Teori Jeruk Nipis Dan Rasa Percaya Kita Untuk Tuhan

Pada tulisan kali ini, mari kita coba bayangkan ada sebuah jeruk nipis di tangan kita. Kemudian, kita mengambil pisau dan membelah jeruk nipis tersebut. Perlahan, kita bisa melihat air jeruk yang mulai menetes. Kita mulai peras hingga semua perasan air jeruk tersebut habis. 

Apa rasa jeruk nipis tersebut? Asam, bukan? Bahkan, kalau berhasil membayangkan hal diatas, setiap air yang menetes dari jeruk nipis tersebut bikin kita menelan ludah. Kejadian diatas dinamakan sebuah teori jeruk nipis. 

Saya mendapatkan teori ini ketika memasuki masa orientasi jaman kuliah dulu. Seorang dosen bercerita mengenai jeruk nipis tersebut, ia berhasil membuat sebagian dari kami menelan air ludah karena membayangkan rasa asam dari jeruk nipis tadi. 

Kemudian, saya pikir, kok bisa ya hanya berawal dari sebuah pikiran bisa membuat kita merasakan asamnya jeruk nipis tadi. Tidak lama setelahnya, dosen saya membawakan beberapa kentang dan sedotan untuk dibagikan. Karena saya duduk di bagian terdepan, saya kebagian kentang tersebut. 

Dosen  meminta kami untuk menusukan sedotan tersebut kedalam kentang. Saya pikir, memangnya bisa? Lho kentang ini kan keras. Teman saya mencobanya, ia berhasil dalam satu kali mencoba. Saya sedikit ragu, awal mencoba saya hanya berhasil memberi lubang pada kentang sedikit. Kedua kalinya, saya berhasil membuat sedotan tertancap erat kedalam kentang. 

Terakhir, dosen saya memberi kami pensil. Ia bilang, coba patahkan dengan kelingking. Saya masih ragu. Nggak mungkin kelingking saya yang mungil ini bisa mematahkan pensil. Pertama kali mencoba, saya berhasil membuat kelingking saya kesakitan. Merah, cenut-cenut rasanya. Namun melihat teman-teman lain berhasil, saya coba lagi. Kali ini saya yakin. Benar saja, saya bisa mematahkan pensil tersebut.

Saya merenungkan kejadian diatas, ternyata apa yang kita yakini, itulah yang terjadi. Ketika kita menghadapi masalah, kita mulai berpikiran yang aneh-aneh. “Jangan-jangan memang ini yang Tuhan mau, Tuhan pasti sengaja deh bikin saya terpuruk begini.” Pikiran seperti ini merasuki kita hingga akhirnya kita percaya dengan pemikiran kita diatas.

Kemudian kita drop, merasa merana, gundah gulana, depresi. Padahal, belum tentu semua yang kita pikirkan itu terjadi, lho. Setiap dari kita mirip seperti teori jeruk nipis, kentang, atau pensil tadi. 

Masalah tersebut terlihat pahit, keras, tidak bisa dipatahkan. Namun sebenarnya hal itu hanyalah ada dalam pikiran kita. Mungkin masalah yang sedang dihadapi ini hanya bersumber dari pikiran saja. 

Sebagai murid Tuhan, kita tidak boleh dengan sengaja meracuni hidup dengan pemikiran-pemikiran yang negatif terhadap masalah yang sedang kita hadapi. Dari teori jeruk nipis, kita belajar kalau keasaman bisa jadi berasal dari pikiran kita. Kentang dan pensil mengajarkan kita bahwa dengan percaya, kita pasti bisa mematahan segala pikiran yang negatif. 

Seperti yang tertulis dalam Filipi 4: 8-9, “Jadi akhirnya, saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu. Dan apa yang telah kamu pelajari dan apa yang telah kamu terima, dan apa yang telah kamu dengar dan apa yang telah kamu lihat padaku, lakukanlah itu. Maka Allah sumber damai sejahtera akan menyertai kamu.”

 

Sumber : jawaban.com

DOA Memulai Hubungan Pribadi dengan Tuhan Yesus Kristus:
Saya percaya bahwa Darah Yesus Kristus yang telah dicurahkan adalah untuk penebusan atas segala hutang dosa saya.
Saya percaya hanya melalui Tuhan Yesus saya beroleh pengampunan yang kekal.
Dan mulai saat ini juga, saya menerima Engkau sebagai Tuhan dan Juruselamat hidup saya pribadi.
Saya mengundang ROH KUDUS tinggal didalam hati saya untuk menuntun saya dalam setiap langkah dan pengenalan saya akan Engkau.
Saya berdoa Hanya di Dalam Nama Tuhan Yesus Kristus, AMIN.

Leave a Comment