Nama saya Ricky Djauhari, sampai hari ini saya masih berprofesi sebagai dosen perikanan di sebuah perguruan tinggi di Palangkaraya, Kalimantan Tengah. Di hadapan rekan-rekan sekerja, saya dikenal sebagai sosok yang cepat menyelesaikan masalah. Namun, itu tidak berlaku di dalam rumah tangga saya.
Istri saya adalah seorang yang begitu dominan. Hal-hal yang berkaitan dengan keluarga, harus mendapatkan lampu hijau darinya. Jangan heran, kami sering kali beradu argumen dan percekcokkan karena sikap yang ditunjukkan oleh pasangan saya tersebut. Di mata dia, saya adalah orang yang lemah, yang tidak bisa diandalkan. Sikap yang dia tunjukkan itu sungguh menyakitkan hati.
Sampai satu hari saya bertemu dengan seorang perempuan yang tidak lagi teman istri saya di rumah yang kami tempati. Saya pun diperkenalkan oleh istri saya dengannya.
Sejak pertama melihat, hati saya sudah terpincut dengan perempuan tersebut. Tanpa diduga, saya bertemu kembali dengan teman istri saya tersebut di rumah. Kami mengobrol dan saya sendiri mencoba mengorek-ngorek informasi tentang teman istri saya tersebut. Obrolan yang terjadi diantara kami berdua begitu hangat dan saya merasakan kenyamanan ketika berbicara dengan teman istri saya tersebut.
Satu hari, saya memberanikan diri mengirimkan pesan singkat ke nomor teman istri saya tersebut. Pesan itu ternyata diketahui juga oleh istri saya. Istri saya pun marah besar. Dia membanting ponsel saya dan amarah saya pun ikut naik. Saya pun meninggalkan dia.
Di tengah kekalutan pikiran, saya mendatangi rumah teman istri saya tersebut. Saya pun mengajak dia untuk jalan bersama. Gayung bersambut. Sejak saat itu, kami berjalan bersama setiap hari. Bahkan ia saya ajak hingga ke luar kota.
Selama bersama teman istri saya tersebut, saya tidak pernah memikirkan istri dan anak saya. Semua pikiran dan fokus saya hanya kepada istri teman saya tersebut.
Hubungan terlarang kami ternyata tercium juga oleh suami dari teman istri saya tersebut. Dia pun mendatangi rumah saya, mencari untuk melukai saya. Namun, dengan bantuan sang istri, saya pun bisa terlepas dari bahaya tersebut.
Dalam pertemuan dengan teman istri saya tersebut di hari selanjutnya, saya pun mengutarakan diri untuk menyudahi hubungan. Namun, teman istri saya tersebut menolak. Ia menyatakan agar saya jangan meninggalkan dirinya. Dengan bercanda, ia pun berharap bisa memberikan keturunan kepadanya.
Mendengar seloroh teman istri saya tersebut, saya merasa ada sesuatu yang tidak beres. Saya menganggap teman istri saya tersebut selama ini jangan-jangan hanya mau mendapatkan keturunan darinya.
Namun, itu tidak saya ungkapkan ke teman istri saya. Tanpa sepengetahuan teman istri saya tersebut, saya pun memeriksakan kesehatan seksual saya ke dokter. Dari hasil lab, kesehatan seksual saya diketahui bermasalah.
Jujur, hati saya langsung hancur. Di dalam kondisi itu, saya pun berseru kepada Tuhan. Saya berkata, ‘Tuhan Yesus, tolong saya, tolong keluarga saya berantakan.’
Di dalam ruangan tersebut, saya mendengar Tuhan seperti ngomong begini, ‘Sampai hari ini, hanya Aku yang memperdulikan kamu. Memperhatikan kamu, dan Aku ini Tuhanmu. Kamu selama ini sudah berjalan menurut kehendakmu sendiri, tetapi sekarang ini lewat kejadian-kejadian ini, Aku menegur kamu,’.
Meski begitu, saya mulai dilanda putus asa. Saya berpikir teman istri saya tersebut pasti meninggalkan saya. Istri saya? Dengan apa yang saya lakukan, dia pasti tidak akan mau menerima saya. Namun, sebuah pesan singkat dari sang istri mengejutkan saya.
Begini bunyinya: “Suamiku, apapun yang kamu perbuat, aku sama Samuel tetap mengasihimu. Aku sama Samuel selalu ada buat kamu.”
Pesan itu menyayat hati saya. Dari situ saya tahu betapa menderitanya istri dan anak saya selama saya berjalan bersama dengan istri teman saya tersebut. Saya pun bergegas pulang ke rumah dari luar kota.
Sesampainya di rumah, saya langsung disambut oleh istri dan anak saya. Ajaibnya lagi, ketika saya menyampaikan hasil lab kesehatan saya, istri saya justru mendoakan dan memberikan kekuatan kepada saya. Dia pun mengutarakan isi hatinya agar saya meninggalkan teman istri saya tersebut. Saya pun mengiyakan permohonannya.
Melalui peristiwa ini, dengan jujur saya mengakui bahwa istri dan anak yang Tuhan hantarkan dalam hidup saya, itulah yang terbaik, terindah bagi kemuliaan nama-Nya.
Sejalan pengenalan saya akan Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat yang makin bertambah, saya sekarang lebih bisa mengasihi, mencintai, dan jujur kepada istri. Bukan itu saja, kini saya mengizinkan Tuhan Yesus bekerja di dalam kehidupan saya.
Bagi saya dan keluarga, Tuhan Yesus itu adalah segala-galanya.
Sumber : Ricky Djauhari
DOA Memulai Hubungan Pribadi dengan Tuhan Yesus Kristus:
Saya percaya bahwa Darah Yesus Kristus yang telah dicurahkan adalah untuk penebusan atas segala hutang dosa saya.
Saya percaya hanya melalui Tuhan Yesus saya beroleh pengampunan yang kekal.
Dan mulai saat ini juga, saya menerima Engkau sebagai Tuhan dan Juruselamat hidup saya pribadi.
Saya mengundang ROH KUDUS tinggal didalam hati saya untuk menuntun saya dalam setiap langkah dan pengenalan saya akan Engkau.
Saya berdoa Hanya di Dalam Nama Tuhan Yesus Kristus, AMIN.
https://www.jawaban.com