Penjara Bukan Penghalang

oleh Putra Arliandy, Depok

Setiap orang pasti tidak mau punya hidup yang terkurung di dalam penjara. Jeruji besi seakan memutuskan harapan seseorang terhadap masa depannya. Dia terisolasi dan keadaan menjadi semakin parah dengan label negatif yang diberikan masyarakat kepada orang-orang yang ada di dalam penjara.

Jika orang jahat saja tidak ingin berada di penjara, apalagi orang yang tak bersalah? Sungguh malang jika ada orang yang tak berbuat salah, namun harus tinggal di balik jeruji besi. Namun, itulah yang dialami Yusuf.

“Lalu Yusuf ditangkap oleh tuannya dan dimasukkan ke dalam penjara, tempat tahanan-tahanan raja dikurung. Demikianlah Yusuf dipenjarakan di sana.” (Kejadian 39:20)

Setelah Yusuf dituduh mempermainkan istri Potifar, Potifar dengan rasa geram dan kecewa menjebloskannya ke dalam penjara. Yusuf pun akhirnya menanggung hukuman atas apa yang tidak diperbuatnya.

Betapa malang nasib Yusuf, dia harus menghabiskan waktu hidupnya di balik jeruji besi. Ini seakan mematahkan harapannya terhadap mimpinya yang ada di Kejadian 37 bahwa dia akan menjadi seseorang yang “disembah” oleh saudara laki-lakinya, yang tergambar dalam penggambaran 11 ikat gandum dan 11 bintang pada kedua mimpinya. Kalau dipikir dengan akal manusia, mana mungkin ini tergenapi. Yusuf sudah terlanjur dipandang negatif, mana ada lagi yang dapat mempercayai seseorang yang tidak tahu diri seperti Yusuf, seorang budak yang dituduh mempermainkan istri dari kepala pengawal raja Mesir.

Namun, keadaan yang menimpa Yusuf ini tidak membuatnya mempersalahkan Tuhan. Dia tidak bertanya, “Mengapa aku, seseorang yang tidak bersalah, harus mengalami semua ini?” Dia justru tetap menunjukkan bahwa dia adalah seorang yang benar dengan menunjukkan integritasnya di dalam penjara. Dia menjadi seorang yang dipercayai dan disayangi oleh kepala penjara, tempat di mana seharusnya mimpi Yusuf menjadi pupus (Kej. 39:21-23).

Penjara pun tidak menjadi penghalang bagi terwujudnya mimpi yang telah Allah berikan bagi Yusuf. Dalam segala kasih setia Allah, Allah membuka jalan sampai akhirnya dia menjadi seseorang yang diberi kuasa oleh Firaun untuk mengelola tanah Mesir, karena dalam pimpinan Allah ia dapat menafsirkan mimpi Firaun (Kej. 41). Bahkan, jauh daripada itu, Allah sedang mempersiapkan pemeliharaan-Nya bagi keturunan Israel, bangsa pilihan-Nya, di tengah kelaparan yang melanda seluruh Mesir melalui Yusuf (Kej. 45:5). Allah mempersiapkan semua itu dengan cara dan waktu-Nya sendiri.

Terkadang, kita pun diperhadapkan dengan situasi seperti Yusuf. Berentetan situasi yang membuat kita terpuruk akhirnya menjadikan kita hilang harapan dengan segala mimpi-mimpi kita, apalagi jika situasi itu jauh bertolak-belakang dari apa yang kita harapkan. Sehingga tak jarang, dalam situasi seperti itu, banyak dari kita mulai mempersalahkan Tuhan. “Mengapa harus aku?” Sikap kita yang perhitungan pun mulai keluar: “Setiap hari aku saat teduh kok”, “Setiap hari aku pelayanan buat Tuhan”. Kondisi itu seakan menggelapkan mata kita dan akhirnya membuat kita meragukan kuasa Allah.

Di tengah serentetan pengumuman SNMPTN dan SBMPTN yang mungkin membuat beberapa dari kita putus asa, di tengah pengumuman PPDB SMP/SMA yang mungkin membuat kita khawatir dengan jalan hidup kita ke depan, kisah Yusuf ini menunjukkan pada kita, kuasa Allah tak terhalang oleh tembok penjara. Di dalam apa yang Ia rencanakan bagi hidup kita, Ia punya berbagai cara untuk membuka pintu yang tertutup. Allah akan memproses diri kita terlebih dahulu menurut cara dan kehendak-Nya. Bahkan juga tak jarang Ia mengobrak-abrik hidup kita terlebih dahulu sebelum akhirnya Ia menyusunnya kembali menjadi sesuatu yang jauh lebih indah. Bagian kita adalah untuk taat dan mempercayakan hidup dan harapan kita kepada Allah. Mempercayakan artinya juga menyerahkan hidupmu untuk dibentuk oleh Tuhan (meskipun kadang mungkin terasa menyakitkan).

