Roh Kudus dan Indikator Tangki Bensin

Oleh Raganata Bramantyo, Jakarta

Saat berkunjung ke Yogyakarta minggu lalu, ada peristiwa tidak terduga yang kualami.

Sebelum malam harinya kembali ke Jakarta, aku menyempatkan diri untuk berbelanja di pasar terlebih dulu. Hari itu, aku tidak sendirian, seorang sahabatku bersedia mengantar dan menemaniku. Setelah proses berbelanja usai, kami pun kembali ke rumah menaiki sepeda motor.

Sedari di parkiran, indikator tangki bensin motor sudah berkedip-kedip, pertanda tangki harus segera diisi. Aku pun menepuk pundak sahabatku dan mengingatkannya supaya nanti mampir sejenak di SPBU. Tapi, dia menolak. “Masih cukup ini, selow aja,” katanya meyakinkanku bahwa kapasitas bensin dalam tangkinya masih cukup untuk mengantar kami tiba di rumah. Ya sudah, aku pun tidak memaksanya untuk mampir ke SPBU, karena mungkin saja sahabatku itu lebih paham kemampuan motornya. Kami pun mengobrol asyik sepanjang jalan.

Tapi, baru setengah perjalanan pulang, motor yang kami tumpangi mendadak tak bertenaga, lalu segera mati mesinnya.

Loh, waduh, abis ini bensinnya,” kata sahabatku.

Lah, gimana? Tadi kusuruh mampir pom bensin katanya nggak usah,” timpalku.

Akhirnya, di siang hari yang terik, kami pun harus turun dari motor dan berjalan kaki mencari penjual bensin eceran seraya menenteng belanjaan. Melelahkan sekali rasanya. Lalu, timbul pula rasa menyesal, mengapa tadi kami tidak mampir saja ke pom bensin, toh kan tidak akan makan waktu lama juga. Tapi, penyesalan di akhir memang sudah terlambat. Kami tetap harus berjalan hingga menemukan penjual bensin eceran.

Peristiwa yang terjadi siang itu jelas bukanlah peristiwa yang kami harapkan. Tapi, ada satu pelajaran yang dapat kami petik.

Dalam kehidupan kita sehari-hari, sebenarnya ada indikator-indikator yang Tuhan berikan untuk mengingatkan kita; kapan kita harus berhenti, kapan kita harus memulai, kapan kita harus berdoa, kapan kita harus melepaskan pengampunan, dan lain-lainnya. Namun, seringkali, kita malah mengabaikan indikator-indikator tersebut dengan asumsi bahwa tanda yang diberikan itu bukan sesuatu yang mendesak, persis seperti apa yang aku dan sahabatku lakukan tatkala menyikapi indikator tangki bensin yang berkedip-kedip.

Dalam kehidupan kita sebagai orang Kristen, indikator yang selalu berkedip-kedip mengingatkan kita itu adalah Roh Kudus. Roh Kudus memiliki peranan untuk menginsafkan dunia akan dosa, kebenaran, penghakiman, juga memimpin hidup kita kepada kebenaran (Yohanes 16:7-11). Dengan pertolongan Roh Kuduslah kita dimampukan untuk menjalani kehidupan yang berkenan kepada Allah.

Namun, pada praktiknya, dalam kehidupan kita, kita seringkali mengabaikan suara Roh Kudus itu. Sewaktu duduk di bangku SMA dulu, aku sempat terjebak ke dalam dosa pornografi. Pertama kali aku membuka situs-situs dewasa tersebut, ada perasaan takut yang bergejolak. Roh Kudus dengan jelas mengatakan dalam hatiku bahwa apa yang kulakukan itu adalah dosa dan berpotensi merusak diriku. Tapi, roh kedagingan yang berbentuk penasaran yang juga bicara sama kuatnya. Aku pun mengabaikan suara Roh Kudus dan terus melanjutkan penjelajahanku di dunia pornografi tersebut.

Roh Kudus telah memberitahuku supaya aku berhenti dan berbalik dari perbuatan berdosa itu. Tapi, aku memilih untuk mengabaikan suara-Nya hingga pada akhirnya, sampai aku berada di titik hampir kecanduan, aku merasa begitu menyesal karena telah terjebak di dalam dosa ini. Jika saja sedari dulu aku mengikuti suara Roh Kudus, tentu aku tidak akan terjebak terlalu dalam. Singkat cerita, aku bersyukur karena melalui perjalanan panjang dan perjuangan berat, aku pun bisa dilepaskan dari perbuatan tercela itu.

Jika aku merenung dan menelaah kehidupan ini lebih dalam lagi, sebenarnya Roh Kudus bicara dalam berbagai cara dan dalam banyak peristiwa. Ketika kita berbuat dosa dan muncul rasa takut, itu adalah indikator supaya kita berhenti dan memohon pertobatan kepada Allah. Ketika hati terasa begitu jengkel dan dipenuhi amarah dan kita menjadi stres, itu adalah indikator untuk kita berdoa sejenak, melepaskan pengampunan, dan bersandar pada Allah yang Mahakuat. Mengabaikan indikator yang diberikan Roh Kudus ini bisa jadi malah membawa kita kepada kerusakan yang lebih buruk, yang jikalaupun kita menyesal, butuh upaya ekstra untuk kembali pulih.

Kita memiliki dua pilihan yang bisa kita ambil tatkala Roh Kudus berbicara pada kita: menaati-Nya, atau malah mengabaikan-Nya. Ketika kita memilih untuk taat pada suara-Nya, saat itulah Roh Kudus akan mengajarkan segala sesuatu kepada kita dan mengingatkan kita akan segala hal yang telah Yesus ajarkan kepada kita (Yohanes 14:26).

Sumber: warungsatekamu.org

Tidak ada seorangpun dalam hidup ini yang menyukai masalah. Tetapi masalah tidak bisa kita hindari. Saat ini kami mengajak kamu untuk coba merenungkan bagaimana cara kita bisa keluar dari masalah itu . Ternyata jawabannya cuma satu. Apapun masalahnya, jawabannya ada pada Injil.

Kenapa Injil? Injil itu adalah kasih Tuhan kepada manusia. Injil disini bukan dalam konteks agama tapi kasih Tuhan kepada manusia. Siapapun orangnya,dalam hati kecilnya percaya bahwa ada Tuhan yang menjadikan semuanya.

Untuk itu saat ini kalau kamu sedang menghadapi sesuatu dalam hidup percayalah dan datanglah kepada Injil itu yang adalah Yesus Kristus Tuhan.

Dalam dunia ini tidak ada siapapun kecuali Yesus Kristus Tuhan yang pernah berkata Akulah Jalan, Akulah Kebenaran dan Akulah hidup. Semua manusia hidup kalau tidak menemui jalan berarti dia ketemu jalan buntu.Jadi bagaimanapun keadaanmu saat ini, datanglah kepada Yesus.

Kalau kamu ingin mengenal siapa Yesus lebih lagi, silahkan chat dengan kami.
Silahkan Whatsapp ke:
Whatsapp: +62 889-1466-144

Untuk kalangan sendiri

Leave a Comment