Kesaksian iman Dave Broos: Diubahkan oleh Kasih Kristus

Hai nama saya Dave Broos, terlahir di kota Bandung, 24 September 1969. Nama saya terdengar asing mungkin di telinga orang Indonesia. Mengapa sedikit asing terdengar, apakah saya orang “bule”? Tidak sepenuhnya benar, namun saya adalah anak peranakan. Mama saya adalah seorang peranakan Belanda-Ambon sedang ayah kandung saya merupakan keturunan Tionghoa.

Sejak saya berada dalam kandungan Mama, pria kekasih Mama yang seharusnya jadi papa saya telah melarikan diri dengan wanita lain…oleh sebab itu saya adalah anak yang lahir di luar pernikahan. Orang menamakan anak-anak yang terlahir seperti saya sebagai “anak haram.” Suka atau tidak itu merupakan bagian hidup yang tidak dapat disangkali dan dihindari. Oleh sebab itu nama keluarga yang saya sandang adalah nama keluarga Mama. Di rumah saya biasa dipanggil Dave. Meski saya dibesarkan hanya oleh “Mama saja” (single parent) tetapi hidup saya tidak begitu buruk sebab di rumah ada Opa dan Oma ditambah adik mama saya, seorang Oom yang keren dan menganggap saya sebagai adik kecilnya.

Namun semua mulai berubah ketika Opa meninggal dunia, Oma saya pindah ke negeri Belanda, dan Mama menikah diam-diam tanpa sepengetahuan keluarga bahkan saya yang tinggal serumah. Usia saya 10 tahun, saat Mama menikah dan saya mengalami “shock” dengan cara Papa tiri saya membesarkan saya. Nilai-nilai dalam melihat kehidupan dan cara membesarkan anak sangat berbeda dengan pola yang selama ini saya dapat dari Oma.

Ya, saya memiliki hubungan yang lebih dekat dengan Oma, sebab Mama saya harus bekerja di sebuah perusahaan, PT Tempo. Hingga hubungan saya dan Oma jauh lebih intens daripada dengan Mama.

Akhirnya timbul pemberontakan dalam diri saya. Sebagai contoh Oma saya tidak pernah mempergunakan kata-kata negatif dan cara-cara negatif saat beliau marah dan hendak mendisiplin saya, namun “Papa” baru saya melakukan hal-hal seperti itu, seperti mengatai saya “anak haram jadah” atau “anak berandalan” dll. Saat itu saya marah dan kecewa pada Mama, namun tidak tahu bagaimana mengungkapkannya. Sebelum Oma saya pergi meninggalkan kami, saya dikenal anak yang penurut, tidak suka kekerasan dan selalu berpegang pada tata tertib/peraturan baik di rumah maupun di sekolah namun setelah pernikahan mama itu merupakan “turning point” hidup saya masuk ke dalam dunia yang kelam akibat kekecewaan terhadap orang tua.

Saat itulah saya mulai menerima ajakan teman-teman saya di kelas untuk mulai merokok, melihat gambar porno, ikut berkelahi dengan sekolah yang bertetangga dengan sekolah kami, mulai coba menegak minuman keras….itu semua saya lakukan di kelas 5 SD (SD Pardomuan).

Memasuki usia remaja, saya malah mulai bergaul dengan teman-teman yang salah, anak-anak yang juga terluka hatinya terhadap ortu. Hal-hal agamawi merupakan hal yang paling membosankan dalam hidupku saat itu sebab saat itu saya bersekolah di SMPK Bahureksa dan SMAK Dago alias sekolah Kristen. Saat SMP setiap hari ada renungan pagi di aula dan saat SMA seminggu sekali ada renungan bersama. Namun urusan mengenai Tuhan sama sekali tidak ada dalam benakku, mengapa? Sebab saat itu saya berpikir untuk apa memperdulikan Tuhan sebab Ia hanya perduli pada keluarga yang baik-baik saja, sedang saya hanya anak yang terlahir tanpa disengaja.

Kenakalan remaja berubah menjadi terlibat kejahatan saat saya bergabung dalam geng Moonraker. Terperosok dalam lembah hitam yang lebih dalam, tidak pernah terpikirkan seumur hidup saya untuk terlibat dalam bermacam tindak kriminal dan kekerasan tetapi itulah yang terjadi. Berulang kali berurusan dengan pihak berwajib, ditahan di dalam sel bui yang pengap, masuk rumah sakit karena keracunan obat-obatan daftar G, tertusuk saat tawuran dan masih ada sederetan keberingasan yang saya buat saat itu.

