IBU MARTHA PAPPY YANG BAIK HATI

Kisah Inspirasi

Maria Magdalena Agustiana Simamora

Agustus 2000 papa dipanggil Tuhan. Saat itu aku masih kelas 2 SD. Sedih sekali rasanya kehilangan orang yang kita sayangi. Mama tentu saja yang paling terpukul. Tak pernah menduga secepat itu menjadi orangtua tunggal bagi lima anak.

Mama stres berat. Papa adalah tulang punggung keluarga dengan mengurus bengkel mobil yang cukup laris di daerah Caman, Bekasi. Tempat itu strategis, persis di jalan raya Kalimalang. Setelah papa tiada, mama, kakak, dan abang bergotong royong mengurus bengkel. Dari sanalah kami makan, bersekolah, dan memenuhi kebutuhan hidup.

BU MARTHA, GURU AGAMA
Beberapa bulan kemudian, saking stresnya sambil menangis mama sempat datang ke sekolahku yang juga sekolah adikku, Imanuel. Ia berniat memindahkan sekolah kami di SD Swasta Cemerlang II ke sekolah lain yang biayanya lebih murah.

Guru agama, Ibu Martha Pappy sangat memerhatikan mama. Ia menghibur dan menguatkan. Mama pun curhat, mengaku beban yang terlalu berat. Bu Martha minta pada mama untuk mengurungkan niatnya memindahkan sekolah kami. Ia takut itu menjadi hal yang kurang baik bagi prestasi kami. Mama sangat terharu ketika Bu Martha mengatakan akan menanggung biaya sekolahku dan adikku sampai lulus SD. Oh, pertolongan yang tak pernah terlintas dalam pikiran kami.

BENGKEL DIGUSUR
Tiga tahun kemudian, bengkel sebagai sumber keuangan keluarga tergusur karena proyek pelebaran jalan. Sungguh peristiwa ini sangat menggoncang keuangan keluarga.

Uang penggantian tidak sesuai. Jauh dari kelayakan. Apa boleh buat. Kami harus mengontrak rumah karena selama ini bengkel dan tempat tinggal menjadi satu.
Abang dan kakakku bekerja keras, bekerja apa saja yang penting membantu mencukupi kebutuhan rumah. Abangku Lian ngamen di bus kota untuk membiayai sekolahnya Kak Hotma lincah ke sana sini, mencari uang supaya kami tidak putus sekolah dan bisa membayar kontrakan. Abang dan kakak kompak, bersatu hati meringankan beban mama.

TANGAN MURAH HATI
Lulus SD, aku masuk SMP Negeri, bebas uang sekolah. Wahhh… senangnya. Syukur pada Tuhan. Uang sekolah kembali muncul ketika aku lulus SMP. Aku diterima di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri. Apa yang terjadi? Dalam kebingungan kami, Bu Martha kembali menyediakan diri menjadi orangtua asuh, membayar biaya sekolahku yang tak sedikit. Setiap bulan mama datang ke rumah
Bu Martha untuk mengambil uang sekolah yang telah disiapkannya. Tak terasa tahun ini adalah tahun terakhir aku di SMPK.
Bu Martha bukanlah orang yang kaya raya. Suaminya pegawai biasa. Mereka mempunyai dua anak yang masih kuliah. Tentu setiap bulan mereka membutuhkan dana yang tak sedikit. Namun, sungguh aku belajar nilai kebaikan yang luar
biasa. Dengan sukacita menolong orang. Bu Martha selalu ramah dan mengulurkan tangannya. Banyak teman SD-ku atau murid-murid Bu Martha merasakan uluran tangan baiknya. Tangan murah hati.

Lewat tulisan ini kusampaikan rasa terima kasihku pada Bu Martha sekeluarga yang telah menjadi teladan dalam memberi. Aku dan keluargaku tak dapat membalas kebaikan itu. Doa kami Tuhan melimpahkan rahmat dan berkat-Nya bagi mereka. Redaksi

 

 

 

 

Sumber: ebahana.com

Jika Anda ingin berbagi kisah hidup atau minta dukungan doa silahkan Whatsapp ke:
Whatsapp: +62 889-1466-144

Tuhan Yesus Memberkati
Untuk kalangan sendiri

Leave a Comment