Kecewa Kepada Tuhan

Oleh: Stephen Iskandar

Kecewa kepada Tuhan. Kita tahu pernyataan ini secara logika tidak valid, sebab Tuhan adalah pribadi yang tidak pernah gagal dan sempurna. Namun tidak dipungkiri, cetusan ini kerap muncul dalam hati kita, terutama ketika apa yang kita alami tidak seperti yang kita harapkan.

Kita kecewa ketika sepertinya Tuhan membiarkan mimpi kita sirna. Dia diam saja ketika kita mengambil keputusan-keputusan yang keliru. Tidak ada malaikat yang diutus memberitahu kita ketika kita salah berharap. Kita kecewa ketika keinginan-keinginan kita tidak terpenuhi, doa-doa kita tak kunjung dijawab, orang-orang yang mempersulit hidup kita malah hidup berlimpah materi; dan tak habis mengerti mengapa Tuhan yang Mahakuasa sepertinya tidak berbuat apa-apa melihat kita mengalami semua itu.

Kita tidak sendirian. Alkitab mencatat sejumlah orang yang pernah “kecewa” kepada Tuhan. Yunus kecewa karena Tuhan mengampuni orang-orang jahat yang bertobat (Yunus 4:1-2). Habakuk kecewa karena Tuhan tidak menjawab dan tidak menolong meski ia sudah berdoa sekian lama (Habakuk 1:2-3). Naomi kecewa karena Tuhan mengizinkan hal-hal buruk menimpa hidupnya (Rut 1:20-21). Seorang muda yang kaya kecewa karena setelah berusaha keras menaati segala perintah Tuhan, ia justru diminta meninggalkan semua hartanya (Markus 10:20-22).

Peristiwa yang “menyakitkan” akan selalu dan terus ada. Dunia memang sakit! Mungkinkah kita bebas dari rasa kecewa? Dapatkah kita menanggapi peristiwa-peristiwa yang Tuhan izinkan kita alami dengan penuh ucapan syukur?

Saya teringat sebuah lagu dari film animasi tentang Yusuf (Joseph King of Dreams). Liriknya berkata:

You know better than I, You know the way.
I’ve let go the need to know why, for You know better than I

[Kau tahu yang lebih baik, Kau tahu jalannya.
Aku tak harus tahu mengapa, karena Kau tahu yang lebih baik]

Lirik lagu ini saya pikir menyimpulkan dengan baik apa yang mungkin dirasakan oleh Yusuf. Dijual oleh kakak sendiri di usia 17 tahun, hidup sebagai budak di negeri orang, difitnah dan dijebloskan dalam penjara, jelas bukan hal-hal yang mudah untuk dilalui. Mimpi-mimpi masa mudanya yang begitu indah, hancur berantakan. Menariknya, Alkitab tidak mencatat ungkapan kekecewaan Yusuf. Mungkin sekali ia bertanya-tanya apa rencana Tuhan melalui tahun-tahun yang penuh ketidakpastian. Namun, daripada kecewa dan menjauh dari Tuhan, Yusuf rupanya memilih untuk mendekat, terus taat dan bergantung kepada Tuhan (Kejadian 39:9; 40:8). Ia percaya akan pengaturan Tuhan, meski setelah tigabelas tahun berlalu, barulah Yusuf mengerti bahwa semua yang ia alami diizinkan Tuhan untuk memelihara keluarga dan bangsanya (Kejadian 45:5-8).

Bicara tentang “kecewa” mau tidak mau membawa kita bicara tentang “apa yang kita percayai” di dasar hati. Tentang Tuhan. Tentang diri kita. Tentang kehidupan. Di balik kemarahan dan kekecewaan Yunus, ada ketidakpercayaan terhadap bijaksana tidaknya keputusan Tuhan. Sebab itu kepada Yunus, Tuhan balik bertanya, “Layakkah engkau marah?” (Yunus 4:4). Di balik pertanyaan Yohanes Pembaptis tentang siapa Yesus, ada keraguan terhadap kuasa Sang Mesias. Kepadanya, Tuhan mengingatkan: “Berbahagialah orang yang tidak menjadi kecewa dan menolak Aku.”

Sebagai manusia, kita hanya bisa melihat apa yang ada di depan mata, dan seringkali apa yang kita lihat membuat kita kecewa. Namun, apa yang kita percayai tentang pribadi dan karya Tuhan akan memampukan kita melihat melampaui apa yang ada di depan mata. Memampukan kita bersyukur dalam hari-hari yang paling sulit. Memampukan kita menghadapi hal-hal di luar ekspektasi kita dengan pikiran yang jernih. Kita tidak menjadi kecewa kepada Tuhan dan lari menjauh dari-Nya, tetapi justru makin mendekat dan bergantung kepada-Nya.

He knows better than us.

Sumber: warungsatekamu.org

Tidak ada seorangpun dalam hidup ini yang menyukai masalah. Tetapi masalah tidak bisa kita hindari. Saat ini kami mengajak kamu untuk coba merenungkan bagaimana cara kita bisa keluar dari masalah itu . Ternyata jawabannya cuma satu. Apapun masalahnya, jawabannya ada pada Injil.

Kenapa Injil? Injil itu adalah kasih Tuhan kepada manusia. Injil disini bukan dalam konteks agama tapi kasih Tuhan kepada manusia. Siapapun orangnya,dalam hati kecilnya percaya bahwa ada Tuhan yang menjadikan semuanya.

Untuk itu saat ini kalau kamu sedang menghadapi sesuatu dalam hidup percayalah dan datanglah kepada Injil itu yang adalah Yesus Kristus Tuhan.

Dalam dunia ini tidak ada siapapun kecuali Yesus Kristus Tuhan yang pernah berkata Akulah Jalan, Akulah Kebenaran dan Akulah hidup. Semua manusia hidup kalau tidak menemui jalan berarti dia ketemu jalan buntu.Jadi bagaimanapun keadaanmu saat ini, datanglah kepada Yesus.

Untuk kalangan sendiri

Leave a Comment