Itu semua membuat hubungan saya dengan ortu semakin renggang berulang kali saya diusir dari rumah oleh Papa. Beliau sudah memberikan ultimatum pada saya, dia tidak mau mendengar ada laporan dari polisi atau insiden yang menyebabkan saya masuk rumah sakit. Dan semua itu saya langgar, dan ia marah besar. Oleh sebab itu saya diusir dari rumah olehnya, dan suatu saat mama yang biasanya mencari saya di jalanan pun ikut mengusir saya. Akhirnya saya ditampung di rumah adik dari Oma saya, sampai saya lulus SMA di tahun 1988.

Memasuki dunia perkuliahan tidak otomatis membuat saya berubah, saya makin menjadi-jadi dengan geng saya yang saat itu tengah “panas” dengan sebuah geng lain di kota kami, XTC. Terjadi suatu perang antar geng bermotor yang berkepanjangan. Saya bergumul dengan kebiasaan mabuk saya; saat itu saya menjadi seorang pecandu narkoba, alkohol, rokok, kekerasan, pornografi, masturbasi dan dosa lainnya. Saya merasa diperbudak, saya ingin terbebas namun seolah tak memiliki kekuatan untuk lepas hingga saya menjadi sangat frustrasi hadapi hidup ini.

Pada tahun 1990, ada seseorang “entah siapa” yang mengikutsertakan saya pada sebuah kursus Alkitab membahas Injil Yohanes. Saat itu saya mulai mengerti apa yang Tuhan kehendaki, meski masih samar-samar, dan untuk urusan agama saya gengsi saat itu untuk bertanya pada siapapun. Tetapi Tuhan punya cara saja, entah nanti ada teman memberikan traktat, dapat mimpi yang aneh, dijamah melalui lagu rock dunia hingga suatu hari di awal Maret 1991, saya mulai berpikir dan merenungkan kembali mengenai jalan hidup saya mengapa terjerembab jauh sekali di dalam lembah kekelaman.

Satu hal yang saya renungkan adalah, “Mengapa saya menjadi seperti ini? Apakah yang saya butuhkan?” Jawabannya adalah saya membutuhkan seseorang yang MENGASIHI saya, mau MENERIMA saya apa adanya, PERCAYA pada saya dan MENDUKUNG saya dengan berjalan BERSAMA dan MEMBERIKAN TELADAN.

Tanggal 28 Maret 1991, saya mengunjungi sebuah KKR yang dilayani oleh Pdt. Yeremia Riem (alm), di saat itulah saya sungguh-sungguh mengalami jamahan Tuhan, saya menyadari kebutuhan saya akan seorang Juruselamat dan Tuhan, dan terlebih lagi saya melihat semua kriteria itu ada pada Yesus. IA mau mati menebus segala kesalahan saya sebagai bukti IA sangat mengasihi saya. Saat itu seolah Tuhan sendiri berdiri dihadapan saya dan berkata,”Dave, aku mengasihimu.” Sesuatu yang belum pernah seumur hidup saya dapatkan dari orang tua saya. Yesus mengekspresikan kasihNya bukan hanya melalui pelukanNya saja tetapi kematianNya bagi saya. Pada hari itu, saya menjadi ciptaan baru di dalam Kristus.

 

 

 

 

 

 

 

Mari menjadi Garam & Terang dunia melalui kesaksian hidup kita yang memberkati.

DOA Memulai Hubungan Pribadi dengan Tuhan Yesus Kristus:

Saya percaya bahwa Darah Yesus Kristus yang telah dicurahkan adalah untuk penebusan atas segala hutang dosa saya.
Saya percaya hanya melalui Tuhan Yesus saya beroleh pengampunan yang kekal.
Dan mulai saat ini juga, saya menerima Engkau sebagai Tuhan dan Juruselamat hidup saya pribadi.
Saya mengundang ROH KUDUS tinggal didalam hati saya untuk menuntun saya dalam setiap langkah dan pengenalan saya akan Engkau.
Saya berdoa Hanya di Dalam Nama Tuhan Yesus Kristus, AMIN. 

Sumber:  http://yubelium.com

Leave a Comment