Ditinggal Suami Bikin Judith Halim Depresi Berat Sampai Pilih Bunuh Diri

Gak satupun wanita yang mau ditinggal begitu saja oleh suaminya. Tapi ada saja suami yang tega meninggalkan istrinya karena alasan yang gak bisa diterima.

Ya, inilah pengalaman pahit yang terjadi kepada Judith Halim, wanita yang menikah dengan seorang pengusaha asal Singapura.

Bersama tim Solusi, Judith mengisahkan perjalanan pahit itu ketika putranya Joel lahir dalam kondisi abnormal. Dia baru tahu jika putranya itu mengalami kelainan dalam jantung dan kondisi otak yang rusak karena kekurangan darah dan udara. Bukan hanya itu, dokter bahkan memvonis anaknya mengalami kelainan William Sindrom dimana dia hanya bisa bertahan hidup tak lebih dari tiga bulan.

“Sewaktu papanya melihat kondisi anaknya seperti ini, dia berkata kepada saya, ‘Kayaknya kita nggak cocok. Kayaknya kita nggak bisa bersama lagi.’” kata Judith.

Mendengar keputusan suaminya membuat hati Judith hancur. Di usianya yang masih 21 tahun, membuatnya tak sanggup menerima kenyataan itu. Dia bahkan mulai mempertanyakan kenapa Tuhan harus membiarkan hidupnya menderita.

Tiga bulan berlalu, Judith memutuskan untuk meninggalkan anaknya di Singapura dan pulang ke Jakarta untuk mencari suaminya. Sayangnya, dia malah mendapati kalau sang suami sudah bersama wanita lain.

“Sudah tidak ada lagi tempat di rumah itu buat aku. Itu cukup membuat saya kehilangan segala-galanya. Dibuang sampai sudah hancur berkeping-keping, sudah tidak mau pakai lem apapun, mau pakai cara apapun, tidak mungkin ini hati bisa bersatu lagi,” terangnya.

Judith pun kembali ke Singapura dengan berton-ton beban yang ditanggungnya. Semua yang terjadi padanya membuat Judith mengalami depresi berat. Sampai satu hari, dia memutuskan untuk bunuh diri dengan melompat dari lantai 14 apartemennya bersama anaknya yang masih berusia tiga bulan itu.

“Itu (bunuh diri) adalah pilihan terbaik buat saya dan anak saya. Sewaktu itu sekitar jam 12 kan. Saya mau pergi, saya mau beli gaun biar setidaknya matinya pun biar pakai gaun yang cantik. Itu rencana saya,” ucapnya.

Saat hendak mempersiapkan rencana bunuh dirinya, Judith malah mendapat telepon dari sebuah agen asuransi yang tanpa diduga rupanya dipakai Tuhan untuk menyelamatkan hidupnya selamanya. “Dia bilang boleh gak saya ajak kamu ke gereja?”

Tawaran agen asuransi inipun membuat Judith membatalkan niatnya bunuh diri. Dia pun mengiyakan undangan tersebut dan datang ke acara ibadah tersebut.

Judith mengakui, itu adalah kali pertama dirinya menginjakkan kaki di sebuah gereja. Dia sama sekali buta dengan semua tata ibadah yang biasanya dilakukan oleh gereja. “Saya gak pernah mengenal kebudayaan gereja seperti apa dan saya tidak tahu apa-apa tentang Kristen. Selama hidupku ini, saya sudah menyembah semua dewa-dewa yang lain kecuali Yesus Kristus.”

Di dalam ibadah itulah, Judith mengalami pengalaman baru bersama Yesus. Sebelum akhirnya Judith menerima Yesus sebagai juru selamatnya, dia pun mempertanyakan apakah Yesus bisa memulihkannya dari segala rasa sakit hati yang dialaminya kala itu.

“Tiba-tiba saya merasa ada suatu damai sejahtera yang turun. Saya tanya kepada pendeta itu, ‘Saya gak tahu siapa Yesus Kristus. Tetapi kalau Yesus Kristus yang kamu kabarkan adalah damai sejahtera yang sedang saya rasakan, saya harus mau. Jadi saya menerima Yesus Kristus sebagai penyelamatku pada saat itu,” katanya.

Dengan peneguhan dari sang pendeta, hati Judith mulai dilembutkan. Sejak saat itu, keinginannya untuk mengenal Yesus semakin besar. Imannya mulai bertambah dan bahkan berpengharapan jika sakit yang dialami putranya akan sembuh.

Doa yang dipanjatkan Judith untuk putranya menjadi kenyataan. Bahkan Joel bisa pulih secara total dan bertumbuh dengan baik sampai hari ini.

“Dokter bilang gak lewat tiga bulan kan. Tiap hari saya berdoa. Dan setiap kali saya berdoa, dia pun ada perkembangannya. Jadi anak saya jantungnya total sembuh sewaktu dia usia 6 tahun,” terang Judith.

Saat kehidupannya perlahan membaik, Tuhan mengingatkannya tentang pengampunan. Lewat ayat yang dibacanya, Matius 6: 15, “Tetapi jikalau kamu tidak mengampuni orang, Bapamu juga tidak akan mengampuni kesalahanmu.” Tuhan menantang Judith untuk mau mengampuni mantan suaminya.

“Di dalam pergumulan-pergumulan jikalau Tuhan berkata kita harus mengampuni, pada saat kita melakukan dan taat kepada firman Tuhan, biarpun mujizat belum datang tetapi damai sejahtera datang dulu dan itu adalah awal dari mujizat…Dan di situ saya praktekkan. Artinya saya harus mengampuni mantan suamiku,” jelasnya.

Memutuskan untuk mengampuni membawa Judith mengalami rekonsiliasi dengan mantan suaminya. Dia menyadari bahwa semua kebaikan yang dialaminya adalah bentuk penyertaan Tuhan dan dia pantas mengucap syukur untuk hal itu.

“Sewaktu saya menerima Tuhan Yesus sebagai Juruslamatku, itu ibaratnya kesempatan kedua kali. Saya cuma mau menyampaikan pada orang-orang yang terlantar, dikecewakan, yang hatinya terluka, untuk berkata kepada mereka, ‘Di dalam Yesus Kristus selalu ada pengharapan’” tandasnya.  

 

 

 

Mari menjadi Garam & Terang dunia melalui kesaksian hidup kita yang memberkati.

DOA Memulai Hubungan Pribadi dengan Tuhan Yesus Kristus:

Saya percaya bahwa Darah Yesus Kristus yang telah dicurahkan adalah untuk penebusan atas segala hutang dosa saya.
Saya percaya hanya melalui Tuhan Yesus saya beroleh pengampunan yang kekal.
Dan mulai saat ini juga, saya menerima Engkau sebagai Tuhan dan Juruselamat hidup saya pribadi.
Saya mengundang ROH KUDUS tinggal didalam hati saya untuk menuntun saya dalam setiap langkah dan pengenalan saya akan Engkau.
Saya berdoa Hanya di Dalam Nama Tuhan Yesus Kristus, AMIN. 

Sumber: jawaban.com

Web Kesaksian : www.kesaksian.org
Untuk kalangan sendiri

Leave a Comment