Kekuatan di Saat Kita Berserah

Pada hari dimana tunangan saya meninggal dunia, hari itu mulai turun salju, seperti hari-hari biasa pada bulan November sebelum dia jatuh dari atap.  Tubuhnya, ketika saya menemukannya, sudah sedikit tertutup salju.

Salju turun hampir setiap hari selama empat bulan setelah itu. Selama itu saya hanya duduk di sofa dan melihat salju menumpuk.

Suatu pagi, saya dengan hati yang berat turun ke lantai bawah dan terkejut melihat ada yang sedang membersihkan jalanan di muka rumah saya. Saya melihat seorang wanita yang mencangkul salju di depan pintu rumah.  Saya menunduk dan merangkak melewati ruang tamu, dan kembali ke lantai atas karena saya tidak mau orang-orang yang baik hati itu melihat saya.  Saya malu. Pikiran yang muncul di benak saya adalah bagaimana saya akan dapat membayar mereka? Saya tidak memiliki kekuatan untuk menyisir rambut saya apalagi untuk membersihkan salju di halaman orang lain.

Sebelum Jon meninggal, saya bangga karena saya jarang sekali meminta pertolongan. Saya mendefiniskan diri saya sebagai seorang yang kompeten dan mandiri.  Jadi siapakah saya apabila saya bukan orang yang cekatan dan sibuk? Bagaimana saya dapat menghormati saya sendiri apabila yang saya lakukan hanyalah duduk di sofa setiap hari sambil menonton salju turun?

Belajar untuk menerima kasih dan dukungan bukanlah hal yang mudah. Teman-teman memasak untuk saya dan saya menangis karena saya bahkan tidak dapat membantu menyiapkan meja. “Saya selalunya tidak semalas ini,” hati saya seolah-olah berteriak. Akhirnya, teman saya Kathy meminta saya duduk dan ia berkata kepada saya, “Mary, memasak untuk kamu bukanlah satu beban. Saya mengasihi-mu dan saya mau melakukannya. Saya merasa senang dapat berbuat sesuatu untuk kamu.”

Berulang-ulang kali, saya mendengar  kata-kata itu dari orang-orang yang mendukung saya pada masa-masa kelam tersebut.  Seorang pria yang sangat bijak berkata kepada saya, “Kamu bukannya tidak melakukan apa-apa.  Dengan terbuka penuh atas penderitaanmu mungkin adalah pekerjaan yang tersulit yang pernah kamu lakukan.'”

Saya sekarang bukanlah seorang saya yang dulu, tetapi di dalam banyak hal saya berubah menjadi lebih baik.  Kain di dalam kehidupan saya telah terajut dengan rasa syukur dan kerendahan hati.  Saya terkejut dengan mengetahui bahwa ada suatu kebebasan yang datang dengan menghadapi rasa ketakutan yang paling dalam dan berjalan dengan utuh.  Saya percaya adanya kekuatan pada saat kita berserah.

Tuhan tidak pernah meninggalkan kita di saat-saat kita merasa paling terpuruk. Ia menghantar malaikat-malaikatnya dalam bentuk teman-teman dan orang-orang di sekitar kita untuk membantu kita  dengan cara yang praktis dan penuh kasih.

(Mary Cook sekarang tinggal di sebuah komunitas yang terdiri dari 450 di Gustavus, Alaska. Dia menjaga satu-satunya kedai kopi di kota itu dan melayani sebagai sukarelawan di rumah sakit.

 

 

 

DOA Memulai Hubungan Pribadi dengan Tuhan Yesus Kristus:
Saya percaya bahwa Darah Yesus Kristus yang telah dicurahkan adalah untuk penebusan atas segala hutang dosa saya.
Saya percaya hanya melalui Tuhan Yesus saya beroleh pengampunan yang kekal.
Dan mulai saat ini juga, saya menerima Engkau sebagai Tuhan dan Juruselamat hidup saya pribadi.
Saya mengundang ROH KUDUS tinggal didalam hati saya untuk menuntun saya dalam setiap langkah dan pengenalan saya akan Engkau.
Saya berdoa Hanya di Dalam Nama Tuhan Yesus Kristus, AMIN.

Sumber: cahayapengharapan.org

Leave a Comment