Cara Kerja Tuhan Bebaskan Suamiku Dari Incaran Pelakor Dan Hidup Lamanya, Lilianti Lim

Banyak orang berkata kalau uang adalah segalanya. Kita bisa mendapatkan kebahagiaan dari uang, pun bisa kehilangan segalanya dari uang. Katakan saja keluargaku sebagai keluarga yang sempurna. Uang yang kami miliki banyak.

Mobil, rumah, semuanya sudah tersedia. Suamiku bekerja dalam bidang investasi. Katakan saja kalau uang yang kami dapatkan ini hasil dari penipuan sana-sini. Awalnya, semua kami lakukan untuk memenuhi seluruh kebutuhkan kami. Kalau saja suamiku bekerja sebagai seorang sales keramik – pekerjaan lamanya, maka kehidupan kami pasti kekurangan.

Kebutuhan kami tercukupkan, tapi kami kehilangan sosok ayah dan suami  

Hidup dengan serba berkecukupan tidak berarti keluarga kami baik-baik saja. Justru sebaliknya. Karena uang, aku dan suami seringkali bertengkar, terlebih ketika aku mendapati suamiku yang sering tidak pulang berhari-hari. Sebagai istri, tentu saja aku kesal dan marah. Aku berusaha menjelaskan bahwa anak-anak juga membutuhkan sosok seorang ayah, tidak hanya uang untuk mencukupi kehidupan mereka.

Bukannya disambut dengan baik, suamiku justru menjambak dan menarik wajahku ke lantai. Tentu saja hal ini membuatku terluka, apalagi kejadian ini dilihat oleh anakku yang pertama. Hati anak mana yang tidak terpukul ketika melihat ibunya diperlakukan seperti itu. Kebencian pun timbul dalam diri anak saya pada ayahnya.

 Kepergiannya dari kehidupan keluarga kami

Hari Sabtu selalu menjadi hari dimana aku dan anak-anak berkunjung ke rumah orang tuaku. Namun tidak pada sabtu ini. Aku terperanjat ketika melihat seisi rumah berantakan. Seluruh barang yang dimiliki oleh suamiku tidak lagi ada pada tempatnya. Ia kabur dari rumah, bahkan seluruh surat-surat seperti KK, akta lahir dan lainnya ia bawa pergi.

Sebagai istri, hatiku sangat hancur. Tanpa pikir panjang, aku langsung meraih telepon genggam dan bertanya mengapa ia setega itu meninggalkanku dan anak-anak. Aku tidak bisa berkata apapun. Mulutku ia bungkam dengan omelan dan amarahnya.

Hampir setiap malam pikiran negatif selalu muncul. ‘Dimanakah suamiku?’ ‘Apa yang sedang dilakukannya?’ ‘Dimanakah ia tinggal?’ Satu hal yang paling menggangu, ‘Dengan siapa ia tidur pada malam ini?’

Perkenalanku dengan Tuhan

Suamiku meninggalkan rumah pada tahun 2011, setahun Kehilangan sosok suami mengantarkanku pada pembimbing rohaniku, Ibu Elie. Menurutnya, kejadian yang sedang aku hadapi ini adalah sebuah paket lengkap mengingat aku adalah seorang istri yang ditinggalkan suami yang sering mabuk, narkoba, bahkan bekerja secara illegal.

Dari sini, aku belajar mengenai kasih Tuhan. Setiap harinya aku selalu menyelipkan nama suamiku dalam setiap doa. Hari demi hari aku selalu menceritakan kerinduanku akan kehadiran suamiku. Satu hal yang aku dapatkan selama bimbingan suami adalah bagaimana sebagai seorang istri, aku harus menghormati suamiku.

Mengampuni bukan perkara siapa salah siapa, tapi adalah sikap rendah hati yang berarti mengasihi

Suatu hari aku mendengar ada seseorang yang mengetuk pintu rumah. Setelah aku membukakan pintu, aku terkejut karena orang tersebut adalah suamiku. Hati kecilku berkata, ‘kalau memang kamu sudah mengampuni suamimu, inilah saatnya kamu membuktikannya kepada Tuhan.’

Suara Tuhan juga mendorong aku untuk meminta maaf dan membasuh kakinya dengan air. Hatiku saat itu bertanya-tanya, mengapa harus aku yang melakukan semua ini, sementara suamiku adalah orang yang pergi meninggalkan kami sekeluarga. Tapi aku tetap taat kepada Tuhan. Aku ambil sebuah baskom besar, aku mengangkat kaki suamiku dan membasuhnya.

Tentu saja suamiku kaget dan melontarkan pertanyaan, ‘kamu mau ngapain?’ Bibirku gemetar, aku mohon ampun kepadanya karena belum bisa menjadi sosok istri yang baik. Aku berjanji kepadanya kalau akan menjadi istri yang jauh lebih baik kedepannya.

Ketaatan tersebut membuat hati suamiku cair. Ia diingatkan oleh Tuhan terhadap setiap tindakannya yang salah. Hubungan kami kemudian semakin membaik. Tidak lama setelahnya aku mengajaknya untuk mengikuti sebuah kelas pemulihan selama tiga hari.

Dari sini, kehidupan pernikahan kami dipulihkan. Suamiku menjadi pribadi yang mengenal kasih Tuhan. Sikapnya yang pemarah dan tempramen tidak lagi ada dalam dirinya. Aku bisa merasakan kalau kasih Tuhan ada di dalamnya.

Aku bisa katakan kalau pekerjaan Tuhan sangat luar biasa. Aku takjub atas karyaNya dalam kehidupan kami. Suamiku meninggalkan kehidupan lamanya, ia mulai merintis sebuah usaha baru. Dengan kehadiran Kristus dalam rumah tangga kami sekarang ini, kami percaya kalau tangan Tuhan akan memelihara kami semua.  

 

DOA Memulai Hubungan Pribadi dengan Tuhan Yesus Kristus:
Saya percaya bahwa Darah Yesus Kristus yang telah dicurahkan adalah untuk penebusan atas segala hutang dosa saya.
Saya percaya hanya melalui Tuhan Yesus saya beroleh pengampunan yang kekal.
Dan mulai saat ini juga, saya menerima Engkau sebagai Tuhan dan Juruselamat hidup saya pribadi.
Saya mengundang ROH KUDUS tinggal didalam hati saya untuk menuntun saya dalam setiap langkah dan pengenalan saya akan Engkau.
Saya berdoa Hanya di Dalam Nama Tuhan Yesus Kristus, AMIN. 

Sumber : solusi

Leave a Comment