Jangan Kehilangan Harapan

Roma 5:5 (TB)  Dan pengharapan tidak mengecewakan, karena kasih Allah telah dicurahkan di dalam hati kita oleh Roh Kudus yang telah dikaruniakan kepada kita.

Sebuah kesaksian berasal dari anak perempuan berusia 15 tahun yang bukannya mendapat simpati dan sebuah pertolongan, namun malah dituding dan dipermalukan di depan banyak orang yang dikenalnya, karena orang tua anak ini sedang mengalami sebuah kesulitan ekonomi dan meminta bantuan kepada seseorang yang mereka kenal. Anak itu menghabiskan masa remajanya dengan perasaan buruk dan kelihangan harapan untuk dirinya sendiri. Segala harapannya telah didediksikan untuk orang tuanya: bagaimana menjadi anak yang bisa menjadi harapan untuk orang tuanya, bagaimana sekuat tenaga berusaha untuk membuat orang tuanya merasa lebih baik dan lebih baik lagi, bagaimana sekuat tenaga menghiraukan perasaan buruk yang pernah melukainya pada saat itu dan selalu berusaha untuk tersenyum, serta mengakui penghinaan yang harus diterimanya itu di depan banyak orang yang menatapnya dengan sebuah pandangan kasihan. Tidak ada sisa harapan lagi untuk dirinya. Semua sudah habis. Semua untuk orang tuanya, tak tersisa untuknya lagi.

Hari berlalu begitu cepat, anak itu sudah besar sekarang dan dia berhasil. Berhasil untuk memberikan segala yang terbaik untuk orang tuanya. Berhasil untuk membuat orang tuanya menjadi lebih dihargai, dan merasa lebih baik, bahkan berhasil untuk tidak berharap pada Tuhan ataupun manusia. Sakit dan luka yang pernah dirasakannya terlalu getir untuk dirasakan, sehingga dia yakin bahwa manusia sepertinya tidak akan pernah pantas untuk berharap untuk hal yang lebih baik bagi dirinya sendiri.

Dari kisah anak tersebut. Kita sering kali tidak menyadari, bahwa kita juga sering kehilangan harapan yang padahal selalu ada. Kita merasa bisa melakukan semuanya sendiri, bukan hanya dalam kebahagiaan namun juga kesakitan, kita merasa kita bisa menyembuhkan kesakitan kita sendiri, kita membiarkan diri kita tertutup untuk berharap, kita seakan lupa bahwa Tuhan sendiri itulah sumber pengharapan.

Saya tidak tahu banyak tentang jahat dan kerasnya dunia ini beserta isinya. Namun, saya rasa semua orang harus tetap mempunyai sebuah harapan untuk tetap hidup. Anak itu, sekalipun dia tidak berharap sesuatu apapun untuk dirinya, namun dia sudah berharap segalanya untuk orang tuanya, karena itulah dia berusaha; karena dia berharap semua yang terbaik untuk orang tuanya. Dia tetaplah berharap, walaupun bukan untuk dirinya. Apa jadinya jika dia juga tidak berharap untuk orang tuanya? Tidak ada yang tahu. Setidaknya, hal ini menjadi pelajaran penting untuk kita semua – agar jangan pernah kehilangan sebuah harapan.

Tuhan itu setia dan adil. Sekalipun ada hal buruk dan menyakitkan yang pernah dan akan menimpa kita, Tuhan tetaplah sedang bersikap adil. Jangan pernah meragukan keadilan Tuhan. Sebaliknya, jangan menaruh sebuah harapan, meskipun itu harapan yang kecil kepada seorang manusia. Karena manusia adalah orang yang terbatas dan hanya ciptaan Tuhan yang sama dengan anda dan saya. Marilah kita hanya berharap kepada Tuhan saja, Raja atas segala raja, yang Pertama dan Terakhir. Mari hanya berharap kepada Tuhan saja yang tidak akan pernah mengecewakan kita, sebab janji-Nya seperti fajar pada pagi hari.

Sumber; www.lenterahidup.com

DOA Memulai Hubungan Pribadi dengan Tuhan Yesus Kristus:
Saya percaya bahwa Darah Yesus Kristus yang telah dicurahkan adalah untuk penebusan atas segala hutang dosa saya.
Saya percaya hanya melalui Tuhan Yesus saya beroleh pengampunan yang kekal.
Dan mulai saat ini juga, saya menerima Engkau sebagai Tuhan dan Juruselamat hidup saya pribadi.
Saya mengundang ROH KUDUS tinggal didalam hati saya untuk menuntun saya dalam setiap langkah dan pengenalan saya akan Egkau.
Saya berdoa Hanya di Dalam Nama Tuhan Yesus Kristus, AMIN.

Leave a Comment