Jangan Membuat Resolusi

Oleh Jeffrey Siauw, Jakarta

Ada banyak orang yang sering membuat resolusi di awal tahun yang baru. Aku salah satunya. Tapi, tahun ini aku tidak melakukannya.

Mengapa banyak orang yang membuat resolusi di tahun baru? Kukira ada dua alasan besar.

Pertama, pergantian tahun adalah “tonggak waktu” yang Tuhan berikan untuk menandai hidup kita. Bahwa “satu bab” sudah berlalu dan kita membuka “bab yang baru”. Maka pergantian tahun mendorong kita untuk mengingat “bab yang lalu”, mengevaluasinya, dan mengharapkan “bab yang baru”.

Kedua, kita sangat sadar bahwa hidup kita belum cukup baik di tahun yang lalu. Kita tahu segala kelemahan dan kegagalan kita. Berat badan yang tidak ideal. Kehidupan keluarga yang kurang harmonis. Pembagian waktu yang berantakan. Gaya hidup yang kurang baik. Maka, kita ingin berubah.

Tahun baru, resolusi baru. Kita berharap segalanya lebih baik. Kita bertekad menjadi lebih baik.

Tetapi, resolusi cenderung fokus pada hasil (tidak selalu, tapi biasanya begitu). Kita ingin menjadi orang yang lebih ramah. Kita ingin berat badan kita turun 8 kilogram. Kita ingin hidup sehat. Kita ingin berhasil dalam pekerjaan. Tidak ada yang salah dengan semua itu. Tetapi, tidak ada hasil tanpa proses! Kita sering membuat resolusi tanpa memikirkan bagaimana mencapainya. Maka tidak heran pada bulan Februari banyak orang yang meninggalkan resolusi yang dibuat pada bulan Januari.

Resolusi juga cenderung fokus pada kesimpulan tanpa memberikan detail apa yang dimaksudkan. Misalnya, “aku mau lebih banyak menolong orang” tidak akan berhasil tanpa diperjelas apa sebetulnya yang ingin kita lakukan. Untuk bisa lebih banyak menolong orang, perlu ada kebiasaan baru yang kita bentuk. Kebiasaan apa? Kapan? Apa komitmennya? Tanpa semua itu, resolusi akan percuma.

Maka menjelang akhir 2018, aku coba membuat aturan bagaimana aku ingin hidup di tahun 2019. Aturan itu seperti proses. Aku tidak tahu bagaimana hasilnya nanti, walaupun seharusnya kalau prosesnya benar maka hasilnya pasti baik. Aku tidak ingin fokus hanya memimpikan hasil, tetapi aku ingin fokus mengerjakan proses.

Di akhir 2018 dan di awal 2019, aku membaca artikel tentang resolusi yang sangat baik dan menegaskan apa yang ingin kulakukan. Di artikel tersebut, penulis menyarankan untuk kita membuat aturan hidup yang mencakup lima wilayah kehidupan kita: (1) Relasi dengan Tuhan, (2) Kehidupan/kesehatan pribadi, (3) Relasi dengan orang di sekitar, (4) Gereja, (5), Pekerjaan.

Misalnya, kita bisa membuat aturan hidup:

1. Setiap hari Senin-Jumat aku akan bangun jam 05:15, olah raga selama 45 menit. Setelah sarapan, aku akan saat teduh selama 30 menit. Kemudian berangkat kerja.
2. Aku akan tidur paling lambat jam 22:30.
3. Setiap hari Minggu aku akan mengevaluasi kehidupanku selama seminggu ke belakang dan merencanakan hidupku seminggu yang akan datang.
4. Setiap Senin malam, aku akan membaca buku rohani selama 1.5 jam.
5. Setiap hari Minggu malam, aku akan mengajak orang tuaku makan bersama.
6. Setiap akhir bulan aku akan mengevaluasi kondisi keuanganku dan mendiskusikannya dengan pasanganku.
7. Selain perpuluhan yang kuberikan, aku akan menyisihkan 2% lagi dari pendapatanku untuk menolong orang yang membutuhkan.
8. Dan seterusnya…

Sebelum memulai itu semua, kita dapat memulai dengan berdoa bagian manakah dalam kehidupan kita yang harus berubah. Pikirkan baik-baik apa yang ingin kita capai di tahun ini. Kemudian, pikirkan juga bagaimana kita bisa mencapainya? Kebiasaan apa yang harus kita mulai? Komitmen apa yang harus kita jalani untuk membentuk kebiasaan itu?

Komitmen akan membentuk kebiasaan dan kebiasaan pasti akan mengubah. The power of commitment. The power of habits.

Selamat membuat aturan hidup dan membentuk kebiasaan yang baru.

Sumber: warungsatekamu.org

Tidak ada seorangpun dalam hidup ini yang menyukai masalah. Tetapi masalah tidak bisa kita hindari. Saat ini kami mengajak kamu untuk coba merenungkan bagaimana cara kita bisa keluar dari masalah itu . Ternyata jawabannya cuma satu. Apapun masalahnya, jawabannya ada pada Injil.

Kenapa Injil? Injil itu adalah kasih Tuhan kepada manusia. Injil disini bukan dalam konteks agama tapi kasih Tuhan kepada manusia. Siapapun orangnya,dalam hati kecilnya percaya bahwa ada Tuhan yang menjadikan semuanya.

Untuk itu saat ini kalau kamu sedang menghadapi sesuatu dalam hidup percayalah dan datanglah kepada Injil itu yang adalah Yesus Kristus Tuhan.

Dalam dunia ini tidak ada siapapun kecuali Yesus Kristus Tuhan yang pernah berkata Akulah Jalan, Akulah Kebenaran dan Akulah hidup. Semua manusia hidup kalau tidak menemui jalan berarti dia ketemu jalan buntu.Jadi bagaimanapun keadaanmu saat ini, datanglah kepada Yesus.

Kalau kamu ingin mengenal siapa Yesus lebih lagi, silahkan chat dengan kami.
Silahkan Whatsapp ke:
Whatsapp: +62 889-1466-144

Untuk kalangan sendiri

Leave a Comment