Dia adalah Pahlawan-ku

Hati Laura penuh dengan sukacita menantikan malam yang luar biasa itu. Kencannya yang tampan itu tampil penuh percaya diri, dan Laura merasa paling aman saat berada dalam pelukannya. Saat mereka masuk ke La Madeline – cafe dengan menu makanan Perancis langganan mereka – Laura merasa bagaikan seorang putri yang diiringi oleh sang kesatria

Saat dia menarik kursi buat Laura dan dengan lembut menaruh serbet makan di pangkuannya, Laura menarik nafas dalam-dalam, menikmati harum cologne Polo dari kencannya itu.

Senyum hangatnya mengembang saat dia berkata, “Kamu cantik sekali, sayang.” Laura tersipu oleh kasih sayangnya yang tulus itu. “Oh, Papi,” ucapnya lirih.

Dia datang untuk menikmati acara makan malam khusus dengan ayahnya. Saat keduanya larut dalam suasana ceria di malam itu, Laura tidak menyadari bahwa malam-malam seperti itu hanya akan menjadi kenangan saja.

Anak yang Bangga

“Ayah mengajariku tentang hal-hal yang patut kuharapkan dari sebuah kencan,” kata Laura. “Dan dia menetapkan patokan yang sangat tinggi. Dia mengajariku dengan menunjukkan langsung bahwa aku harus menuntut agar pasanganku memperlakukan-ku dengan benar dan menghormati-ku.”

Setelah acara makan malam itu, biasanya Laura dan ayahnya pergi bermain mini-golf atau menonton film. “Kami sangat menikmati saat-saat itu,” kata Laura, “Dia adalah lelaki sejati. Aku selalu bangga saat bersama dengan dia.”

Laura juga bangga akan pekerjaan ayahnya. Rick Husband adalah komandan pesawat Space Shuttle Columbia.

Saat itu tanggal 1 Februari 2003. “Kami sekeluarga berada di tempat pendaratan di Kennedy Space Center di Florida. Kami tak sabar menunggu ayah kembali! Penerbangannya telah berlangsung sejak tanggal 16 Januari – dengan misi penerbangan selama 16 hari.”

Sebagai komandan penerbangan, Ricklah yang bertanggungjawab untuk penerbangan itu. Sekalipun NASA-lah yang mengatur dan merencanakan apa yang harus mereka kerjakan setiap detiknya di angkasa luar itu, Rick-lah yang menjadi pimpinan awak pesawat itu.

“Banyak wakil dari media yang hadir saat itu,” kata Laura, “dan papan raksasa penunjuk hitungan mundur memperlihatkan saat kedatangan yang semakin dekat. Kami tahu bahwa begitu ayah dan awak pesawat yang lain sudah melewati batas kecepatan suara, berarti mereka akan datang dalam beberapa menit lagi. Papan hitung telah mencapai batas waktu satu menit terakhir, dan seharusnya kami sudah mendengar ledakan bunyi saat pesawat melewati batas itu. Sementara papan hitung terus menunjukkan waktu yang semakin sedikit, saya menunggu munculnya ledakan suara tanda terlewatinya batas kecepatan suara itu.

Jantung saya berdebar kencang. Mengapa kami belum juga mendengar ledakan suara itu? Ada apa? Papan hitung sudah mencapai angka nol dan mulai masuk ke hitungan angka positif.”

Perut Laura terasa menggencang. Dia meraih tangan ibunya dan memandangi wajah ibunya untuk mencari petunjuk. “Apakah ayah baik-baik saja?” dia bertanya.

Sang ibu meremas tangan anaknya dan berkata, “Sepertinya tidak.”

Apa yang Terjadi?

“Saya tidak tahu sudah berapa detik atau menit waktu berlalu, tetapi kami dibawa masuk ke dalam sebuah mobil. Saya berpegangan pada tangan ibu saya, saya sangat ketakutan,” kata Laura. “Para juru kamera terus menyoroti kami. Semua anggota keluarga awak pesawat segera dibawa ke tempat penampungan awak pesawat. Ini adalah tempat tinggal para astronot NASA sebelum berangkat ke luar angkasa. Biasanya kami bertemu dengan para awak pesawat di tempat ini.”

