HATI SEORANG IBU

Sumber Kesaksian: Della Amaloten
 

Empat tahun lalu tim SOLUSI meliput kisah tentang seorang gadis kecil berusia 2 tahun yang divonis tidak akan bertahan hidup karena virus ganas yang menyerang otak dan paru-parunya. Segala usaha telah dilakukan, tetapi hingga lebih dari 3 minggu, Paga Talita Kum mengalami koma, keadaannya bukan semakin membaik, namun semakin mendekat dengan ambang kematian.

Dr. Firmansyah (spesialis anak): Kalaupun dia hidup, saya bilang sama orang tuanya, kemungkinan besar anak ini akan cacat, mungkin cacat dari otaknya, kedua tangannya atau kakinya, atau penglihatannya, atau telinganya, pokoknya ini berat sekali…

Hanya mukjizat yang bisa menyelamatkan dia. Kedua orang tuanya bersungguhsungguh dan tidak henti-hentinya berdoa siang dan malam, meminta kepada Tuhan untuk kesembuhan anaknya. Mereka juga memperdengarkan firman Tuhan dan lagu-lagu rohani ke telinga Paga. Dengan ketekunan dan pengharapan, di antara kehidupan dan kematian, kedua orang tua Paga terus menerus berdoa meminta kesembuhan Paga.

Mukjizat terjadi, nafas spontan Paga keluar di hari keempat. Walaupun masih sangat lemah, tetapi pada hari berikutnya keadaan paru-paru Paga semakin membaik, dan dia bisa bernafas normal tanpa menggunakan ventilator.

Hanya dalam waktu setahun setelah kesembuhan Paga yang ajaib dari virus ganas, ayahnya yang tanpa henti berdoa untuk kesembuhan Paga meninggal dunia. Sekarang, sesudah 4 tahun keluar dari Rumah Sakit, tim SOLUSI kembali untuk menemukan apa yang terjadi dengan Paga saat ini. Empat tahun lalu dokter mengatakan, jika Paga tetap hidup, dia akan mengalami banyak sekali cacat, termasuk cacat mental di atas 60%. Hal tersebut membuat kedua orang tuanya memberi perhatian secara khusus kepada Paga lebih dari kedua kakaknya.

Della Amaloten: Setiap kali mau terapi, kita selalu mendoakan Paga, ya puji Tuhan saya mampu, saya kuat… Dalam tempo kurang lebih 3 bulan, walaupun pendengaran Paga belum terlalu tajam , tapi dia sudah bisa berjalan, dan saya bersyukur dia juga bisa melihat. Dan memang waktu berjalan pertama kali dia tidak bisa berbelok ke kanan ataupun ke kiri. Jadi Paga hanya bisa berjalan lurus dan menabrak, karena penglihatannya belum terlalu sempurna 100%…

Setahun setelah kesembuhan Paga, ayah Paga Adrianus Amaloten meninggal dunia pada tahun 2003, sehingga seluruh tanggung jawab mereka ada di pundak Della.

Della Amaloten: Jujur kalau melihat ketiga anak saya berbaring tidur, saya selalu berdoa buat mereka, terutama saya minta kesehatan dan kekuatan buat saya… Dan saya katakan.. Tuhan, saya tidak bisa memasukkan Paga ke sekolah yang baik karena saya tidak punya biaya… Tapi saya percaya dengan sekolah yang sederhana pun, kalau Tuhan mau campur tangan, Paga pasti menjadi anak yang pintar. Sampai saat ini, sudah 3 tahun ayahnya Paga dipanggil Tuhan, dengan pertolongan Tuhan saya mampu…

Paga Talita kum, telah tumbuh menjadi gadis kecil yang cantik dan pandai. Perkiraan dokter bahwa Paga akan lumpuh, bisu dan tuli, bahkan cacat mental di atas 60%, hampir tidak nampak pada diri Paga. Ibunya dengan tekun memberinya terapi, dan terapi terakhir yang harus dia lakukan adalah terapi bicara.

Guru Paga: Dulu rasanya nggak nyambung, tapi sekarang sudah banyak bertanya. Dulu dia senyum saja tidak mau, susah berkomunikasi, tapi sekarang dia sudah sering tersenyum, ada komunikasi. Yang dulu lambat, sekarang sudah lincah. Sampai sekarang belum ada satu tahun, tapi perkembangannya sudah luar biasa.

Della Amaloten: Saya percaya anak saya Paga Talita Kum, dia akan menjadi anak yang berhasil, dia akan menjadi anak yang hebat… Kelak nanti dia besar, dia bisa jadi berkat bagi banyak orang.

“Maka Yesus menjawab dan berkata kepadanya: “Hai ibu, besar imanmu, maka jadilah kepadamu seperti yang kaukehendaki.” Dan seketika itu juga anaknya sembuh.” (Mat 15:28)

Leave a Comment