Kisahku: Ketika Tuhan Berkata Lain

2 tahun yang lalu, aku pun merasakan hal ini. Sedari SD, aku bercita-cita untuk masuk SMAN 2 Depok, mungkin karena “cerita bagus” dari orang-orang saat itu ditambah lagi jaraknya yang dekat dari lingkungan rumah. Tetapi Ujian Nasional saat itu membuat aku sedikit pesimis. Mata pelajaran Bahasa Indonesia yang sistemnya acak-acakan saat itu, ditambah lagi keluarnya sekitar 2-3 soal “model internasional” di seluruh mata pelajaran yang ada membuatku ragu bisa mencapai target nilaiku. Ketika akhirnya tiba saatnya pengumuman dan pendaftaran sekolah, nilai UN-ku menunjukkan hal yang aku khawatirkan. Aku tidak dapat masuk sekolah yang aku harapkan dari kecil.

Mulailah aku mencari sekolah lain. Pilihanku berikutnya adalah SMAN 4 Depok, karena di sekolah itu banyak teman yang aku kenal dari SMP almamaterku. Tetapi karena orang tua sedikit khawatir dengan jarak yang agak jauh, maka aku direkomendasikan mereka untuk mencoba mendaftar di SMAN 3 terlebih dahulu. Aku sebenarnya tidak ingin mendaftar di SMAN 3, karena ketika aku SMP aku pernah mengikuti lomba di sana dan merasa kurang cocok dengan lingkungan di sana. Namun, karena keluarga memintanya, aku akhirnya mendaftar juga untuk “formalitas”, dengan berharap aku tidak diterima di sekolah itu. Aku tidak ingin bersekolah di sana. Namun, Tuhan berkata lain. Aku masuk di bagian 5 terbawah dan diterima di SMAN 3 Depok.

Dengan terpaksa, aku masuk di sekolah ini. Tidak ada perasaan yang bergairah sama sekali yang kurasakan. Bahkan ketika aku ditanya alasan masuk sekolah ini, aku menjadi bingung, meskipun banyak teman yang mengatakan bahwa di sekolah ini, ada lebih banyak potensi untuk mendapatkan tempat di Perguruan Tinggi Negeri melalui jalur undangan. Intinya, aku masuk di tempat yang aku tidak “sreg”.

Namun, kemudian aku melihat bagaimana Allah bekerja dalam hidupku. Allah menganugerahkan persekutuan yang begitu menguatkan di dalam sekolah ini. Aku menikmati pertumbuhan, lebih mengenal Allah lewat persekutuan tersebut. Ternyata, ada maksud baik yang Allah rencanakan dengan menempatkanku di sekolah yang awalnya tidak menjadi pilihanku ini.

Ketika aku mengingat kembali kisahku di atas, aku semakin percaya dengan apa yang dikatakan Tuhan di dalam Yesaya 55:9, “Seperti tingginya langit dari bumi, demikianlah tingginya jalan-Ku dari jalanmu dan rancangan-Ku dari rancanganmu.” Ia menyusun hidup kita menurut rancangan-Nya. Ia membawa kita berjalan menggapai yang terbaik melalui jalan-Nya. Bukan rancangan dan jalan kita sendiri.

Jalan boleh terlihat tertutup di mata kita, tetapi itu terbuka luas di mata Allah. Ia hanya sedang memproses kita untuk mempercayakan hidup kita kepada Ia yang merancangkan damai sejahtera bagi kita (Yer. 29:11). Sekali lagi, bagian kita hanyalah taat dan percaya.

Mungkin hari ini kita merasakan bahwa mimpi kita sepertinya telah hancur dan semua jalan telah tertutup. Namun percayalah, Ia akan membuka jalan lain bagi kita untuk mendapatkan hal terbaik yang Allah telah persiapkan bagi kita, supaya hidup kita sesuai dengan panggilan dan tujuan Allah menempatkan kita di dunia ini. Tembok sebesar apapun dapat Allah hancurkan apabila Ia berkenan menghancurkannya. Kita mungkin berpikir apa yang menjadi mimpi kita adalah yang terbaik bagi kita, tetapi sesungguhnya Tuhan tahu yang lebih baik bagi kita.

Percayalah dan taat kepada-Nya ke manapun Tuhan membawamu, niscaya kamu akan melihat pelangi di balik awan gelap hidupmu.

God is too wise to be mistaken.
God is too good to be unkind.
So when you don’t undertstand,
when you don’t see His plan,
when you can’t trace His hand,
Trust His heart.

Sumber: warungsatekamu.org

Tidak ada seorangpun dalam hidup ini yang menyukai masalah. Tetapi masalah tidak bisa kita hindari. Saat ini kami mengajak kamu untuk coba merenungkan bagaimana cara kita bisa keluar dari masalah itu . Ternyata jawabannya cuma satu. Apapun masalahnya, jawabannya ada pada Injil.

Kenapa Injil? Injil itu adalah kasih Tuhan kepada manusia. Injil disini bukan dalam konteks agama tapi kasih Tuhan kepada manusia. Siapapun orangnya,dalam hati kecilnya percaya bahwa ada Tuhan yang menjadikan semuanya.

Untuk itu saat ini kalau kamu sedang menghadapi sesuatu dalam hidup percayalah dan datanglah kepada Injil itu yang adalah Yesus Kristus Tuhan.

Dalam dunia ini tidak ada siapapun kecuali Yesus Kristus Tuhan yang pernah berkata Akulah Jalan, Akulah Kebenaran dan Akulah hidup. Semua manusia hidup kalau tidak menemui jalan berarti dia ketemu jalan buntu.Jadi bagaimanapun keadaanmu saat ini, datanglah kepada Yesus.

Untuk kalangan sendiri

Leave a Comment