Bunda Theresa: Misionaris Kaum Papa di India

“Kita tidak dapat berkata `Aku mengasihi Tuhan, tapi tidak mengasihi sesamaku`, karena ketika Kristus mati di kayu salib, Ia telah membuat diri-Nya menjadi yang lapar, yang telanjang, dan yang tidak punya rumah” — pidato Bunda Theresa saat memenangkan Hadiah Nobel di Oslo, 1979

Bunda Theresa lahir pada tanggal 26 Agustus 1910 di Skopje, Albania. Ketika dibaptis, ia diberi nama Agnes Gonxha. Dalam bahasa Albania, “gonxha” berarti “kuncup mawar”. Saat remaja, Gonxha bergabung dalam kelompok pemuda jemaat lokal yang bernama “Sodality”. Melalui keikutsertaannya dalam berbagai kegiatan yang dipandu oleh seorang pastor Jesuit, Gonxha tertarik dalam bidang pengabaran Injil. Pada usia 17 tahun, ia merespons panggilan Tuhan untuk menjadi biarawati misionaris.

Pada tanggal 28 November 1928, ia bergabung dengan Institute of the Blessed Virgin Mary, yang dikenal juga dengan nama “Sisters of Loretto”, sebuah komunitas yang banyak melakukan pelayanan di India. Ia mengganti namanya menjadi Theresa, mengikuti Santa Theresa Lisieux yang dalam kepercayaan Katolik dikenal sebagai pelindung para misionaris.

Suster Theresa pun dikirim ke India untuk menjalani pendidikan sebagai biarawati. Setelah mengikrarkan komitmen kepada Tuhan, ia pun mulai mengajar di St. Mary`s High School di Kalkuta. Pada tahun 1944, ia diangkat menjadi kepala sekolah.

Namun, kesehatannya memburuk karena TBC dan ia pun dikirim ke Darjeeling. Dalam kereta api yang tengah melaju meninggalkan Kalkuta, Suster Theresa mendapat panggilan dari Tuhan. Ia merasakan belas kasih bagi banyak jiwa membakar hatinya, sebagaimana yang dirasakan oleh Kristus sendiri. Saat itu, 10 September 1946 disebut sebagai “Hari Penuh Inspirasi” oleh Bunda Theresa.

Ia memulai pelayanannya dengan membuka sebuah sekolah di lingkungan kumuh di Kalkuta, dilanjutkan dengan organisasi “Missionary of Charity”. Pada awal 1960, Bunda Theresa mulai mengirimkan suster-susternya ke daerah-daerah lain di India. Selain itu, pelayanan “Missionary of Charity” pun mulai melebarkan sayapnya ke Venezuela dan diikuti oleh pembukaan rumah-rumah di Ceylon, Tanzania Roma, dan Australia untuk merawat kaum miskin.

Bunda Theresa dianugerahi hadiah Nobel Perdamaian pada tahun 1979. Hadiah uang sebesar 6.000 dolar yang ia peroleh, seluruhnya disumbangkan untuk masyarakat miskin di Kalkuta. Kurang dari 1 dekade kemudian, Bunda Theresa mendirikan pusat rehabilitasi pertama bagi korban AIDS di New York. Memasuki tahun 1990, kondisi tubuhnya mulai menurun, khususnya setelah mengalami serangan jantung. Bunda Theresa meninggal pada tanggal 5 September 1997 dalam usia 87 tahun. Kumpulan surat-suratnya semasa ia hidup diterbitkan pada tahun 2007, dalam buku berjudul “Mother Theresa Come Be My Light”.

 

 

 

 

 

 

 

 

Mari menjadi Garam & Terang dunia melalui kesaksian hidup kita yang memberkati.

DOA Memulai Hubungan Pribadi dengan Tuhan Yesus Kristus:

Saya percaya bahwa Darah Yesus Kristus yang telah dicurahkan adalah untuk penebusan atas segala hutang dosa saya.
Saya percaya hanya melalui Tuhan Yesus saya beroleh pengampunan yang kekal.
Dan mulai saat ini juga, saya menerima Engkau sebagai Tuhan dan Juruselamat hidup saya pribadi.
Saya mengundang ROH KUDUS tinggal didalam hati saya untuk menuntun saya dalam setiap langkah dan pengenalan saya akan Engkau.
Saya berdoa Hanya di Dalam Nama Tuhan Yesus Kristus, AMIN. 

Sumber: http://sabda.org

Web Kesaksian : www.kesaksian.org
Untuk kalangan sendiri

Leave a Comment