Mereka merasa seperti harus menunggu sampai selama-lamanya, walaupun menurut perkiraan Laura mungkin baru satu jam waktu berlalu. Di sanalah Laura mengetahui bahwa ayahnya tak akan pernah pulang lagi. “Aku menangis jauh lebih keras dari pada yang sudah-sudah selama hidupku,” katanya.

Para anggota keluarga diberitahu bahwa pesawat space shuttle tersebut meledak saat memasuki atmosfir. Masalahnya ternyata sudah terjadi sejak tanggal 16 Januari. Saat pesawat diluncurkan, ada sepotong busa yang putus dari bagian tangki luar dan menghantam sayap kiri pesawat utama dan ketika pesawat itu masuk kembali ke atmosfir, plasma masuk ke dalam celah di sayap dan merobeknya. “Di bagian dalam pesawat terdapat pelat-pelat pelindung,” kata Laura, “dan pelat-pelat itu melindungi pesawat dari plasma – yakni daerah dengan kepanasan yang sangat tinggi di lapisan-lapisan atmosfir yang harus dilewati oleh pesawat. Plasma dan tekanan dari berbagai lapisan atmosfir itu akan menghantam pesawat dengan kecepatan sangat tinggi karena pesawat itu meluncur dengan derasnya.”

“Karena sebagian dari pelat-pelat pelindung itu telah rusak akibat hantaman potongan busa ketika saat peluncuran, maka meledaklah pesawat tersebut.”

“Para petugas dari NASA berusaha menyampaikan kabar tersebut dengan cara sehalus mungkin,” kata Laura. “Namun apakah mungkin saya akan mengerti? Ayahku tidak akan pulang lagi!”

Pihak NASA menjelaskan bahwa puing-puing dari pesawat tersebut telah ditemukan di wilayah timur Texas, dan para awak bisa dipastikan sudah meninggal.

“Saya sangat terkejut,” kenang Laura. “Benak saya berpacu. Ayah telah tiada? Dia tidak akan kembali lagi? Ada begitu banyak pertanyaan. Siapa yang akan menolong-ku mengerjakan soal matematika? Apakah ibu harus mencari pekerjaan? Akankah kami punya uang? Siapa yang akan menemani aku berjalan-jalan? Aku merasa hancur luluh.”

Melangkah Maju

Laura beserta ibu dan adik laki-lakinya kemudian bersama-sama mempercayakan semua ini kepada Allah. “Aku ingat saat aku berkata kepada bibiku bahwa Allah akan merawat kami,” kata Laura. “Aku tidak tahu bagaimana cara Allah melakukannya, namun karena pengalaman pribadi-ku bersama Allah, aku tahu bahwa Dia akan setia kepada kami dan memenuhi kebutuhan kami.”

“Aku tidak dapat hidup tanpa ayah-ku,” katanya.” “Sekalipun kami ini orang Kristen, namun saat itu kami sedang syok dan mengalami rasa duka yang sangat mendalam.”

“Untungnya, saya ikut dalam kelompok kaum muda yang luar biasa,” kata Laura. “Mereka memberikan dukungan yang sangat besar. Pembina kaum muda beserta istrinya sering mengajak saya makan siang di luar untuk mencari tahu bagaimana saya menghadapi kejadian ini. Gereja kami juga sangat mengagumkan! Banyak orang yang datang dan membawakan makanan buat kami sampai waktu yang lama. Sungguh pertolongan yang luar biasa.”

Allah menuntun Laura dan keluarganya melewati kesedihan ini, dan sambil mengikuti tuntunan itu, keluarganya menjadi semakin akrab satu sama lain. Laura berkata, “Saya bisa melihat kedalaman kasih ibu kepada saya dan adik saya. Betapa dia berusaha mati-matian untuk memastikan bahwa keadaan kami selalu baik. Hubungan ibu dengan Kristus begitu kuat di dalam melewati semua kejadian ini. Sebagai anak berusia 12 tahun, teladan itulah yang benar-benar saya perlukan.”

Laura terkenang pada titik balik penting dalam hidupnya sekitar dua tahun setelah tragedi itu. “Aku tahu bahwa aku akan baik-baik saja,” katanya, “Aku tahu bahwa kebutuhan-ku akan terpenuhi di dalam Kristus. Dia membantuku untuk menyadari bahwa aku harus lebih memperhatikan hubunganku dengan Dia. Aku perlu menjadikan Dia sebagai yang berkuasa atas kehidupan-ku setiap saat.”

