Bebas dari Kebiasaan Buruk

Oleh: Andrianus Fredy Wijaya

Dosa, Dosa, DOSA.

Itulah kata yang sangat rumit di hidupku. Sekalipun aku tumbuh sebagai seorang yang beragama Kristen, aku adalah tipikal orang yang suka mengulangi dosa yang sama, istilah kerennya “jatuh di lobang yang sama”. Nonton film porno, merokok, minum minuman berakohol tinggi adalah hal yang amat aku sukai. Setiap selesai melakukan hal tersebut, ada rasa bersalah yang muncul di hatiku dan sering aku pun segera mengaku dosa di hadapan Tuhan. Namun, sekalipun aku tahu itu kebiasaan yang tidak menyenangkan Tuhan, tetap saja aku mengulanginya terus menerus. Kebiasaan-kebiasaan itu seolah membelenggu hidupku. Membuatku sangat frustrasi. Sering sekali muncul pertanyaan dalam diriku, “Apakah dosa-dosaku masih mungkin diampuni?”

Sebenarnya aku sempat mencoba berbagai cara untuk menghilangkan kebiasaan-kebiasaan burukku itu. Pernah aku mengikuti terapi merokok. Tetapi, bukannya sembuh, aku malah mendapat teman-teman baru yang akhirnya membuat kebiasaan merokokku makin parah. Kebiasaan nonton film porno adalah hal yang sangat mendarah daging di hidupku. Aku bahkan pernah menjadi bandar film di SMP. Bayangkan saja, seorang Kristen dikenal sebagai bandar film porno di sekolah, sungguh tidak pantas, bukan? Aku pernah minta didoakan oleh banyak pendeta, namun hidupku tak kunjung berubah. Malah makin parah. Aku merasa tak berdaya. Aku malu akan hidupku. Aku merasa tidak layak menjadi anak Allah. Tentulah aku tidak akan selamat.

Namun, dalam kasih karunia Tuhan, pada saat kuliah aku dipertemukan dengan seorang sahabat yang cinta Tuhan. Ia mengingatkan aku pada momen pembaptisanku waktu SMA dulu, saat aku mengaku percaya dan menerima Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamatku. Ia mengingatkan aku pada Firman Tuhan yang berkata: “Tetapi semua orang yang menerima-Nya diberikan kuasa supaya menjadi anak–anak Allah, yaitu mereka yang percaya dalam nama-Nya” (Yohanes 1:12). Ibarat seorang gelandangan tak berpendidikan yang diadopsi keluarga berada, aku yang adalah seorang pendosa besar telah diangkat Tuhan menjadi anak-Nya. Gelandangan itu tentunya tidak serta merta bisa hidup laksana keluarga barunya yang terpelajar. Namun kini, ia punya kesempatan untuk berubah, punya orangtua yang akan membimbingnya. Sama halnya dengan itu, pengampunan dan status yang baru memang tidak otomatis membuatku menjadi pribadi yang sempurna, tetapi aku kini punya kemampuan untuk berkata tidak kepada dosa, karena Tuhan yang kini menjadi Bapaku memberikan aku kesempatan dan kekuatan untuk menjalani hidup yang baru. Aku bukan lagi orang yang terbelenggu dan tidak berdaya.

“Tetapi aku sudah terlanjur melakukan banyak dosa … aku harus bagaimana?” tanyaku masih agak ragu.

“Tuhan itu setia dan adil …” kata sahabatku sembari tersenyum.
“Jika kita mengaku dosa kita … Ia akan mengampuni dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan,” lanjutnya mengutip 1 Yohanes 1:9.

Sebuah jaminan yang begitu melegakan hati dari Tuhan sendiri! Tuhan tidak membuang anak-anak-Nya yang melakukan kesalahan. Ketika kita jatuh, yang harus kita lakukan adalah cepat-cepat bangkit dan kembali mendekat kepada-Nya, mengakui dan menjauhi dosa, serta memberi diri untuk diperbarui oleh-Nya.

Betapa aku merasa sangat merdeka. Bukan merdeka untuk berbuat dosa sesuka hatiku, tetapi merdeka untuk terus hidup bagi Tuhan, karena kini aku mempunyai keyakinan teguh untuk tidak berbuat dosa lagi. Nyatanya, hari demi hari aku makin diperbarui. Aku tidak lagi dibebani rasa bersalah atas masa laluku atau rasa tidak berdaya menghadapi kebiasaan-kebiasaan burukku. Aku yakin Tuhan sendirilah yang menjamin hidupku dan akan terus memberiku kekuatan untuk melakukan hal-hal yang menyenangkan hati-Nya.

Sumber: warungsatekamu.org

Leave a Comment