Hindra Kumala: Meski Hidup, Aku Anggap Papa Tidak Ada

“Papa itu idola saya. Dia segalanya buat saya. Tanpa dia saya berpikir saya bisa apa. Saya benar-benar sangat sayang dengan papa saya,” ucap Hindra Kumala. Hindra, panggilannya, adalah anak kedua dari tiga bersaudara. Hindra termasuk anak yang penurut, manja dan sangat dekat dengan sang ayah, Matual Ijang Kumala. Dibesarkan ditengah-tengah keluarga yang bercukupan membuat Hindra sangat menaruh harapan besar kepada sang ayah.

“Istilah orang itu, saya itu benar-benar anak manja, apa yang saya butuhkan papa dan mama pasti memenuhi keinginan saya, sampai saya beranjak dewasa saya menaruh harapan besar kepada papa saya,” katanya. Tetapi tampaknya semua harapan Hindra hancur. Sosok ayah yang ia idolakan menjadi terbalik 180 derajat. 

Hal itu berawal dari Hindra melihat sang ayah memaki dan memukul ibunya. Hindra melihat sang ayah yang ia kenal dulu tidak ringan tangan tapi kini telah berubah. Kejadian itulah membuat Hindra begitu membenci ayah yang dulu menjadi idolanya. “Saya mengenal papa saya itu buka tipikal orang yang main tangan. Tapi hari itu saya melihat mama saya itu dihajar, saya benar-benar emosi, saya marah, saya sangat benci papa saya,” tutur Hindra. 

Kemudian, sang ibu memutuskan untuk pergi berpisah dan pindah ke luar negeri. Mengantarkan sang ibu pergi meninggalkan dirinya sangatlah berat menurut Hindra. Tetapi sebelum keberangkatan sang ibu berpesan, “Hin, lu gak boleh seperti bapak lu. Saya tidak tahu harus bagaimana, tapi satu hal yang saya pikirkan, saya benar-benar benci dengan papa saya. Saya tidak berani pulang. Saya tidak berani pulang bukan karena takut dengan papa saya, tapi saya takut emosi saya meledak-ledak. Bisa-bisa papa saya yang saya hajar. Bisa-bisa papa saya yang saya bunuh. Karena papa saya, mama saya sampai kabur keluar negeri. Karena papa saya, saya tidak bisa lagi ketemu dengan mama saya,” ucapnya.

“Saya sudah tidak bisa mikir lagi. Saya sudah anggap papa saya sudah tidak ada. Dia mau mati, dia mau hidup, dia mau makan, terserahlah. Sejak kejadian itu saya tidak pernah lagi pulang ke rumah,” kenang Hindra.

Selama kurang lebih empat tahun hubungan Hindra yang kurang baik dengan sang ayah dan mendengarkan nasihat dari kakak untuk kembali berbaikan dengan ayah, Hindra pun sempat berpikir untuk mengampuninya. “Yasudahlah, saya juga berpikir saya juga sudah berkeluarga. Jangan sampai apa yang papa saya alami juga dialami saya terhadap anak saya. Jadi, dimulut saya benar-benar bilang, okelah, saya mengampuni papa saya,” katanya.

Hingga disuatu hari, Hindra dingatkan sekali lagi oleh salah seorang teman dekatnya bernama Yabes. Yabes menyadarkan Hindra untuk kembali mencoba memperbaiki hubungan yang sempat terputus antara dirinya dengan sang ayah.

“Kepahitan berbicara tentang luka. Kita bisa tahu luka itu sudah sembuh atau tidak ketika kita sentuh luka itu. Ketika kita sentuh, dan kita masih berasa sakit artinya luka kita tuh belum sembuh total,” ucap Hindra mengingat kembali nasihat temannya, Yabes. Mendengar perkataan itu, Hindra mencoba pulang ke rumah orangtuanya. Tetapi ternyata luka itu masih membekas dan perih bila Hindra mengingatnya. Hindra masih menyimpan kemarahan dalam hatinya.

Keesokkannya, Hindra kembali berkonsultasi kepada Yabes dan ia mengatakan, “Jikalau kamu tidak mengampuni orang lain, maka Bapa kamu di Surga tidak akan mengampuni kesalahan kamu. Tuhan Yesus saja mau mengampuni kita kenapa kita tidak ndra..” Mendengar perkataan Yabes, Hindra pun berniat berusaha mengembalikan hubungan antar ayah dan anak.

Selanjutnya, Hindra kembali mengunjungi rumah sang ayah. Hingga sekali dua kali berkunjung, Hindra sudah tidak lagi merasa kepahitan. “Dan saya disitu sudah tidak lagi merasa benci, tidak lagi merasakan saya mengingat perlakuan dia ke mama saya, saya sudah enggak,” terangnya.

Seiiring berjalannya waktu “Ketika saya mengandalkan kekuatan saya, saya tidak bisa. Tetapi ketika saya terlibat lagi, lebih dekat sama Tuhan Yesus, Yesus memberikan saya kekuatan. Dia tuh benar-benar menolong saya, saya siapa sih di mata Dia, Dia tuh rela mati di kayu salib untuk menebus saya. Yesus saja mau, saya yang tidak punya apa-apa, Tuhan Yesus mau maafkan saya, kenapa saya tidak bisa memaafkan papa saya, gitu,” kata Hindra.

Pemulihan pun terjadi dalam keluarga Hindra. Hubungan ayah dan anak sudah kembali pulih seperti dulu. Hindra kini sudah menerima dan mengampuni sang ayah, “Apa yang saya lakukan selama ini, itu semua karena anugerah yang Tuhan Yesus sediakan untuk saya.Tuhan Yesus buat saya adalah segalanya terlebih lagi ketika saya benar-benar mengerti arti yang namanya pengampunan. Jadi, Tuhan Yesus benar-benar membukakan mata hati saya, semua jalan hidup saya semua dibukakan oleh Dia. Sehingga yang saya rasakan sekarang sama papa saya itu benar-benar hubungan ayah dan anak. Saya sangat bersyukur, Tuhan Yesus hadir dalam hidup saya,” ungkap Hindra. 

Sumber : Hindra Kumala

 

DOA Memulai Hubungan Pribadi dengan Tuhan Yesus Kristus:
Saya percaya bahwa Darah Yesus Kristus yang telah dicurahkan adalah untuk penebusan atas segala hutang dosa saya.
Saya percaya hanya melalui Tuhan Yesus saya beroleh pengampunan yang kekal.
Dan mulai saat ini juga, saya menerima Engkau sebagai Tuhan dan Juruselamat hidup saya pribadi.
Saya mengundang ROH KUDUS tinggal didalam hati saya untuk menuntun saya dalam setiap langkah dan pengenalan saya akan Engkau.
Saya berdoa Hanya di Dalam Nama Tuhan Yesus Kristus, AMIN.

 https://www.jawaban.com

Leave a Comment