Ketika Pacarku Menjeratku ke dalam Dosa Percabulan

Oleh Renata*

Aku adalah mahasiswi berusia 21 tahun. Kisah ini bermula 3 tahun lalu saat aku berkenalan dengan seorang pria di semester kedua kuliahku. Pertemuan pertama kami terjadi di sebuah kepanitiaan. Waktu itu aku baru menyadari bahwa ternyata dia adalah teman seangkatanku, satu jurusan, dan juga sesama orang Kristen.

Semenjak pertemuan itu, setelah tiga minggu berselang kami sangat sering berkomunikasi hingga tumbuh rasa ketertarikan di dalam hati. Kami bercerita tentang masa lalu kami masing-masing dan apa yang menjadi harapan kami ke depannya. Walau usia pertemanan kami baru sebentar, tapi aku merasa sudah mengenalnya dengan begitu baik, bahkan merasa cocok dengannya. Akhirnya, dari proses yang singkat ini kami berdua memutuskan untuk menjalani hubungan yang serius, yaitu berpacaran.

Pada awal hubungan pacaran, aku merasa sangat senang. Pacarku adalah sosok pria yang romantis. Dia sering memberiku bunga, kejutan-kejutan kecil, mengantarkanku pulang, mengajakku jalan-jalan, mendengarkan setiap ceritaku, dan rela mengorbankan apapun untukku, termasuk waktunya. Setiap hari kami selalu bertemu di kelas, dan sepulang kuliah pun masih pergi makan bersama. Selain itu, kurasa kami berdua juga memiliki tipe kepribadian yang sama, sehingga kami merasa sangat cocok dan nyambung dari segi pemikiran dan pembicaraan.

Hubungan pacaran ini membuatku bahagia. Apalagi dia sering mengingatkanku untuk terus membawa hubungan kami ke dalam doa. Ketika bertemu, kami tak lupa untuk berdoa bersama. Kami membeli buku saat teduh bersama, dan beberapa kali beribadah bersama-sama di gereja.

Namun, hubungan yang pada mulanya terasa begitu baik dan membangun tersebut mulai berubah saat menginjak bulan keempat. Pacarku mulai menunjukkan bahwa dia menyukai sentuhan-sentuhan fisik. Pada awalnya, aku merasa sangat risih karena aku ingin memberikan batasan-batasan dalam berhubungan. Tapi, tidak berhenti di situ, dia mulai mengajakku untuk singgah ke tempat kosnya. Aku menolak ajakannya karena aku ingat pesan ibuku untuk tidak main ke kamar kos lawan jenis.

Pacarku memahami penolakanku, sehingga setiap kali tiba di depan kosnya, dia memintaku untuk menunggu saja di dalam mobil sementara dia masuk untuk mengambil barang. Tapi, lama-lama dia membujukku untuk menunggu di dalam saja. Lalu, dia juga mengajakku untuk belajar dan mengerjakan tugas bersama di kosnya. Aku pun menerima bujukan itu dan merasa tidak ada yang salah dengan ajakan belajar bersama. Tapi, suatu ketika dia melakukan hal yang tidak pantas. Dia melecehkanku dengan melakukan sentuhan-sentuhan fisik di tubuhku sehingga kami pun bertengkar hebat dan aku sangat marah. Setelah kejadian itu, dia meminta maaf dan berjanji untuk tidak melakukannya kembali. Tapi, janji tersebut hanya sebatas ucapan. Setiap kali kami bertemu, dia selalu berusaha melampiaskan nafsunya kepadaku. Entah mengapa, mudah sekali bagi dia untuk membuatku luluh hingga akhirnya aku pun menuruti kemauannya.

Aku sadar bahwa tindakan yang kami lakukan adalah dosa percabulan. Tapi, pacarku selalu memaksaku karena dia menganggap bahwa hal tersebut tidaklah masalah karena kami tidak sampai melakukan hubungan badan. Hubungan pacaran kami pun mulai dipenuhi pertengkaran. Bahkan, masalah sepele pun sering menjadi besar. Ketika pertengkaran terjadi, aku sering memintanya untuk berhenti memaksaku melakukan dosa percabulan ini. Tapi, dia tidak pernah menggubrisnya. Ketika aku tidak menuruti kemauannya, dia malah akan balik marah kepadaku.

