Keluargaku, Ladang Pelayananku

Oleh Novita Sari Hutasoit, Tangerang

Apa yang biasanya kita pikirkan atau lakukan menjelang liburan: langsung menyusun jadwal untuk bepergian ke destinasi wisata hits atau pulang ke kampung halaman untuk bertemu keluarga?

Meskipun aku seorang perantau yang mencari rezeki di kota orang, dilema ini kerap aku alami setiap liburan semakin dekat. Aku rindu untuk bertemu dengan mama, kakak, abang, dan keponakanku di kampung halaman. Tetapi, kadangkala aku juga tergoda untuk tidak pulang kampung dengan berbagai alasan. Misalnya, harga tiket yang mahal yang membuat tabunganku menipis, padahal aku masih harus memberi sedikit berkat untuk keluarga. Aku pernah berpikir untuk hanya mengirimkan uang saja kepada keluargaku karena tergoda pada tawaran teman untuk bepergian ke tempat-tempat yang belum pernah aku kunjungi.

Beberapa waktu yang lalu sebelum aku kembali ke kampung halaman, aku berdiskusi dengan teman sekantorku. Kami berdua memiliki kampung halaman yang sangat jauh, bahkan kampungnya lebih jauh daripada kampungku. Sudah kurang lebih lima tahun dia bekerja di kantor kami, dan ia selalu menyempatkan diri untuk pulang ke kampung halamannya sekali dalam setahun. Di tengah kegalauanku, dialah yang mengingatkanku untuk pulang. Waktu bersama keluarga sangatlah berarti, walaupun tidak bisa dipungkiri bahwa kita harus mengorbankan uang yang tidak sedikit.

Perkataannya membuatku kembali merenung. Bukankah salah satu alasanku untuk merantau adalah untuk menghasilkan uang untuk berbagi berkat dengan keluarga? Kalau begitu, aku merasa cukup dengan mengirimkan uangnya saja. Namun, lagi-lagi aku diingatkan bahwa pertemuan tatap muka jauh lebih berharga dari uang yang kuberikan. Aku harus datang langsung untuk melihat kondisi keluargaku. Selama bekerja, adalah hal yang baik jika aku selalu mendoakan mereka dari kejauhan. Tetapi, jika keuanganku memadai, alangkah lebih baik jika aku datang untuk mengunjungi mereka secara langsung.

Akhirnya, aku memutuskan untuk pulang ke kampung halamanku. Aku begitu bersyukur dapat kembali berkumpul bersama keluargaku. Hal yang kami lakukan bersama sangatlah sederhana: makan bersama, jalan-jalan bersama, tertawa bersama, dan mendokumentasikan kegiatan kami dengan berfoto bersama. Selain itu, karena mamaku bekerja sebagai pedagang, aku mengantar jemputnya ke pasar. Aku juga menjaga keponakanku, membantu merapikan rumah, hingga mengunjungi anggota keluarga lainnya. Kegiatan yang sederhana sekalipun mampu mendatangkan sukacita yang luar biasa untuk kami semua, yang terpancar dari wajah setiap kami.

Kembali kurenungkan, saat-saat seperti ini tidak selamanya dapat kunikmati. Mengingat usia orang tuaku yang terus bertambah, dan masa pertumbuhan keponakanku yang banyak kulewatkan. Aku teringat akan sebuah pujian dari Pelengkap Kidung Jemaat 289:

Keluarga hidup indah
bila Tuhan di dalamnya.
Dengan kasih yang sempurna
Tuhan pimpin langkahnya.
T’rima kasih padaMu, Tuhan,
Kau bimbing kami selamanya.
Segala hormat, puji dan syukur
kami panjatkan kepadaMu.

Keluarga adalah ladang pelayananku—tempat bagiku untuk menyatakan kasih Tuhan. Aku harus menyatakan ungkapan syukurku atas penyertaan Tuhan bagi keluargaku dalam melewati musim demi musim kehidupan dengan mengasihi keluargaku. Untuk dapat berkumpul dan berbagi sukacita bersama keluargaku juga merupakan bentuk kasih dan penyertaan-Nya atas kami.

Aku pribadi sungguh ditegur dengan kondisi ini. Banyak hal di luar sana yang bisa membuatku tidak memilih untuk kembali ke kampung halamanku, walaupun sebentar saja. Namun aku bersyukur Tuhan meneguhkanku kembali di tengah-tengah dilema yang kualami, sehingga aku dimampukan untuk membuat keputusan yang tepat: memanfaatkan sebaik-baiknya waktu yang ada untuk melayani keluargaku yang sudah terlebih dahulu melayaniku sejak kecil.

Kiranya perenunganku dapat memberkati kita semua yang membacanya. Tuhan memberkati.

Sumber: warungsatekamu.org

Tidak ada seorangpun dalam hidup ini yang menyukai masalah. Tetapi masalah tidak bisa kita hindari. Saat ini kami mengajak kamu untuk coba merenungkan bagaimana cara kita bisa keluar dari masalah itu . Ternyata jawabannya cuma satu. Apapun masalahnya, jawabannya ada pada Injil.

Kenapa Injil? Injil itu adalah kasih Tuhan kepada manusia. Injil disini bukan dalam konteks agama tapi kasih Tuhan kepada manusia. Siapapun orangnya,dalam hati kecilnya percaya bahwa ada Tuhan yang menjadikan semuanya.

Untuk itu saat ini kalau kamu sedang menghadapi sesuatu dalam hidup percayalah dan datanglah kepada Injil itu yang adalah Yesus Kristus Tuhan.

Dalam dunia ini tidak ada siapapun kecuali Yesus Kristus Tuhan yang pernah berkata Akulah Jalan, Akulah Kebenaran dan Akulah hidup. Semua manusia hidup kalau tidak menemui jalan berarti dia ketemu jalan buntu.Jadi bagaimanapun keadaanmu saat ini, datanglah kepada Yesus.

Kalau kamu ingin mengenal siapa Yesus lebih lagi, silahkan chat dengan kami.
Silahkan Whatsapp ke:
Whatsapp: +62 889-1466-144

Untuk kalangan sendiri

Leave a Comment