DURI DALAM DAGING, KELEMAHAN YANG MENGUATKAN


Mimin Liani

Mimin penuh semangat menjalani kehidupan. Meski di tubuhnya tersimpan kelemahan. Ia yakin di tangan Tuhan tak ada yang perlu ditakutkan. Baginya, yang penting adalah menjaga semangat, bekerja memberi makna.

SAKIT KEPALA DAN CEPAT LELAH
Seluruh anggota tubuh Mimin lengkap dan normal. Seperti anak-anak kecil lainnya, ia bisa bermain bebas. Namun memasuki SD, bila terkena sinar matahari, kepala Mimin terasa sakit seperti migrain, terutama kepala sebelah kanan. Oleh karena kondisi itu, Mimin dapat dispensasi tidak kena giliran sekolah siang. Di sekolahnya semua siswa mendapat giliran sekolah pagi dan siang. Sakit kepala Mimin bertambah dengan bertambahnya
usia. Bagi wanita kelahiran Jakarta 21 Maret 1966, pelajaran olahraga menjadi perjuangan tersendiri. Ia cepat sekali lelah dan napasnya sering tersengal-sengal. Namun, ia tidak mau memanjakan diri. Ia tetap mengikuti olahraga berat, seperti lari dan voli meskipun setelah itu ia lemas.

“Pada usia 20 tahun, saat bekerja di depan komputer, tiba-tiba pandangan saya gelap. Dalam hati saya berdoa, Tuhan tolong! Saya berusaha merayap pelan-pelan, merambat tembok menuju tempat minum. Setelah minum, perlahan penglihatan kembali terang,” kenang istri dari David Soleman dan ibu
dari Leonard Timothy, Rionaldo Timothy, dan Evania Theofila.

KELAINAN KATUP MITRAL
Kejadian itu mendorong Mimin periksa ke rumah sakit untuk cek jantung. Ia pun menjalani beberapa pemeriksaan. Grafik selama tread mill tidak menunjukkan adanya kelainan. Akhirnya setelah USG EHO, ditemukan adanya kelainan pada katup mitral. Katup mitral berfungsi menghubungkan antara serambi kiri dan bilik kiri jantung. Dokter yang memeriksa berkata, “Ini mukjizat. Melihat kondisi ini kami tidak bisa melakukan tindakan. Tidak ada obat. Operasi pun tidak bisa. Saran saya, Ibu jangan stres. Katup mitral itu
ibarat pintu buka tutup. Kalau stres, adrenalin naik memacu buka tutup yang cepat dan tak beraturan. Itu sangat bahaya,”
 kenangnya menirukan kata-kata dokter.

Penasaran dengan penjelasan dokter, ia mencari pendapat kedua ke rumah sakit lain. Jawabannya sama. Kelainan itu tidak bisa diobati. Kuncinya adalah menjaga emosi karena sangat berpengaruh pada aliran darah. Ketika dicek lebih jauh, dokter menemukan kebocoran jantung ke arah paruparu dan mengarah ke seluruh tubuh. Mimin makin kaget dengan penjelasan yang makin menyeramkan ini. Masih di rumah sakit yang sama, ia pindah ke lain dokter. Ternyata penjelasan yang diberikan tak berbeda.

Memasuki pernikahan, Mimin tenggelam dalam kesibukan sebagai istri, ibu, dan karyawan. “Saya bersyukur bisa melakukan semua tugas. Itu semua karena Tuhan,” ujarnya. Hal yang penting adalah ia tidak boleh mengangkat barang berat dan melakukan aktivitas berlebihan. Namun dalam keseharian, Mimin cukup sibuk. Selain bekerja kantoran, ia masih menerima pesanan kue tart dan kue kering. Pada waktu-waktu tertentu pesanan cukup banyak. “Setelah menimbang banyak hal, tahun 2000 saya memutuskan bekerja di rumah, membuka bimbingan
belajar bagi murid SD dan SMP. Dengan begitu, lebih banyak waktu untuk memerhatikan keluarga dan mengatur pelayanan.”

RUANG BIMBEL ISTIMEWA
Murid SMP yang ia bimbing di bimbelnya rata-rata sudah ikut sejak SD. Mereka cukup mengenal Mimin. Jika tiba-tiba saja ia harus beristirahat sekitar 10 menit dengan berbaring pada kasur lipat yang terletak di balik meja, atau tiba-tiba saja Mimin sesak napas dan harus pasang oksigen yang selalu disiapkan di rumah, mereka maklum. Mereka mengerti kondisi kesehatan Mimin.

