Perhatikan Rambu-rambunya

Baca: Filipi 3:1-3

3:1 Akhirnya, saudara-saudaraku, bersukacitalah dalam Tuhan. Menuliskan hal ini lagi kepadamu tidaklah berat bagiku dan memberi kepastian kepadamu.

3:2 Hati-hatilah terhadap anjing-anjing, hati-hatilah terhadap pekerja-pekerja yang jahat, hati-hatilah terhadap penyunat-penyunat yang palsu,

3:3 karena kitalah orang-orang bersunat, yang beribadah oleh Roh Allah, dan bermegah dalam Kristus Yesus dan tidak menaruh percaya pada hal-hal lahiriah.

Beberapa tahun lalu, aku melakukan camping solo pertamaku. Setelah seharian mendaki, akhirnya aku tiba di tempat perkemahan, sebuah pantai yang tenang dikelilingi oleh pegunungan dan laut yang luas. Karena takjub akan pemandangannya, aku pun berjalan-jalan santai setelah mendirikan tenda.

Aku sangat terpikat dengan pemandangan sampai-sampai tidak menyadari gonggongan anjing dari kejauhan. Tak lama kemudian, aku terpaksa lari tunggang langgang menghindari sekawanan anjing galak.

Seumur hidup, aku tinggal dengan aman di perkotaan, dan selama ini, gonggongan anjing yang kudengar selalu berasal dari balik pagar sehingga aku yakin tak akan diserang.

Itu sebabnya aku sudah kebal dengan suara anjing yang menakutkan. Hari itu, ketika berjalan-jalan di pinggir pantai, aku lengah akan tanda-tanda hewan yang hendak menyerangkau. Dengan santainya, aku mengabaikan gonggongan anjing-anjing itu, membuat mereka berpikir kalau aku ingin mengusik wilayah mereka.

Dalam suratnya kepada jemaat Filipi, Paulus juga menulis tentang anjing sebagai kiasan—yaitu guru-guru palsu yang memaksa gereja Filipi untuk mencari kebenaran selain iman dalam Kristus.

Para guru palsu itu mengajar jemaat bahwa memercayai Yesus Kristus sebagai Tuhan saja tidaklah cukup, mereka harus melakukan adat agama Yahudi juga—misalnya sunat. Hal ini tampak dalam ayat 2 ketika Paulus menyebut mereka “penyunat-penyunat yang palsu”, juga pada ayat 3 ketika Paulus meyakinkan jemaat Filipi bahwa merekalah “orang-orang bersunat yang sesungguhnya”.

Seperti yang dapat kita lihat dalam seluruh Filipi 3, iman kepada Yesus Kristus adalah satu-satunya yang diperlukan oleh orang Kristen untuk dibenarkan—atau berdamai dengan Allah. Bahkan, Paulus mengajarkan bahwa seorang Kristen sejati “tidak menaruh percaya pada hal-hal lahiriah” dalam menentukan kebenaran (ayat 3). Namun, selama perjalananku sebagai orang Kristen, aku menyadari bahwa aku harus terus melawan godaan untuk percaya pada hal lahiriah.

Tantangan kita mungkin bukan sunat atau peraturan makan ala Yahudi, tetapi kita sering tergoda untuk terlalu percaya diri akan pekerjaan kita. Misalnya, semakin banyak kita terlibat dalam urusan gereja, atau semakin disiplin membaca renungan harian, kita semakin cenderung berpikir bahwa hal-hal itulah yang membuat kita layak berdiri di hadapan Allah.

Sepanjang perjalanan iman, ada banyak rambu peringatan. Biasanya hal itu dimulai dari pikiran sederhana yang tercetus, mungkin berasal dari pujian teman setelah sesi pendalaman Alkitab yang bagus, lantas kita pun berbangga akan pekerjaan atau “wawasan” kita sendiri. Namun, ketika kita tidak waspada terhadap pikiran-pikiran tersebut, kita bisa menjadi kebal dan tidak peka terhadap akibatnya. Perlahan, pikiran-pikiran itu mulai menguasai kita. Seperti pengalamanku di pantai tadi, kita tidak menyadari peringatan awal. Tanpa sadar, kita telah melanggar peringatan Paulus dalam surat Filipi—kita menaruh percaya pada hal lahiriah.

Setelah mendapat dua gigitan di bokong, pantai itu tak lagi senyaman sebelumnya. Esoknya, saat kembali turun ke kota, aku berjaga-jaga terhadap segala suara anjing yang mungkin ada.

Demikian pula kita sebagai orang Kristen harus berhati-hati ketika rasa percaya diri kita mulai beralih dari Kristus kepada perbuatan kita sendiri. Kita harus mematikan pemikiran seperti itu ketika mulai muncul dan terus memusatkan pikiran kita kepada Kristus dan karya-Nya di kayu salib. Tak ada perbuatan baik yang dapat menggantikan pengorbanan-Nya.—Andrew Koay, Australia

Handlettering oleh Kent Nath

Pertanyaan untuk direnungkan

1. Adakah prestasi atau perbuatan yang kamu anggap merupakan hasil kerja kerasmu sendiri dan bukan dari Tuhan? Tuliskanlah.

2. Doakan semua yang telah kamu tulis dan mintalah Tuhan untuk menolongmu percaya hanya kepada karya Kristus.

3. Bagaimana cara melindungi imanmu dari ajaran-ajaran palsu?

Bagikan jawaban atas perenunganmu ini di kolom komentar. Kiranya jawaban sobat muda dapat menjadi inspirasi dan berkat bagi orang lain.

Tentang Penulis:

Andrew Koay, Australia | Andrew meluangkan waktunya untuk menonton film dokumenter. Andrew juga suka mendengarkan suara Tuhan lewat firman-Nya dalam Alkitab.

Sumber: warungsatekamu.org

Tidak ada seorangpun dalam hidup ini yang menyukai masalah. Tetapi masalah tidak bisa kita hindari. Saat ini kami mengajak kamu untuk coba merenungkan bagaimana cara kita bisa keluar dari masalah itu . Ternyata jawabannya cuma satu. Apapun masalahnya, jawabannya ada pada Injil.

Kenapa Injil? Injil itu adalah kasih Tuhan kepada manusia. Injil disini bukan dalam konteks agama tapi kasih Tuhan kepada manusia. Siapapun orangnya,dalam hati kecilnya percaya bahwa ada Tuhan yang menjadikan semuanya.

Untuk itu saat ini kalau kamu sedang menghadapi sesuatu dalam hidup percayalah dan datanglah kepada Injil itu yang adalah Yesus Kristus Tuhan.

Dalam dunia ini tidak ada siapapun kecuali Yesus Kristus Tuhan yang pernah berkata Akulah Jalan, Akulah Kebenaran dan Akulah hidup. Semua manusia hidup kalau tidak menemui jalan berarti dia ketemu jalan buntu.Jadi bagaimanapun keadaanmu saat ini, datanglah kepada Yesus.

Kalau kamu ingin mengenal siapa Yesus lebih lagi, silahkan chat dengan kami.
Silahkan Whatsapp ke:
Whatsapp: +62 889-1466-144

Untuk kalangan sendiri

Leave a Comment