Seteko Air dan Sebuah Pompa

Ada sebuah kisah mengenai seorang pria yang tersesat di padang gurun. Ia merasa sangat kehausan dan ingin minum. Akhirnya ia sampai di sebuah pondok yang tua – yang tidak memiliki jendela dan atap. Ia melihat-lihat sekeliling pondok itu dan menemukan sebuah tempat di mana ia dapat berteduh dari teriknya matahari padang gurun. Lalu ia melihat sebuah pompa air yang sudah tua dan berkarat yang berada sekitar 15 kaki dari tempat di mana ia duduk. Dengan terhuyung-huyung ia menghampiri pompa tersebut, meraih pegangan pompa dan mulai memompa. Tetapi tidak ada setetes air pun yang keluar. Pria itu merasa kecewa.

 

Tetapi kemudian ia melihat sebuah kendi air yang tergeletak di dekat pompa tersebut, dengan sebuah pesan tertulis di sampingnya. Pesan itu berbunyi, “Anda harus memompa pompa ini dengan menggunakan air di kendi ini, kawan. Catatan: jangan lupa untuk mengisi kendi ini lagi sebelum anda pergi.”

 

Si pria mencabut sumbat di kendi tersebut, dan benar, kendi itu hampir terisi penuh dengan air. Tiba-tiba, ia dihadapkan pada sebuah keputusan. Jika ia minum air di kendi tersebut, ia pasti dapat bertahan hidup. Tetapi jika ia menuangkan semua air di kendi itu untuk memompa pompa air yang ada, mungkin saja ia akan mendapatkan air yang sejuk dan segar dari dasar sumur –  semua air yang ia butuhkan.

 

Ia menimbang-nimbang kemungkinan dari 2 pilihan yang ada. Apa yang harus ia lakukan, menuangkan semua air tersebut ke dalam pompa tua dan mendapatkan air yang sejuk dan dingin atau minum air yang ada di dalam kendi tersebut dan mengacuhkan pesan yang tertulis di sana? Apakah ia harus menyia-nyiakan air di kendi tersebut untuk sebuah pesan yang entah kapan ditulis oleh si pemberi pesan?

 

Dengan enggan ia menuangkan semua air di kendi tersebut ke dalam pompa dan mulai memompa. Tidak ada setetes air pun yang keluar! Ia mulai memompa kembali. Setetes air mulai menetes, dan kemudian aliran air yang kecil dan akhirnya air itu mulai memancar keluar! Dengan bersemangat ia mengisi teko air itu dan mulai meminumnya. Ia mengisi teko itu sekali lagi dan kembali meminum isinya yang sangat menyejukkan.

 

Akhirnya ia kembali mengisi teko tersebut untuk pengembara berikutnya. Ia mengisi teko itu sampai penuh, menutupnya dengan sumbat dan menambahkan sedikit pesan di catatan yang ada: “Percaya pada saya, ini benar-benar bekerja. Anda harus menuangkan semua air ini sebelum anda mendapatkan sesuatu kembali.”

~Charles R. Swindoll, Living above the level of mediocrity

 

 

 

Renungan:

Dalam kehidupan kita yang beriman kepada Tuhan,seringkali iman memerlukan pengorbanan sebelum Tuhan menjawab doa kita.  Apakah kita bersedia untuk mengambil langkah dalam iman yang merupakan suatu pengorbanan bagi kita? Percayalah bahwa Tuhan akan memperhitungkan setiap iman dan pengorbanan yang kita lakukan untuk mencapai rencanaNya.

 

Iman bukanlah tentang memperoleh ijin untuk melakukan hal yang mudah. Iman adalah tentang memperoleh keberanian untuk melakukan hal yang sulit. (Anonim)

 

Mazmur 33:21 “Ya, karena Dia hati kita bersukacita, sebab kepada nama-Nya yang kudus kita percaya.”

 

 

 

DOA Memulai Hubungan Pribadi dengan Tuhan Yesus Kristus:
Saya percaya bahwa Darah Yesus Kristus yang telah dicurahkan adalah untuk penebusan atas segala hutang dosa saya.
Saya percaya hanya melalui Tuhan Yesus saya beroleh pengampunan yang kekal.
Dan mulai saat ini juga, saya menerima Engkau sebagai Tuhan dan Juruselamat hidup saya pribadi.
Saya mengundang ROH KUDUS tinggal didalam hati saya untuk menuntun saya dalam setiap langkah dan pengenalan saya akan Engkau.
Saya berdoa Hanya di Dalam Nama Tuhan Yesus Kristus, AMIN.

Sumber: BCS

 

Leave a Comment