Apa Sesungguhnya Panggilan Allah bagi Hidupku?

Oleh Daniel Ryan Day, Amerika Serikat
Artikel asli dalam bahasa Inggris: What Is God Calling Me To Do?

Dalam hidupku, seringkali aku tidak tahu apa yang seharusnya aku perbuat. Kadang, ada hal-hal yang sebenarnya tidak perlu terlalu aku khawatirkan, karena kalau pun aku salah memutuskan, akibatnya tidaklah besar. Contohnya adalah saat Natal tahun lalu. Kala itu, aku merasa begitu stres memikirkan hadiah Natal apa yang paling tepat untuk aku berikan kepada orang-orang yang ingin aku berikan hadiah Natal. Tapi setelah aku pikir-pikir lagi, akibat terburuk apa sih yang terjadi kalau pun aku salah pilih hadiah? Ini bukanlah sebuah keputusan yang besar.

Tapi, ada pula saat-saat lain ketika aku merasa keputusan yang kuambil adalah keputusan yang akan mengubah hidupku. Dalam saat-saat itu, kalau aku salah memutuskan, aku bisa jadi melewatkan hal-hal yang seharusnya aku lakukan dalam hidupku.

Aku hidup dalam budaya yang memberikan tekanan kepada orang-orang dewasa muda untuk memutuskan apa yang akan mereka kerjakan di sisa hidup mereka, pada saat mereka berusia 18-24 tahun—terutama dalam hal pilihan karier. Akibatnya, ada banyak anak remaja yang jadi terlalu stres dan orang-orang dewasa muda usia 30-40 tahunan yang berpindah-pindah pekerjaan. Mereka mencari jawaban dari satu pertanyaan ini: Apa yang seharusnya aku lakukan dalam hidupku?

Bagi orang-orang Kristen, ada suatu kerinduan yang lebih mendalam untuk mendapatkan lebih dari sekadar pekerjaan yang bermakna dan memuaskan: kita juga mencari apa yang menjadi kehendak Allah dalam hidup kita, karena kita percaya bahwa Allah punya rencana atas masa depan kita. Kita percaya memilih pekerjaan bukanlah keputusan kita semata.

Tapi, bagaimana jika Allah tidak pernah memberitahu kita apa yang Dia ingin kita lakukan? Lantas, apa yang harus kita lakukan apabila Allah seolah hanya diam saja ketika kita bertanya apa yang menjadi kehendak-Nya atas hidup kita?

Dulu aku pernah meminta Allah memberitahuku apa kehendak-Nya bagi hidupku. Aku rela melakukan apa pun yang Dia ingin aku lakukan. Aku juga rela pergi ke mana pun Dia memintaku untuk pergi. Tapi, ternyata Dia hanya diam saja. Sangat diam.

Inilah Kehendak Allah dalam Hidupmu

Karena aku tidak dapat menemukan jawaban atas pertanyaan-pertanyaanku itu, aku menjadi frustrasi dengan Allah. Pernahkah kamu merasa frustrasi dengan Allah? Aku pernah. Bahkan, saking frustrasinya sampai-sampai aku pernah mengetikkan di Google, “Apa kehendak Allah dalam hidupku?”

Lalu aku masuk ke sebuah halaman web yang berisi daftar ayat-ayat Alkitab. Ketika aku baca ayat pertama dalam daftar itu, ingin rasanya kulempar saja layar komputerku ke luar jendela. Ayat itu adalah Yeremia 29:11, yang berkata bahwa Allah memiliki rencana atas hidupku.

“Aku tahu Allah punya rencana!” Aku berteriak dengan keras. “Tapi, masalahnya adalah Allah tidak mau memberitahukannya kepadaku!”

Kemudian aku membaca ayat selanjutnya, 1 Tesalonika 4:3. “Karena inilah kehendak Allah: pengudusanmu.” Aku begitu terkejut. Apa?! Sudah begitu lama aku mencari apa kehendak Allah. Ternyata selama ini semua jawabannya ada di dalam Alkitab! Aku jadi makin penasaran apa lagi yang telah kulewatkan selama ini, dan apakah ada ayat lain tentang hal ini. Aku pun mulai mencari.

Masih di kitab yang sama, 1 Tesalonika 5:16-18, aku menemukan ayat ini: “Bersukacitalah senantiasa. Tetaplah berdoa. Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu.” Kemudian aku juga menemukan ayat ini di 1 Petrus 2:15: “Sebab inilah kehendak Allah, yaitu supaya dengan berbuat baik kamu membungkamkan kepicikan orang-orang yang bodoh.”

Semakin banyak aku mencari, semakin banyak yang aku temukan, dan segera aku menyadari bahwa kehendak Allah yang tertulis dalam Alkitab itu sangat banyak. Lantas, bagaimana aku dapat mengingat dan melakukan semua yang tertulis itu?

