Allah Bekerja dalam Kehilangan Kita

Oleh Daniel Alexander Oktavianus, Bekasi

Tidak ada orang yang ingin merasakan kehilangan. Bahkan, banyak yang berpikir bahwa kehilangan akan menghasilkan rasa sakit dan tidak perlulah menjadi bagian hidup manusia. Namun, tidak bisa kita pungkiri, semua orang pasti akan merasakan kehilangan.

Aku pun pernah kehilangan, dan yang terbaru terjadi dua bulan lalu. Aku kehilangan bapakku di saat aku sebagai anak tertua tidak bisa melakukan apa-apa untuk keluargaku.

Singkat cerita, bapak tidak tinggal bersama kami karena beliau dan mama bertengkar sejak lama, bahkan hampir bercerai hingga akhirnya berpisah rumah cukup jauh. Kami tinggal di Bekasi sementara bapak tinggal bersama saudaranya di Siantar, Sumatera Utara.

Aku tidak bisa melakukan apa pun untuk menyatukan mereka kembali. Mereka berdua sudah terlanjur terlalu membenci. Aku hanya bisa mendoakan mereka, karena setiap usahaku untuk menyatukan mereka, selalu gagal.

Lalu, ketika bapak dalam kondisi sakit parah, aku pun terbang ke Siantar, merawatnya sampai bapak meninggal di sebelahku. Yang aku pikirkan saat bapak pergi hanya satu, “Aku hanya orang yang gagal, yang gak bisa menyatukan keluarga.” Rasa kehilangan bercampur dengan perasaan gagal. Beberapa jam aku merenung, dan yang ada hanyalah perasaan terintimidasi.

Sampai pada akhirnya, ada satu kalimat terlintas dalam pikiranku, “Mungkin Tuhan ingin ini terjadi agar ada pengampunan dalam keluarga.”

Kalimat inilah yang membebaskanku dari perasaan bersalahku.

Bagaimana bisa?

Semenjak hari itu, sampai sekarang, aku melihat sendiri bagaimana peristiwa dukacita itu menjadi momen pemulihan bagi keluargaku. Mama membuka pintu hatinya dan mengampuni bapak, bahkan malah semakin merindukan kehadran bapak. Pengampunan turun atas keluarga kami.

Dukacita dan kehilangan, perisitwa yang agaknya kelam, namun Tuhan pakai untuk mendatangkan kebaikan. Dari kejadian ini, aku samkin yakin satu hal, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan (Roma 8:28).

Kadang, kita sering melihat momen hidup yang tidak mengenakkan sebagai sebuah hal yang harus dihindari.

Namun, kenyataannya, tidaklah selalu demikian.

Kita diizinkan tidak jadian dengan wanita yang kita suka bukan karena Tuhan tidak ingin kita senang, tapi karena Tuhan tidak ingin kita bersedih karena salah pilih orang.

Kita diizinkan gagal masuk sekolah yang kita inginkan, bukan karena Tuhan tidak ingin kita masuk ke sekolah yang terbaik, tapi karena mungkin Tuhan ingin mempertemukan kita dengan orang yang bisa mengubah atau menolong kita di sekolah lain.

Tuhan mengizinkan orang tua kita berpulang lebih dahulu kepada-Nya bukan karena Tuhan ingin kita kesempian, tapi Dia ingin kita bergantung kepada-Nya.

Segala sesuatu yang Tuhan lakukan senantiasa untuk kebaikan kita. Bahkan, sekalipun hal itu buruk di mata kita, Tuhan selalu menyajikan kebaikan di dalamnya.

Yohanes 3:16 berkata, “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.”

Tuhan tidak hanya menyelamatkan kita dari kebinasaan dan membawa kita ke hidup kekal, Tuhan sendiri pun merasakan kehilangan. Bapa di surga kehilangan Anak-Nya yang tunggal demi membawa keselamatan bagi kita semua.

Kehilangan tidaklah selalu buruk. Dikecewakan tidaklah selalu buruk. Disakiti tidaklah selalu buruk. Yang membuat itu semua buruk adalah respons kita yang menolak untuk menerima peristiwa tersebut dan kita enggan meletakkan kepercayaan kita kepada Tuhan.

Namun, menerima kehilangan dan beragam peristiwa buruk bukanlah proses yang mudah. Bisa jadi itu adalah proses bertahun-tahun yang melibatkan kemelut emosi dan derai air mata. Kiranya kita tidak tawar hati dan sama-sama berkenan untuk belajar bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan. Selalu ada maksud Tuhan dalam setiap momen hidup kita, bahkan dalam kehilangan kita sekalipun.

Sumber: warungsatekamu.org

Tidak ada seorangpun dalam hidup ini yang menyukai masalah. Tetapi masalah tidak bisa kita hindari. Saat ini kami mengajak kamu untuk coba merenungkan bagaimana cara kita bisa keluar dari masalah itu . Ternyata jawabannya cuma satu. Apapun masalahnya, jawabannya ada pada Injil.

Kenapa Injil? Injil itu adalah kasih Tuhan kepada manusia. Injil disini bukan dalam konteks agama tapi kasih Tuhan kepada manusia. Siapapun orangnya,dalam hati kecilnya percaya bahwa ada Tuhan yang menjadikan semuanya.

Untuk itu saat ini kalau kamu sedang menghadapi sesuatu dalam hidup percayalah dan datanglah kepada Injil itu yang adalah Yesus Kristus Tuhan.

Dalam dunia ini tidak ada siapapun kecuali Yesus Kristus Tuhan yang pernah berkata Akulah Jalan, Akulah Kebenaran dan Akulah hidup. Semua manusia hidup kalau tidak menemui jalan berarti dia ketemu jalan buntu.Jadi bagaimanapun keadaanmu saat ini, datanglah kepada Yesus.

Kalau kamu ingin mengenal siapa Yesus lebih lagi, silahkan chat dengan kami.
Silahkan Whatsapp ke:
Whatsapp: +62 889-1466-144

Untuk kalangan sendiri

Leave a Comment