Pagi pada 2008 ketika Mimin akan mandi, tiba-tiba otot seluruh tubuhnya seperti ditarik. Sakit sekali. “Saya berdoa pada Tuhan, saya butuh mukjizat-Mu. Dengan sisa kekuatan dan menahan sakit, saya berjalan merambat untuk
membangunkan suami saya. Suara saya kelu, sulit sekali bicara. Satu kata yang keluar dari mulut saya, ‘Susu…’ Saya ingin sekali minum susu hangat. Tiba-tiba blek! Saya pingsan. Samar-samar terdengar suami dan anak-anak menggotong tubuh saya. ‘Gimana nih cara pasang selang oksigen?’ tanya salah satu anak kami panik. Tangan saya meraih selang, mengatupkan alat hirup oksigen. Serangan seperti itu menurut dokter sangat berbahaya. Oksigen bisa saja tidak sampai ke otak sehingga menyebabkan stroke. Tiga hari saya beristirahat total,” kisahnya.

Mimin teringat seseorang yang memerlukan konsultasi karena masalah yang berat. “Tuhan memberikan kekuatan sehingga saya bisa bertemu orang tersebut,” tambahnya. Pada 2009 Mimin menjalani penguretan. Ternyata tubuhnya tidak tahan obat bius. Belum sadar sepenuhnya, ia melihat suster kalang kabut karena
mesin denyut jantung terhenti. Tubuhnya terasa sangat dingin dan tidak bisa digerakkan. Terlintas dalam pikirannya, Tuhan akan memanggilnya pulang. Ya, di
hatinya tertanam keyakinan bahwa Tuhan berdaulat penuh atas kehidupan manusia. “Saya tak perlu takut karena saya milik-Nya. Kalau masih ada tugas dari Tuhan, Ia akan memberi napas hidup.” Mukjizat terjadi. Dengan suara yang jelas sekali, ia minta minum. Sayup-sayup ia mendengar suster berkata pada dokter, ”Dok, ibu minta minum.”

BUKAN DUNIA DONGENG

Hidup bagi Mimin bukan dunia dongeng. “Dongeng yang pernah saya baca ketika kecil selalu menceritakan kemudahan secara instan dan ajaib dalam menghadapi berbagai persoalan. Dongeng yang tertanam memunculkan keinginan yang sama. Khayalan juga merasuki orang dewasa yang berpikir bahwa dengan mengikut dan melayani Tuhan, semua akan berjalan baikbaik saja,” tuturnya. Mimin sangat terinspirasi dengan kisah Paulus, rasul yang didera banyak hal dalam pelayanannya. Ungkapan “duri dalam daging” menunjukkan keadaan yang terus-menerus mengganggu dan melemahkan. Hal itu tidak hanya berbicara tentang penyakit, tetapi juga tekanan-tekanan kecil dalam keseharian. “Saya sangat bersyukur dengan duri dalam daging dalam hidup saya. Itu membuat saya menyadari kelemahan saya. Sesungguhnya saya sangat
membutuhkan Kristus.”

Pengertian itulah yang membawa Mimin semakin menyadari arti kehidupan dan tidak terfokus pada diri sendiri. Hidup adalah untuk memberi dan melayani. Setengah tahun lalu, ia dengan beberapa teman menyediakan waktu dan tenaga untuk membagi perhatian kepada anak-anak pemulung di daerah pekuburan tanah Go Cap, Tangerang. “Tuhan mempertemukan saya dengan Pak Gordon dan Bu Lucy yang melayani di sana. Awalnya saya mengajar baca tulis, lalu menjangkau orangtua untuk mengarahkan pola pikir mereka,” jelas Mimin yang melayani Tuhan di dunia maya sejak 2009. Ia mementor, menerima konseling, dan membuat catatan-catatan singkat untuk memotivasi di beberapa grup facebook.

Mimin selalu bersemangat menjalani kehidupan. Dalam kelemahan tubuhnya, ia merasakan kekuatan kasih Bapa. Redaksi

 

 

 

 

 

 

 

 

Sumber: ebahana.com

Jika Anda ingin berbagi kisah hidup atau minta dukungan doa silahkan Whatsapp ke:
Whatsapp: +62 889-1466-144

Tuhan Yesus Memberkati
Untuk kalangan sendiri

Leave a Comment