, tidak mudah bagiku untuk menceritakan masalahku dengan orang lain. Jadi awalnya, aku belajar untuk menceritakan pergumulanku dengan Tuhan di dalam doa. Dan oleh karena anugerah-Nya, Dia memberikanku beberapa teman yang dapat dipercaya. Mereka telah menjadi bagian penting dalam menolongku untuk tetap setia dalam komitmen yang telah aku buat.

Apakah kamu ingin lepas dari kecanduanmu juga? Satu hal penting yang perlu kita ingat adalah ini: tindakan-tindakan kita tidak hanya mempengaruhi diri kita sendiri. Pikirkanlah orang-orang yang kita kasihi dan pikirkanlah bagaimana tindakan-tindakan kita mempengaruhi mereka jika kita tidak berubah. Namun di atas segalanya, pikirkanlah segala hal yang telah Tuhan berikan bagi kita dan harga yang telah Yesus bayar di atas kayu salib untuk menyelamatkan kita.

Karena Dia, hidup kita diubahkan. Dan kiranya kita dapat terus diubahkan oleh-Nya menjadi pribadi yang lebih baik.

Sumber: warungsatekamu.org

Tidak ada seorangpun dalam hidup ini yang menyukai masalah. Tetapi masalah tidak bisa kita hindari. Saat ini kami mengajak kamu untuk coba merenungkan bagaimana cara kita bisa keluar dari masalah itu . Ternyata jawabannya cuma satu. Apapun masalahnya, jawabannya ada pada Injil.

Kenapa Injil? Injil itu adalah kasih Tuhan kepada manusia. Injil disini bukan dalam konteks agama tapi kasih Tuhan kepada manusia. Siapapun orangnya,dalam hati kecilnya percaya bahwa ada Tuhan yang menjadikan semuanya.

Untuk itu saat ini kalau kamu sedang menghadapi sesuatu dalam hidup percayalah dan datanglah kepada Injil itu yang adalah Yesus Kristus Tuhan.

Dalam dunia ini tidak ada siapapun kecuali Yesus Kristus Tuhan yang pernah berkata Akulah Jalan, Akulah Kebenaran dan Akulah hidup. Semua manusia hidup kalau tidak menemui jalan berarti dia ketemu jalan buntu.Jadi bagaimanapun keadaanmu saat ini, datanglah kepada Yesus.

Untuk kalangan sendiri

Leave a Comment