Tangan yang Lembut

Baca: Filipi 4:5

4:5 Hendaklah kebaikan hatimu diketahui semua orang. Tuhan sudah dekat!

Ketika bekerja di sebuah pusat penitipan anak di musim panas beberapa tahun lalu, suasana kelas seringkali terlihat seperti miniatur kehidupan. Anak-anak kecil berusia satu sampai dua tahun bermain dengan mainan buah-buahan dan sayur-sayuran yang terbuat dari plastik. Mereka akan mengisi keranjang belanjanya dengan makanan sebelum memindahkan semuanya ke dapur mainan mereka, lengkap dengan microwave, oven, dan wastafel yang berukuran mini. Aku senang melihat mereka “memasak” dan “bersih-bersih” di dapur mainan mereka dengan penuh semangat, selayaknya melakukan pekerjaan tersebut di dunia nyata.

Tiba-tiba, seorang anak mencuri satu buah makanan plastik itu dari anak lain. Anak yang mainannya dicuri itu lalu berteriak penuh amarah dan berusaha membalas temannya dengan tamparan atau cakaran. Aku segera melompat untuk menangkis serangan itu sambil berkata, “Jangan! Tangan yang lembut, Sarah. Connor, Kembalikan buahnya pada Sarah. Kita harus menggunakan tangan yang lembut pada teman kita. Lembut.

“Tangan lembut” adalah bahasa lain untuk memperingatkan anak-anak agar tidak saling menampar. Cara ini dianggap lebih baik untuk mengajarkan sikap lemah lembut daripada menggunakan kekerasan. Tetapi, sulit bagi anak berusia dua tahun untuk memahami mengapa dia tidak boleh membalas perbuatan temannya dengan tamparan, meskipun ia tidak diperlakukan dengan seharusnya. Konsep kebaikan dan sikap lemah lembut dalam menghadapi ketidakadilan bisa jadi sulit untuk dicerna oleh siapapun dari berbagai usia.

Dalam Filipi 4:5 (TSI), Paulus menasihati umat Kristen di Filipi: “Biarlah melalui hidup kalian masing-masing nyata bahwa kamu selalu lemah-lembut. Tuhan Yesus akan segera datang!”. Jika dibahasakan ulang, kira-kira inilah yang ingin dikatakan Paulus: “Gunakan tangan yang lembut! Tidak perlu marah. Janganlah memperlakukan saudara-saudari kita dengan kasar.” Kita mungkin bisa tertawa melihat balita yang marah karena memperebutkan buah-buahan plastik di pusat penitipan anak, tetapi kecenderungan untuk menyerang tidak berubah seiring bertambahnya usia.

Dalam Galatia 5:22-23, kita belajar bahwa kelemahlembutan adalah buah Roh, sesuatu yang Tuhan tanamkan dan hasilkan dalam hidup kita ketika kita mendekatkan diri pada-Nya dan tinggal di dalam-Nya. Buah “kelemahlembutan” mungkin tidak terdengar semewah penguasaan diri dan tidak didambakan sebesar sukacita. Namun, memelihara kelemahlembutan adalah cara yang menakjubkan untuk bersikap serupa dengan Kristus. Yesus menyebutkan dirinya sendiri “lemah lembut dan rendah hati” (Matius 11:29), sehingga seperti Dialah kita harus bersikap.

Lalu, apakah kaitan antara bersikap lemah lembut dengan pernyataan “Tuhan Yesus akan segera datang”? Ketika kita memelihara buah kelemahlembutan, kita memberi orang lain kesempatan untuk menyicip keindahan Kerajaan Surga. Kita menyatakan bahwa hari keselamatan sudah dekat, hari di mana semua yang salah akan dibenarkan dan kita akan dipanggil untuk mempertanggungjawabkan sikap dan perbuatan kita. Ketika kita memilih untuk memelihara kelemahlembutan, kita menegaskan kepercayaan kita pada kekuatan yang tertinggi. Dan, ketika kita bersikap lemah lembut terhadap orang yang mungkin kurang layak menerima perlakuan baik ini, kita telah mencerminkan pengorbanan dan pengampunan yang diberikan Kristus kepada dunia yang tidak layak mendapatkannya.

Hari ini, kiranya kita mengingat kelemahlembutan Yesus. Tahan amarah kita dan janganlah kita melakukan kekerasan, baik dalam kata-kata maupun perbuatan. Marilah kita saling mengutamakan kepentingan orang lain. Tuhan sendiri yang akan memberikan kita “tangan lembut”.— Karen Pimpo, Amerika Serikat

Handlettering oleh Marcella Leticia Salim

Pertanyaan untuk direnungkan

1. Mengapa kita terkadang lebih sulit untuk bersikap lemah lembut terhadap orang yang kita kenal dibandingkan terhadap orang-orang yang belum kita kenal?

2. Bagaimanakah mengetahui “Tuhan Yesus sudah dekat” mendorongmu untuk bersikap lemah lembut?

3. Langkah konkret apakah yang akan kamu lakukan untuk menghadiahkan sikap lemah lembut kepada orang lain?

Bagikan jawaban atas perenunganmu ini di kolom komentar. Kiranya jawaban sobat muda dapat menjadi inspirasi dan berkat bagi orang lain.

Tentang Penulis:

Karen Pimpo, Amerika Serikat | Karen menyukai musik, bertemu orang-orang, dan makan camilan sebanyak mungkin. Karen juga suka mencari dan menemukan kebenaran di dalam Alkitab.

Sumber: warungsatekamu.org

Tidak ada seorangpun dalam hidup ini yang menyukai masalah. Tetapi masalah tidak bisa kita hindari. Saat ini kami mengajak kamu untuk coba merenungkan bagaimana cara kita bisa keluar dari masalah itu . Ternyata jawabannya cuma satu. Apapun masalahnya, jawabannya ada pada Injil.

Kenapa Injil? Injil itu adalah kasih Tuhan kepada manusia. Injil disini bukan dalam konteks agama tapi kasih Tuhan kepada manusia. Siapapun orangnya,dalam hati kecilnya percaya bahwa ada Tuhan yang menjadikan semuanya.

Untuk itu saat ini kalau kamu sedang menghadapi sesuatu dalam hidup percayalah dan datanglah kepada Injil itu yang adalah Yesus Kristus Tuhan.

Dalam dunia ini tidak ada siapapun kecuali Yesus Kristus Tuhan yang pernah berkata Akulah Jalan, Akulah Kebenaran dan Akulah hidup. Semua manusia hidup kalau tidak menemui jalan berarti dia ketemu jalan buntu.Jadi bagaimanapun keadaanmu saat ini, datanglah kepada Yesus.

Kalau kamu ingin mengenal siapa Yesus lebih lagi, silahkan chat dengan kami.
Silahkan Whatsapp ke:
Whatsapp: +62 889-1466-144

Untuk kalangan sendiri

Leave a Comment