Mengapa Tuhan Seolah Menghancurkan Masa Depanku?

Oleh Samarpal Limbong, Medan

Setiap orang di dunia ini tentu mengharapkan masa depan yang terbaik, begitu juga denganku. Namun, yang terbaik menurut siapa? Pertanyaan itu selalu terngiang-ngiang di benakku ketika hal-hal baik yang kuharapkan tak kunjung datang.

Tidak hanya aku, mungkin orang lain juga pasti sering berpikir, apakah usaha dan doaku kurang? Atau, apakah hidupku kurang kudus sehingga Tuhan tidak berkenan mendengar doaku? Akan tetapi, ketika aku diizinkan melalui banyak hal-hal buruk, aku beroleh kesempatan belajar untuk semakin mengerti alasan mengapa Tuhan mengizinkan itu terjadi.

Sebuah peristiwa yang mengubah hidupku

Hari itu, 31 Oktober 2011, ujian tengah semester sedang dilaksanakan di kampus. Waktu itu aku masih mahasiswa baru di Jurusan Teknik Mesin sehingga aku belum terlalu paham betul dunia perkuliahan yang aku jalani. Aku dan teman-temanku diancam oleh senior kami. Siapa yang tidak mau mengikuti tawuran, maka nilai labnya akan digagalkan. Dengan berat hati akhirnya aku mengikuti kerumuman mahasiswa untuk ikut tawuran.

Dalam tawuran itu, sebuah lemparan batu menghujam tepat di mata sebelah kiriku. Teman-temanku segera melarikanku ke klinik khusus mata terdekat dan segera dilakukan operasi kecil untuk membersihkan mataku dari kotoran dan darah, lalu pelipis dan daerah sekitar mataku yang sobek juga dijahit. Dokter memvonis kalau kecil kemungkinan untuk mata kiriku dapat pulih kembali karena bola mataku pecah akibat lemparan batu itu.

Pada saat itu aku benar-benar terpukul dan bergumul dengan keadaanku. Aku seolah tidak percaya dengan apa yang terjadi. Aku terus berpikir, bagaimana dengan masa depanku? Saat itu aku kuliah untuk meraih gelar Sarjana Teknik. Tentu akan sulit untuk mendapatkan pekerjaan nantinya dengan mata kiriku yang tak lagi berfungsi.

Kekhawatiranku itu ternyata terbukti. Sampai saat ini aku selalu gagal mengikuti tahapan tes kesehatan di perusahaan-perusahaan besar. Padahal dengan mudah aku selalu lolos seleksi psikotest dan tes kemampuan bidang. Kegagalan itu membuatku menyendiri, bahkan hubungan pribadiku dengan Tuhan pun menjadi tidak baik. Sangat sulit bagiku untuk berdamai dengan diri sendiri dan menerima keadaan.

Ketika perban mataku boleh dilepas, Tuhan seolah menegurku melalui sebuah artikel yang kubaca di Internet. Ada kutipan kata-kata yang sampai saat ini masih kuingat jelas, “Tuhan selalu menunggumu untuk menyapa-Nya di pagi hari saat kau terbangun, atau malam hari sebelum kamu tertidur. Sesombong itukah kamu sehingga kamu tidak mau menyapa-Nya?” Dengan hati yang hancur aku berseru kepada Tuhan dan mulai menjalin hubungan pribadi kembali dengan-Nya.

Saat itu pula aku diingatkan kembali dengan kisah Ayub ketika aku sedang membaca Alkitab. Aku diingatkan kembali untuk tetap setia, sama seperti Ayub yang memilih untuk taat walaupun Tuhan izinkan Iblis untuk mencobainya. Aku benar-benar menangis dan malu pada diriku sendiri sebab aku berpikir bahwa pencobaan yang aku alami mungkin belum ada apa-apanya jika dibandingkan dengan apa yang Ayub alami. Dari titik itulah aku perlahan bangkit dari kejatuhan.

Pergumulanku untuk belajar percaya sepenuhnya

Sekalipun sulit bagiku untuk menjalani hari-hari, tapi puji syukur karena Tuhan terus menguatkanku hingga saat ini. Enam tahun Tuhan terus menyertai setelah peristiwa nahas itu, sekalipun kini aku mengalami kesulitan mendapatkan pekerjaan dan mewujudkan cita-citaku sebagai seorang engineer. Tapi, aku mau tetap percaya bahwa segala sesuatu yang indah telah Tuhan sediakan, tidak hanya di dunia ini saja, tetapi Tuhan juga sudah menyediakan tempat terindah bersama-Nya di kerajaan surga.

Aku percaya karena Tuhan ingin aku menjadi anak-Nya yang mempercayai Dia sepenuhnya, tidak suam-suam kuku. Mempercayai Tuhan dalam keadaan baik itu mudah, namun tetap mempercayai-Nya dalam keadaan buruk dan terhimpit, itulah iman yang Tuhan inginkan.

Begitulah keadaanku saat ini, ada hal-hal yang sepertinya buruk yang harus kulalui, seperti peristiwa enam tahun lalu yang mengakibatkan aku kehilangan mata kiriku. Ini bukanlah hal mudah bagiku, mungkin ada juga orang yang menganggap ini sebagai hal buruk. Tapi, aku percaya bahwa setiap kemungkinan terburuk yang terjadi atas hidupku adalah atas seizin Tuhan. Aku percaya hidup inilah yang harus aku jalani dengan penuh ucapan syukur, seperti Rasul Paulus yang berkata, “Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu” (1 Tesalonika 5:18).

Sumber: warungsatekamu.org

Tidak ada seorangpun dalam hidup ini yang menyukai masalah. Tetapi masalah tidak bisa kita hindari. Saat ini kami mengajak kamu untuk coba merenungkan bagaimana cara kita bisa keluar dari masalah itu . Ternyata jawabannya cuma satu. Apapun masalahnya, jawabannya ada pada Injil.

Kenapa Injil? Injil itu adalah kasih Tuhan kepada manusia. Injil disini bukan dalam konteks agama tapi kasih Tuhan kepada manusia. Siapapun orangnya,dalam hati kecilnya percaya bahwa ada Tuhan yang menjadikan semuanya.

Untuk itu saat ini kalau kamu sedang menghadapi sesuatu dalam hidup percayalah dan datanglah kepada Injil itu yang adalah Yesus Kristus Tuhan.

Dalam dunia ini tidak ada siapapun kecuali Yesus Kristus Tuhan yang pernah berkata Akulah Jalan, Akulah Kebenaran dan Akulah hidup. Semua manusia hidup kalau tidak menemui jalan berarti dia ketemu jalan buntu.Jadi bagaimanapun keadaanmu saat ini, datanglah kepada Yesus.

Kalau kamu ingin mengenal siapa Yesus lebih lagi, silahkan chat dengan kami.
Silahkan Whatsapp ke:
Whatsapp: +62 889-1466-144

Untuk kalangan sendiri

Leave a Comment