Kesaksian Willy Yang : Kucicipi Semua Kejahatan, Termasuk Jual Narkoba

Beragam kejahatan telah dilakoninya, mulai dari jambret sampai pengedar narkoba. Namun satu-satunya alasan mengapa seorang Willy Yang terjerembab ke dalam jurang kejahatan itu karena akar pahit terhadap sang ayah.

Willy Yang atau yang akrab disapa Mat Jempol ini adalah satu dari sekian banyak anak yang tidak mendapatkan kasih sayang dari seorang ayah. Rasa dendam itu mulai tumbuh sejak kecil karena perlakuan sang ayah yang begitu kejam terhadap istri dan anak-anaknya.

“Ketika saya masih kecil itu, saya sering kali melihat kekerasan-kekerasan yang dilakukan oleh papa saya terhadap mama saya. Itu membuat saya benci. Saya melihat mama saya digundul sama papa saya, itu membuat saya kepahitan,” terang Willy saat menceritakan kisah masa lalunya kepada tim Gang Senggol Show.

Suasana rumah yang tidak menyenangkan membuat Willy tidak betah. Dan mencari kesenangan di luar sana dengan pergaulan yang buruk. Sejak remaja, Willy bergabung dalam sebuah kelompok jambret yang kemudian dianggapnya sebagai keluarga.

“Mereka mengerti saya. Mereka turut bersimpati kepada saya. Kalau, misalnya, mungkin ada kejadian apa mereka lebih bersimpati daripada keluarga saya sendiri. Nggak ada beban bagi saya. Saya merasa diterima di komunitas ini. Saya ngerasa di situ keluarga saya,” jelasnya.

Setelah melakoni jambret dan mencuri, Willy kemudian ditawari sebagai pengedar narkoba. Dia semakin menikmati profesi ini dan mencicipi hasil yang lumayan besar. Sayangnya, kesenangan memang tak bertahan selamanya. Kejahatan pada suatu saat akan terbongkar juga. Begitu pula yang dialami Willy sebagai pengedar narkoba; mulai kedapatan transaksi sampai menjadi buronan polisi.

“Dari situ kehidupan saya mulai agak menurun. Pesenan sepi, itu agak menurun. Saya ngerasa memang benar pada waktu saya berkelimpahan, saya jualan narkoba, teman saya banyak. Bukan ada perasaan senneng. Bukan ada perasaan bahagia. Bukan ada perasaan sedih. Saya tidak merasakan apa-apa. Di dalam relung hati saya itu merasa kosong,” katanya.

Di saat-saat mengalami kehampaan itu, Willy mulai berpikir tentang apa arti hidup. Dia merasa tak ada sesuatu yang bisa dibanggakan dari hidupnya. Dia hidup namun serasa mati.

Pertolongan Tuhan tepat pada waktunya. Titik balik kehidupan Willy terjadi tiga bulan kemudian. Lewat seorang teman dekatnya Willy diajak untuk mengikuti sebuah acara. Awalnya Willy merasa terjebak di tengah kegiatan yang dia rasa seperti acara kerohanian. Di satu sesi, Willy dilayani oleh seorang hamba Tuhan. Ia lalu diajak berdoa.

“Ketika saat itu, saya ngerasa kog ada aliran yang membuat saya itu sejahtera. ‘Katanya kamu mau dipulihkan kog kamu ndak mengampuni?’ Akhirnya saya, meskipun nangis, mata saja meleleh air mata, muka saya juga sudah kena ingus semua, saya (katakana) ‘Ya Tuhan saya mau mengampuni’. Di situ saya melepaskan pengampunan, ada sesuatu rasa yang lega, plong. Nggak ada suatu ganjalan apapun. Pada waktu itu terlepas semua beban saya.”

Doa itu berkuasa menghadirkan pemulihan dalam hidup Willy Yang. Semua kekecewaan, akar pahit dan dendam terhadap sang ayah tak lagi menguasai hidupnya. Semua terlepas seketika dan Willy merasakan kemerdekaan sejati di dalam Tuhan. 

Sumber : Willy Yang

 

 

DOA Memulai Hubungan Pribadi dengan Tuhan Yesus Kristus:
Saya percaya bahwa Darah Yesus Kristus yang telah dicurahkan adalah untuk penebusan atas segala hutang dosa saya.
Saya percaya hanya melalui Tuhan Yesus saya beroleh pengampunan yang kekal.
Dan mulai saat ini juga, saya menerima Engkau sebagai Tuhan dan Juruselamat hidup saya pribadi.
Saya mengundang ROH KUDUS tinggal didalam hati saya untuk menuntun saya dalam setiap langkah dan pengenalan saya akan Engkau.
Saya berdoa Hanya di Dalam Nama Tuhan Yesus Kristus, AMIN.

 https://www.jawaban.com

Leave a Comment