Tapi kemudian Roh Kudus mengingatkanku tentang sebuah janji yang Yesus ucapkan kepada semua orang yang mau mengikut Dia: “Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu. Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan. Sebab kuk yang Kupasang itu enak dan beban-Kupun ringan” (Matius 11:28-30).

Pada zaman ketika Yesus hidup di bumi, kuk merupakan sebuah kayu lengkung yang dipasangkan pada tengkuk lembu supaya dia bisa menarik beban yang berat. Seringkali dua ekor lembu dipasang satu kuk bersamaan supaya mereka mampu menarik beban yang dua kali lebih berat.

Aku belum pernah melihat secara langsung lembu yang dipasangi kuk, jadi aku lebih suka membayangkan istilah kuk dan lembu dengan sesuatu yang lebih modern, seperti truk penarik bagasi yang sering kulihat di bandara dari dalam jendela pesawat.Biasanya truk itu akan menarik empat atau lima gerbong bagasi yang dipenuhi dengan koper-koper milik penumpang. Anggaplah kuk itu seperti sebuah truk. Beban yang ditariknya sudah tentu berat, bukan?

Ketika aku membaca Alkitab dan mencatat perintah-perintah apa yang tertulis di sana dan apa yang Allah ingin aku lakukan, perintah-perintah itu seolah seperti koper-koper yang harus ada di gerbong bagasi. Ketika aku sudah selesai membaca Alkitab, ternyata koper-koper itu ada begitu banyak, dan semuanya berisikan perintah-perintah yang Allah ingin aku lakukan. Itu semua amatlah berat.

Tapi, Tuhan Yesus berkata bahwa kuk-Nya itu enak dan beban yang Dia berikan itu ringan. Jadi, apabila aku merasa beban yang kupikul itu terlalu berat, maka tentu ada yang salah dengan diriku sendiri.

Dua Panggilan Hidup yang Terutama

Tuhan Yesus sebenarnya telah membuat panggilan hidup kita jadi lebih sederhana. Dia berfirman, “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. Itulah hukum yang terutama dan yang pertama. Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Pada kedua hukum inilah tergantung seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi” (Matius 22:37-40).

Menurutku, dalam bagian Alkitab itu, Tuhan Yesus bukan hanya sekadar memberi kita hukum yang terutama, tapi juga mengajarkan kita tentang sesuatu yang aku sebut sebagai panggilan yang terutama. Hal yang pertama dan terutama adalah, aku dan kamu dipanggil untuk berjalan dalam sebuah hubungan yang intim dengan-Nya. Kita tidak lagi harus menghafalkan daftar hal-hal yang harus dilakukan dan yang tidak boleh dilakukan (yang begitu berat seperti gerbong bagasi itu), karena Tuhan Yesus telah mengangkat beban yang berat dari hukum Taurat itu dari bahu kita. Sebagai gantinya, Dia memberikan kita rangkuman sederhana tentang apa yang sesungguhnya menjadi tujuan hidup kita.

Jadi, apakah tujuan hidup itu? Jawaban sederhananya adalah: Mengasihi Allah dan sesama. Itulah panggilan yang terutama. Sekalipun kamu tidak mengingat hal-hal lain, aku berharap kamu mengingat kebenaran ini: Allah telah memanggil kamu—dan itulah kehendak-Nya atas hidupmu—untuk mengasihi Dia dengan segenap hati, jiwa, akal budi, dan kekuatanmu, dan untuk mengasihi sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.

Sumber: warungsatekamu.org

Tidak ada seorangpun dalam hidup ini yang menyukai masalah. Tetapi masalah tidak bisa kita hindari. Saat ini kami mengajak kamu untuk coba merenungkan bagaimana cara kita bisa keluar dari masalah itu . Ternyata jawabannya cuma satu. Apapun masalahnya, jawabannya ada pada Injil.

Kenapa Injil? Injil itu adalah kasih Tuhan kepada manusia. Injil disini bukan dalam konteks agama tapi kasih Tuhan kepada manusia. Siapapun orangnya,dalam hati kecilnya percaya bahwa ada Tuhan yang menjadikan semuanya.

Untuk itu saat ini kalau kamu sedang menghadapi sesuatu dalam hidup percayalah dan datanglah kepada Injil itu yang adalah Yesus Kristus Tuhan.

Dalam dunia ini tidak ada siapapun kecuali Yesus Kristus Tuhan yang pernah berkata Akulah Jalan, Akulah Kebenaran dan Akulah hidup. Semua manusia hidup kalau tidak menemui jalan berarti dia ketemu jalan buntu.Jadi bagaimanapun keadaanmu saat ini, datanglah kepada Yesus.

Kalau kamu ingin mengenal siapa Yesus lebih lagi, silahkan chat dengan kami.
Silahkan Whatsapp ke:
Whatsapp: +62 889-1466-144

Untuk kalangan sendiri

Leave a Comment