Di tengah rasa frustrasiku dalam hubungan pacaran ini, aku tidak berani menceritakan persoalan ini kepada siapapun. Aku takut jika aku bercerita ke orang lain, maka cerita ini akan tersebar. Aku merasa malu dan jijik dengan diriku sendiri. Selama dua tahun aku menjalani hubungan pacaran yang tidak sehat. Di satu sisi aku tahu bahwa pacarku itu mencintaiku. Tapi, mengapa dia tidak bisa menyayangiku dengan tulus? Mengapa dia membawaku ke dalam hal-hal percabulan? Dia sering mengajakku pergi, membuatku bahagia, tapi mengapa ujung-ujungnya dia mengharapkan imbalan dariku untuk memuaskan hawa nafusnya? Apakah Tuhan berkenan jika hubungan kami seperti ini?

Pertanyaan-pertanyaan itu terngiang di benakku. Jika dulu kami memulai hubungan ini dengan relasi yang membangun, sekarang dosa percabulan justru menghancurkan hubungan kami. Kami tidak lagi mengindahkan Tuhan, malahan semakin menjauh dari-Nya. Sampai di sini, aku pun mengambil keputusan untuk menyudahi saja hubungan pacaran kami. Aku menjadi sangat cuek kepada pacarku dan beberapa kali mengajaknya putus. Tetapi, dia bersikukuh untuk mempertahankan hubungan ini. Hingga pada suatu momen, aku pun pergi meninggalkannya tanpa mengabarinya. Aku merasa lega bisa terbebas dari hubungan ini. Tapi, tiga minggu berselang, aku malah merindukannya kembali. Dan, tanpa bertanya terlebih dulu kepada Tuhan, aku pun segera menghubunginya kembali dan memohon maaf karena aku telah meninggalkannya. Namun, saat itu dia sudah tidak memberiku kesempatan lagi.

Saat itu aku merasa sangat hancur. Aku merasa tidak ada lagi sosok yang dapat menggantikannya. Malahan, aku jadi merasa bersalah karena menganggap dirikulah yang menjadi penyebab kehancuran hubungan ini. Kupikir akulah yang selama ini tidak menjadi pasangan yang baik baginya. Karena rasa kehilangan inilah, aku mengejar-ngejar bahkan mengemis-ngemis supaya dia mau kembali denganku. Namun, dia tidak mau. Bahkan, dia tidak menyesal atas segala dosa percabulan yang telah kami lakukan dan dengan segera dia berpaling kepada perempuan lain.

Di awal masa putus ini, dalam doaku aku memohon pada Tuhan jika mantan pacarku adalah yang terbaik untukku, maka dia akan kembali padaku. Tapi, jika tidak, aku berdoa supaya aku bisa melupakannya. Hari-hariku pun kulalui tanpa semangat dan sering menangis jika mengingat mantan pacarku, padahal dulu aku adalah seorang yang cerita dan tidak pernah menunjukkan kesedihan di depan orang lain.

Sampai suatu ketika, aku tidak bisa tidur semalaman, dan aku merasa Tuhan seperti memanggilku untuk berdoa. Di titik ini aku menyerah dan tersadar bahwa selama ini aku telah melupakan Tuhan tanpa kerinduan sungguh-sungguh untuk kembali pada-Nya. Aku memang berdoa. Tapi, alih-alih berdoa memohon ampun atas segala dosa yang telah kami lakukan saat berpacaran, aku hanya berdoa memohon supaya aku dapat melupakan mantan pacarku. Hari itu aku menangis kepada Tuhan. Aku memohon ampun kepada-Nya atas segala dosa yang telah aku perbuat.

Di saat aku bertekuk lutut dan berserah penuh kepada Tuhan, Dia tidak tinggal diam. Saat itu aku merasakan kelegaan yang sangat mendalam. Seperti pemazmur yang mengatakan, “Sejauh timur dari barat, demikian dijauhkan-Nya dari pada kita pelanggaran kita” (Mazmur 103:9), aku merasakan kedamaian di hatiku, hingga akhirnya dengan penuh keyakinan aku berani berkomitmen bahwa sejak saat itu aku akan berjuang sepenuh hati untuk lepas dari dosa percabulan.

