Sudahkah Kamu Merasa Cukup?

Baca: Filipi 4:10-12

4:10 Aku sangat bersukacita dalam Tuhan, bahwa akhirnya pikiranmu dan perasaanmu bertumbuh kembali untuk aku. Memang selalu ada perhatianmu, tetapi tidak ada kesempatan bagimu.

4:11 Kukatakan ini bukanlah karena kekurangan, sebab aku telah belajar mencukupkan diri dalam segala keadaan.

4:12 Aku tahu apa itu kekurangan dan aku tahu apa itu kelimpahan. Dalam segala hal dan dalam segala perkara tidak ada sesuatu yang merupakan rahasia bagiku; baik dalam hal kenyang, maupun dalam hal kelaparan, baik dalam hal kelimpahan maupun dalam hal kekurangan.

Ketika anakku mulai belajar berkomunikasi, aku mengajarinya bahasa isyarat untuk menolongnya menyampaikan kebutuhannya. Ada satu isyarat yang berarti “minta lagi”. Kalau ia menggunakan isyarat ini, artinya ia mau makan lebih banyak, dan aku pun memberinya.

Suatu ketika, ia tidak mendapatkan apa yang ia mau. Jika makanannya telah habis, aku akan membalasnya dengan isyarat, “tidak ada.” Awalnya, ia tidak mengerti mengapa aku melakukan hal itu. Ia menangis dan minta, “Lagi! Lagi! Lagi!” Dan aku harus menunjukkan piring kosong sebagai buktinya.

Sebagai orang dewasa, kita suka berpikir kalau kita adalah orang yang rasional. Tapi, seringkali kita cenderung menyikapi masalah kehidupan seperti apa yang anakku lakukan. Kita merasa kurang secara finansial, atau merasa tak sanggup menghadapi tantangan seperti kehilangan pekerjaan, atau sulit mendapatkan kebutuhan-kebutuhan pokok kita. Atau, bahkan ketika segalanya baik: kita punya pekerjaan yang mapan, rumah yang nyaman, mobil bagus, tabungan yang memadai, kita masih saja merasa itu semua tidak cukup. Kita berpikir semua akan baik-baik saja ketika kita bisa memiliki lebih, lebih, dan lebih lagi.

Ketika Paulus menuliskan suratnya kepada jemaat Filipi, ia sedang berada dalam penjara. Orang-orang Filipi terus mendukung dan peduli pada Paulus, dan ia bersyukur atas bantuan mereka. Namun, Paulus juga mengatakan bahwa entah bantuan tersebut datang atau tidak, ia telah belajar untuk berpuas diri, apapun kondisinya (ayat 11).

Paulus dapat mengatakan hal ini dengan yakin karena apa yang telah ia alami. Ia ditangkap, dipenjara, disiksa, terombang-ambing dan diadili. Tetapi ada juga saat-saat di mana ia lebih tenteram—aman, terpelihara, dan dikelilingi oleh orang-orang percaya. Mengalami hal-hal baik dan buruk, Paulus belajar bahwa ia dapat berpuas diri bagaimanapun kondisinya.

Apa rahasianya?

Akhir-akhir ini, anakku mengerti dan menerima ‘penolakan’ dariku. Ia menerimanya karena ia mengenal dan memercayaiku. Ia tahu bahwa sebagai ibunya, aku mengutamakan kebaikannya dan tidak akan menjauhkannya dari apa yang benar-benar ia butuhkan.

Begitupun dengan Paulus, Ia mengenal Allah dan percaya Allah memiliki rencana yang dahsyat untuknya. Ia tahu, apapun yang ia miliki, banyak atau sedikit, merupakan pemberian Allah—bahkan bantuan dari orang-orang Filipi sekalipun. Jadi, meskipun keadaan sekitarnya mungkin terlihat sebaliknya, Paulus tahu bahwa Allah Bapa memeliharanya, dan ia akan berkecukupan.

Yesus sendiri menunjukkan pada kita kebaikan Allah Bapa dalam Matius 7:11, “Jadi jika kamu yang jahat tahu memberi pemberian yang baik kepada anak-anakmu, apalagi Bapamu yang di sorga! Ia akan memberikan yang baik kepada mereka yang meminta kepada-Nya.”

Melalui Alkitab, kita dapat melihat para penulis menegaskan kepercayaan mereka dalam pemeliharaan Allah. Ayat favoritku adalah: “Setiap pemberian yang baik dan setiap anugerah yang sempurna, datangnya dari atas, diturunkan dari Bapa segala terang; pada-Nya tidak ada perubahan atau bayangan karena pertukaran” (Yakobus 1:17).

Sesungguhnya, rahasia Paulus tertulis dalam Filipi 4:13, “Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan padaku.” Hidup Paulus yang berkecukupan bukan berdasarkan keadaan materinya—melainkan daripada hubungannya dengan Allah, Allah yang “tidak berubah seperti bayangan”, namun yang kebaikannya terhadap anak-Nya dapat selalu dipercaya dan dipegang teguh.

Betapa besar iman yang dimiliki Paulus! Marilah kita menjalankan hubungan dengan Allah seperti yang Paulus lakukan, percaya kepada karakter-Nya dan kebaikan-Nya. Marilah kita berpuas diri, mengakui bahwa Allah akan menyediakan semua keperluan kita, bahkan jika apa yang Ia sediakan mungkin terlihat kecil di mata kita.

Karena sebenarnya Allah telah memberikan diri-Nya. Dan itu sudah lebih dari cukup.—Charmain Sim, Malaysia

Handlettering oleh Naomi Prajogo Djuanda

Pertanyaan untuk direnungkan

1. Adakah suatu hal dalam hidupmu yang kamu rasa kurang memuaskan? Bagaimana renungan hari ini menberanikanmu untuk melihatnya dengan kacamata yang berbeda?

2. Bagaimana orang lain menunjukkan kepeduliannya padamu pada saat kamu membutuhkannya?

3. Apakah ada orang yang membutuhkan yang dapat kamu pedulikan saat ini?

Bagikan jawaban atas perenunganmu ini di kolom komentar. Kiranya jawaban sobat muda dapat menjadi inspirasi dan berkat bagi orang lain.

Tentang Penulis:

Charmain Sim, Malaysia | Charmain menyukai coklat, kue-kue, dan cerita-cerita luar biasa dari orang biasa. Charmain juga menyukai kejutan-kejutan kecil namun berarti yang Tuhan berikan untuknya setiap hari.

Sumber: warungsatekamu.org

Semua kegalauan, keputusasaan, kekosongan yang kamu rasakan dalam hatimu, itu karena Tuhan tidak ada dalam hidupmu. Kita diciptakan untuk punya hubungan dengan Tuhan, tapi karena dosa kita terpisah dari Tuhan.

Tapi sebenarnya Tuhan sudah menyelesaikan masalah ini.
Jawaban dari semua masahmu ada di dalam Yesus, Dia sudah menanggung semua dosa kita di salib. Yesus mati untuk menebus dosa kita semua. Dan Dia bangkit dari antara orang-orang mati . Menang atas dosa.
Yesus melakukan itu semua karena Dia mengasihi kamu.

Kalau kamu ingin mengenal siapa Yesus lebih lagi, silahkan chat dengan kami.

Silahkan Whatsapp ke:
Whatsapp: +62 889-1466-144

Untuk kalangan sendiri

Leave a Comment