Bertumbuh semakin Kuat

Laura mulai lebih tekun membaca Alkitab dan membangun kehidupan doa yang lebih kuat lagi. “Sekalipun pada saat aku merasa sangat malas untuk meraih Alkitab, aku tetap membacanya. Tahukah Anda? Aku mulai menemukan pemenuhan kebutuhan-ku di sana! Firman itu mulai hidup di dalam diriku.”

Allah mulai membangkitkan Laura lewat cara-cara yang tak terbayangkan sebelumnya. “Aku memohon kepada Kristus untuk memberi-ku hati seorang hamba. Aku mulai lebih banyak tersenyum, dan aku mulai menemukan jalan untuk menolong orang lain yang membutuhkan pertolongan.”

“Aku sendiri masih dalam keadaan berduka,” katanya, “namun setiap kali aku memanjatkan pujian dan sembah, aku merasakan sukacita yang luar biasa. Aku memusatkan perhatian pada kemuliaan-Nya. Dan hal itu membantu-ku memahami betapa Yesus sendiri telah melalui kedukaan yang lebih besar dari-ku sebelumnya.”

Laura belajar memahami bagaimana rasanya orang yang melewati pengalaman traumatis. Dia berkata, “Aku mengubah cara pandang-ku sepenuhnya. Hidup ini tidak berada di dalam kendali kita. Kita tidak bisa memilih bencana macam apa yang akan menimpa kita, yang akan membangun kita atau juga menjatuhkan kita. Akan tetapi kita bisa memilih bagaimana cara bereaksi terhadap peristiwa-peristiwa itu.”

Saat dia bersekolah di tingkat SMA, dia merasa bahwa Allah memberinya panggilan untuk menjadi pemberita Injil bagi sekolahnya. Melalui panggilan tersebut, dia menyadari bahwa hari-harinya terisi oleh tujuan yang pasti.”

“Karena kematian ayah, aku sadar bahwa hidup itu singkat, dan aku harus menjalani setiap hari dalam hidup-ku sepenuhnya dan tanpa meninggalkan penyesalan,” katanya. “Aku mulai melihat kehidupan-ku sebagai hal yang menyenangkan, bahwa setiap hari adalah hari yang penting bagi Allah.”

“Aku hanya punya sedikit waktu untuk mengerjakan tugas-ku bagi Dia. Saat aku menyerahkan hidupku kepada-Nya, hari-hari-ku menjadi hari-hari yang penuh kesukaan. Aku tidak harus pergi ke negara-negara dunia ketiga untuk menjadi misionaris dan memberitakan tentang apa yang sudah Dia kerjakan dalam hidup-ku. Aku bisa melakukannya dari sini juga!”

Laura teringat pada salah satu pesan penting dari ibunya: “Dia berkata bahwa saat kita mengalami bencana, kita bisa memilih untuk lari kepada Allah atau lari dari Allah, akan tetapi kita tidak boleh diam saja. Jika kamu lari dari Allah, maka kamu harus menghadapi bencana itu dengan kekuatan-mu sendiri. Segala sesuatu yang kita alami memiliki tujuan yang pasti. Pengalaman itu membantu kita untuk menjadi semakin dekat dengan Allah dan untuk belajar bagaimana menolong orang lain dengan cara yang lebih baik.”

 

 

 

DOA Memulai Hubungan Pribadi dengan Tuhan Yesus Kristus:
Saya percaya bahwa Darah Yesus Kristus yang telah dicurahkan adalah untuk penebusan atas segala hutang dosa saya.
Saya percaya hanya melalui Tuhan Yesus saya beroleh pengampunan yang kekal.
Dan mulai saat ini juga, saya menerima Engkau sebagai Tuhan dan Juruselamat hidup saya pribadi.
Saya mengundang ROH KUDUS tinggal didalam hati saya untuk menuntun saya dalam setiap langkah dan pengenalan saya akan Engkau.
Saya berdoa Hanya di Dalam Nama Tuhan Yesus Kristus, AMIN.

Sumber: cahayapengharapan.org

Leave a Comment