Selama masa pemulihan dari segala dosa dan trauma yang melingkupiku, Tuhan membalut luka-luka hatiku. Melalui berbagai materi firman Tuhan yang kudapat lewat Alkitab, artikel, dan media sosial, aku selalu dimotivasi untuk tidak lagi menyimpan segala luka dan dosa yang pernah kulakukan pada masa lalu. Selain itu, setelah aku berani terbuka kepada keluarga dan teman-temanku, mereka pun mendukungku. Jika saat berpacaran dahulu aku jarang sekali memiliki waktu bersama teman-temanku, sekarang malah mereka memberikan waktu mereka untuk hadir, menemaniku, dan memberiku dorongan semangat. Mereka menyadarkanku bahwa mantan pacarku bukanlah orang yang terbaik untukku.

Melalui peristiwa ini, aku belajar bahwa untuk dapat move-on, hal yang tidak sepantasnya dilakukan adalah mendoakan hal buruk dan berusaha untuk balas dendam terhadap orang yang telah menyakiti kita. Seperti firman yang Yesus ucapkan, “Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu” (Matius 5:44), aku menjadikan masa laluku sebagai pembelajaran dan aku pun belajar berdoa supaya mantan pacarku dapat berubah menjadi pribadi yang lebih positif. Aku berdoa supaya ketika dia menjalin hubungan dengan pacar barunya, mereka dapat membangun relasi yang positif dan tidak mengulangi kesalahan seperti pada hubungan kami yang dulu.

Ketika Tuhan mengampuniku, aku pun dimampukan untuk mengampuni mantan pacarku dan mengikhlaskannya sebagai bagian dari masa laluku. Sekarang, aku tidak lagi merasa sedih atau galau setiap kali mengingatnya ataupun melihat dia bersama pacar barunya. Melalui peristiwa ini aku melihat bahwa Allah begitu baik kepadaku. Dia menghiburku, juga melindungiku. Dan, terkadang, Dia pun menegurku dengan teguran yang keras.

Saat ini aku berfokus untuk membina relasi yang intim dengan Tuhan, keluarga, dan juga teman-temanku. Selain itu, aku juga berusaha menyelesaikan kuliahku dan mempersiapkan rencana karierku di masa depan. Aku percaya bahwa Tuhan sangat menyayangiku dan tak peduli seberapa kelam masa laluku, Tuhan mempersiapkan masa depan yang baik untukku, sebagaimana firman-Nya yang berkata bahwa rancangan Allah adalah rancangan damai sejahtera (Yeremia 29:11).

“Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan” (1 Yohanes 1:9).

*bukan nama sebenarnya

Sumber: warungsatekamu.org

Seringkali kita sebagai manusia ingin melupakan masa lalu, entah karena dosa, kesalahan dan kegagalan kita. Banyak dari kita yang ingin mendapatkan sebuah awal yang baru, Tahukah kamu kalau Tuhan sudah menyediakan fresh start, sebuah anugerah yang sempurna, sehingga kamu menerima pengampunan dan kamu bisa meninggalkan semua dosa, kesalahan dan kegagalan kamu di masa lalu.

Semua kegalauan, keputusasaan, kekosongan yang kamu rasakan dalam hatimu, itu karena Tuhan tidak ada dalam hidupmu. Kita diciptakan untuk punya hubungan dengan Tuhan, tapi karena dosa kita terpisah dari Tuhan.

Tapi sebenarnya Tuhan sudah menyelesaikan masalah ini.
Jawaban dari semua masahmu ada di dalam Yesus, Dia sudah menanggung semua dosa kita di salib. Yesus mati untuk menebus dosa kita semua. Dan Dia bangkit dari antara orang-orang mati . Menang atas dosa.
Yesus melakukan itu semua karena Dia mengasihi kamu.

Kalau kamu ingin mengenal siapa Yesus lebih lagi, silahkan chat dengan kami.

Silahkan Whatsapp ke:
Whatsapp: +62 889-1466-144

Untuk kalangan sendiri

Leave a Comment