Dito Sitompul, Millenial yang Terpanggil Perjuangkan Keadilan Lewat Jalur Hukum

Menjadi anak dari seorang pengacara terkenal mendorong Dito Sitompul, putra pengacara kondang Hotma Sitompul, tahu banyak tentang dunia hukum.

Sejak kecil, Dito mengaku sudah diarahkan oleh sang ayah menjadi pengacara. Mulai dari kerap membawanya pergi ke kantor dan juga sepanjang dia menempuh bangku sekolah sampai kuliah.

“Pada saat masa kecil, saya suka selalu dibawa oleh ayah saya ke kantor untuk melihat bagaimana dia bekerja. Kemudian pada saat beranjak dewasa, pada saat kuliah maupun SMA saya juga sering diajak untuk pergi ke sidang untuk melihat bagaimana proses persidangan di Indonesia,” ungkap Dito.

Latar belakangan ini pun mendorongnya untuk semakin menggeluti dunia hukum. Gak heran kalau saat kuliah dia pun memilih jurusan hukum di Universitas Gajah Mada.

“Jadi emang dari awal saya udah putuskan untuk saya di Fakultas Hukum. Karena secara tidak langsung ayah saya “sudah mempengaruhi” saya sejak kecil untuk menjadi profesi sebagai seorang pengacara,” jelasnya.

Setelah menyandang gelas Sarjana Hukum, Dito pun mulai meniti karir sebagai pengacara di LBH Mawar Saron hingga kemudian dia memutuskan bergabung dengan lembaga hukum yang didirikan oleh ayahnya Hotma Sitompul.

Siapa sangka, saat bekerja bersama sang ayah dia menemukan banyak penyimpangan secara hukum. Sehingga dia berpikir untuk kembali melanjutkan studinya di London, Inggris.

“Saya lulus dan saya memutuskan bekerja di Lembaga Bantuan Hukum Mawar Saron. Sampai akhirnya saya melanjutkan kerja di kantor ayah saya yang komersial dan saya melihat bahwa hukum itu sungguh tajam ke bawah tumpul ke atas. Dan saya melihat hal tersebut kurang pas. Sehingga saya memutuskan untuk pergi melanjutkan studi saya master ke London,” demikian diceritakannya.


Namun seiring menjalani studinya, rupanya Dito menemukan hobi barunya di bidang fotografi. Sangkin begitu menyukainya, dia bahkan terus menekuni dengan serius. Namun setelah satu setengah tahun berlalu, diapun berhasil menyelesaikan studi dan kembali ke Indonesia.

Meskipun sudah mendapat gelar master di bidang hukum dari luar negeri, gak lantas membuat Dito siap terjun kembali ke dunia hukum. Fotografi seakan mengalihkan panggilannya. Sehingga dalam beberapa waktu dia memilih fokus untuk mengerjakan tawaran-tawaran proyek fotografi yang berdatangan.

Menyadari peluang besar di bidang fotografi, akhirnya Dito pun berpikir untuk tidak terjun lagi di dunia hukum. Setelah membulatkan tekad dengan pilihan tersebut, dengan berani dia menyampaikannya kepada sang ayah.

Ketakutan yang dia pikirkan pun pada akhirnya terjadi. Sang ayah seolah kecewa. Sehingga membuat hubungan mereka untuk beberapa waktu kurang baik.

“Saya bicara ke papa saya bahwa kayaknya saya gak jadi lawyer dulu deh. Itu yang membuat ayah saya shock, terus dia mendiamkan saya beberapa hari,” jelasnya.

Di tengah situasi yang kurang baik itulah yang membuat Dito kembali berpikir ulang akan masa depannya di dunia hukum. Dia harus berani memilih antara fotografi atau hukum sebagai jalur profesinya ke depan.

Karena memikirkan bagaimana sang ayah sudah mengarahkannya sejak kecil membuat Dito untuk mencoba kembali terjun di dunia hukum. Dengan istilah sambil menyelam minum air, yang pada akhirnya kesempatan itu membawanya menemukan panggilan hidupnya.

“Jujur saya berdoa dan saya mendapatkan firman bahwa kayaknya you need to be focus on one thing (kamu perlu fokus ke satu hal). Kamu gak bisa untuk fokus ke banyak hal nanti jadi bingung yang mana sebenarnya. Saya mendapatkan juga bacaan atau khotbah waktu itu bahwa life is not a sprint. It’s a marathon (Hidup itu bukan lari cepat. Tapi lari maraton)” ungkapnya.

Meskipun hukum adalah panggilannya. Dia gak memungkiri jika akan ada banyak rintangan dan tantangan yang datang. Tapi dengan berani dia memilih untuk menjalaninya pelan-pelan.

Melalui pengalaman tersebut, Dito pun berbagi kepada semua anak muda tentang tips untuk menemukan panggilannya.

“Tips yang bisa saya bagikan pada saat kita bingung nih menentukan ini passion saya gak sih? Ini interest saya gak sih? Menurut saya satu yang harus kita lakukan, Do we love our job? Kita seneng gak nih mengerjakan pekerjaan ini? Kalau pada saat kita gak seneng berarti agak kesulitan tuh. Nah, kalau saya pada saat di LBH saya seneng. At least one point, saya bisa tahu oke saya happy di sini,” jelasnya.

Sementara tips kedua, menurut Dito, adalah bagaimana kita bisa menentukan apakah itu panggilan atau tidak. “Calling kita bukan cuman hanya passion aja. Karena calling itu lebih ke goal ke depan kita. Mau kita apa sih nih. Visi kita apa sih? Mungkin kalau passion hanya interest aja kayak hobi. Karena passion tanpa adanya ketekunan itu gak bisa menjadi keberhasilan,” ungkapnya.

Apakah kamu salah satu anak muda yang masih bingung menentukan panggilanmu? Mulailah berdoa dan mencari tahu apa hal yang membuatmu tertarik dan juga melakukannya dengan tekun. Cari tahu juga apa tujuan yang harus kamu capai melalui hal itu. 

Sumber : Jawaban.com

Leave a Comment