Ada Kuasa Dalam Perkataan

“Jawaban yang lemah lembut meredakan kegeraman, tetapi perkataan yang pedas membangkitkan amarah. Lidah orang bijak mengeluarkan pengetahuan, tetapi mulut orang bebal mencurahkan kebodohan” ( Amsal 15:1-2 )

Beberapa saat yang lalu kalau kita melihat televisi dan mengikuti perkembangan berita yang ada, kembali terjadi sebuah gejolak di masyarakat. Seseorang yang sedang disorot kembali memicu sebuah keributan karena kata-kata yang telah diucapkannya dalam sebuah pidato. Ya benar, yaitu seorang gubernur baru jakarta yang dalam pidatonya ternyata mengundang banyak kontroversi yang ada. Dalam pidatonya setelah dilantik, gubernur baru tersebut menyebutkan satu kata yang ternyata banyak menuai kritikan.

Sebuah kata yang seharusnya tidak berdampak besar, namun kata itu salah tempat. Salah tempat karena gubernur jakarta yang sebelumnya dikalahkan dengan cara yang tidak baik. Satu kata yang dipilih dan diucapkan dengan sembrono bisa membuat masyarakat resah. Bahkan gubernur jakarta yang sebelumnya juga tersandung masalah yang sama bukan? Karena kurang berhati-hati dalam memilih kata-kata, gubernur yang dikenal dengan ceplas ceplos dan kerja kerasnya itu akhirnya kalah dalam pilkada dan saat ini harus berada di penjara.

Dalam bacaan kita pada hari ini dapat dibagi menjadi 2 hal:

  1. Jawaban yang lemah lembut meredakan kegeraman dan lidah orang bijak mengeluarkan pengetahuan. Dalam Amsal ini ingin dijelaskan bahwa ketika kita memilih kata-kata yang lemah lembut dapat meredakan kegeraman yang ada. [Ilustrasi adek menabrakkan mobil]. Dan Amsal juga menjelaskan bahwasanya lidah orang bijak mengeluarkan pengetahuan. Jadi kalau kita bertemu dengan orang dan mendengarkan perkataannya ketika marah, maka kita dapat mengetahui sifat dan watak orang tersebut. [ilustrasi memasak kurang bumbu]. Perkataan-perkataan ini dapat juga disebut sebagai perkataan yang membangun. Meskipun kita mengkritik orang atau sedang mengingatkan orang, sifat dari perkataan kita itu membangun, bukan menghancurkan orang itu.
  2. Yang kedua adalah perkataan orang pedas membangkitkan amarah dan mulut orang bebal mencurahkan kebodohan. Amsal bagian yang kedua ini ingin mengingatkan kita bahwa ketika kita tidak berhati-hati dalam perkataan kita, bisa jadi ketika kita berkonflik dengan orang lain, maka konflik itu semakin panas ketika. [ilustrasi bertengkar tanpa ada yg ngalah]. Kemudian mulut orang bebal mencurahkan kebodohan. Terkadang kita bertemu dengan orang yang suka omong kosong, saya tahu kita sebel ketika bertemu dengan orang-orang seperti itu. Perkataan-perkataan ini juga bisa disebut perkataan yang merusak, hal-hal yang seharusnya dapat dikatakan dengan membangun, namun justru dengan perkataan-perkataan ini semakin memperuncing masalah yang ada.

Jadi bapak-ibu, sebuah perkataan dapat menghasilkan 2 dampak yang bertolak belakang. Jika kita mampu menjaga perkataan kita, maka niscaya kita dapat membangun sebuah relasi yang baik dengan orang lain dalam kondisi apapun juga. Namun jika kita lengah sedikit saja dan tidak berhati-hati dengan apa yang kita katakan, maka konflik yang besar dapat terjadi dengan sesama kita. Oleh karena itu mintalah hikmat kepada Tuhan, agar kita mampu mengatur perkataan yang baik dan membangun sesama kita. Agar apa yang setiap kita katakan bukan mendatangkan kutuk bagi orang lain, melainkan setiap yang kita katakan dapat menjadi berkat bagi sesama kita.

 

Sumber: http://www.lenterahidup.com

DOA Memulai Hubungan Pribadi dengan Tuhan Yesus Kristus:
Saya percaya bahwa Darah Yesus Kristus yang telah dicurahkan adalah untuk penebusan atas segala hutang dosa saya.
Saya percaya hanya melalui Tuhan Yesus saya beroleh pengampunan yang kekal.
Dan mulai saat ini juga, saya menerima Engkau sebagai Tuhan dan Juruselamat hidup saya pribadi.
Saya mengundang ROH KUDUS tinggal didalam hati saya untuk menuntun saya dalam setiap langkah dan pengenalan saya akan Engkau.
Saya berdoa Hanya di Dalam Nama Tuhan Yesus Kristus, AMIN.

Leave a Comment