Besar dalam keluarga yang tidak harmonis, tentu bukan harapan yang diinginkan oleh semua anak tentang gambaran sebuah keluarga. Dengan latar belakang broken home, Jongki Soesilo berharap agar kelak saat membangun rumah tangganya, dia bertemu dengan pendamping yang penuh kasih sayang dan diliputi kedamaian.
Perkenalan dengan seorang wanita bernama Evitha Lucas, terjadi saat Jongki pindah ke kantor baru. Hubungan yang awalnya sebatas rekan kerja kemudian berkembang menjadi hubungan serius. Setelah menikah, Evitha dan Jongki dikaruniai dua orang anak.
Harapan Jongki untuk didampingi seorang istri yang penuh kasih dan rumah tangga yang damai kemudian mulai menjauh. “Saya berharap bahwa Bu Evitha bisa lebih mengasihi dan selalu damai. Tapi dalam pernikahan ini ternyata saya tidak mendapatkannya,” ungkap Jongki.
Jongki yang terlalu sibuk bekerja memancing kemarahan dari Evitha. Dan karena keegoisan keduanya, rumah tangga mereka mulai goyah. “Pernah satu hari saya ada tugas kerja ke Semarang, tapi saya tidak diberi ijin olehnya. Saat itu saya bingung, kecewa, dan marah dengan sikap Evitha.”
Sejak saat itu, pertengkaran seakan menjadi bagian komunikasi antara keduanya. Evitha yang sering marah dan berteriak membuat Jongki meresponi hubungannya dengan negatif. Hingga pada akhirnya di tahun 2002, Jongki mendapat kesempatan bekerja di Ghana dan tanpa kompromi, dia mengambil kesempatan tersebut.
Tidak melibatkan keputusan istri dan keluarganya, Jongki memberitahukan Evitha tentang keberangkatan ke Ghana seminggu sebelumnya. “Waktu dia bilang sudah ditetapkan berangkat, maka tidak ada satupun yang bisa melarangnya,” ujar Evitha.
Beberapa tahun setelah tinggal di Ghana, Jongki bertemu dengan seorang wanita. Awalnya dia hanya berniat membantu wanita tersebut untuk mendapatkan izin tinggal di Ghana dengan membuat surat pernyataan menikah. Akan tetapi berjalannya waktu, Jongki pun akhirnya terpikat dengan wanita tersebut.
Tidak menghiraukan istri dan anak-anaknya, Jongki memilih untuk menelantarkan keluarganya. Kabar ini kemudian sampai ke telinga Evitha. Mendapat informasi suaminya menikah lagi di Ghana, Evitha ‘meradang’.
Saat itulah dendam dan kepahitan berkembang dalam hati Evitha. “Oke, kalau dia enggak menafkahi keluarga, saya akan buktikan bahwa saya bisa berjuang untuk anak-anak, saya bisa buat mereka berhasil,” tekadnya dalam hati.
Sementara itu di Ghana, Jongki yang berharap hubungannya kali ini bisa mendapat kasih sayang, kedamaian, dan perhatian ternyata berujung hampa. “Apa yang saya harapkan, tidak didapatkan. Bukannya lebih baik, dia justru lebih cemburuan, lebih protektif, dan lebih parah,” ungkapnya.
Kegagalannya dalam berhubungan membuat hidupnya semakin hampa. Saat yang sama pula, kerinduan kepada anak-anak memuncak. Saat itulah Jongki sadar bahwa dia telah melakukan kesalahan dengan meninggalkan keluarganya.
Tidak lama setelah itu, Jongki bertemu dengan seorang pria berkewarganegaraan Korea. Karena lancar berbahasa Inggris, keduanya berkenalan dan berbicara tentang bisnis. Namun, entah bagaimana percakapan mereka sampai pada pertanyaan tentang iman dan bagaimana hubungan Jongki dengan Tuhan selama ini.
Pada saat orang Korea tersebut akan pulang, dia menyempatkan diri untuk bertemu dengan Jongki. Dalam pertemuan singkat itu, pria tersebut mengungkapkan bahwa pertemuan mereka bukanlah kebetulan.
Dia juga diingatkan, bahwa Yesus mengasihinya dan Dia rindu untuk semakin dekat dengannya. “Pertemuan itu mengingatkan saya bahwa apa yang saya lakukan tidaklah benar.”
Mendekati akhir tahun 2012, Jongki seperti mendapat kejutan dari Tuhan dengan kiriman email istrinya. “Kamu ada di mana? Saya dan anak-anak kangen. Saya berharap kamu bisa pulang. Tolong hubungi saya,” tulis Evitha.
Penantian berakhir dengan kemenangan
Pagi itu, Evitha yang baru selesai berdoa dan saat teduh mendapat telepon yang telah lama dinantikannya. Mendengar suara suaminya setelah sekian lama, Evitha hanya bisa menangis haru sambil mendengarkan Jongki. “Saat itu saya langsung bilang, apapun keadaan kamu, pulanglah,” ujar Evitha.
Penantian 10 tahun itu akhirnya berakhir dengan kemenangan. Pada Maret 2013, Jongki pulang dan disambut hangat keluarganya. “Saya mengucap syukur bahwa Tuhan menjawab doa saya.” Evitha yang dulunya dendam akhirnya mau belajar memaafkan dan kembali mengasihi suaminya.
Jongki pun tulus meminta maaf kepada istri dan anak-anak. Selain itu, secara terbuka hatinya juga bersedia dipulihkan. “Kami melihat perubahan yang dahsyat dalam hidup suami saya. Dan apapun yang saat itu kami gumulkan, Tuhan selalu menjawab tepat pada waktu-Nya,” terang Evitha.
Saat suami dipulihkan Tuhan, maka demikian pula dengan keluarganya. Saat ini, Jongki mengambil komitmen untuk melayani Tuhan di sisa hidupnya, tentunya dengan dukungan penuh dari Evitha.
“Saya berterima-kasih dengan apa yang telah saya lalui dan hadapi. Sebab, Tuhan tidak pernah meninggalkan saya dan selalu menjawab doa saya. Sekarang saya ingin bersama Tuhan dan berterima kasih kepada-Nya sampai akhir hidup saya,” ungkap Jongki.
Sumber : Jongki Susilo
DOA Memulai Hubungan Pribadi dengan Tuhan Yesus Kristus:
Saya percaya bahwa Darah Yesus Kristus yang telah dicurahkan adalah untuk penebusan atas segala hutang dosa saya.
Saya percaya hanya melalui Tuhan Yesus saya beroleh pengampunan yang kekal.
Dan mulai saat ini juga, saya menerima Engkau sebagai Tuhan dan Juruselamat hidup saya pribadi.
Saya mengundang ROH KUDUS tinggal didalam hati saya untuk menuntun saya dalam setiap langkah dan pengenalan saya akan Engkau.
Saya berdoa Hanya di Dalam Nama Tuhan Yesus Kristus, AMIN.
https://www.jawaban.com