Ketika Aku Minder Karena Usiaku

Oleh Revensyah Sihombing, Medan

Di usiaku yang telah menginjak 20 tahun, aku sangat mengucap syukur kepada Tuhan atas berkat dan kesempatan yang Dia berikan. Melalui tulisan ini, izinkan aku untuk membagikan sebuah cerita tentang rencana Tuhan yang indah dan tak terduga yang terjadi dalam hidupku.

Aku adalah anak ketiga dari delapan bersaudara. Antara aku dan saudara-saudaraku, terpaut jarak usia sekitar dua tahun. Dengan jumlah anggota keluarga yang banyak, bukan hal mudah untuk kedua orangtuaku membesarkan dan merawat kami semua. Ayahku bekerja sebagai kuli bangunan, sedangkan ibuku hanya seorang buruh tani di ladang milik orang lain.

Ketika usiaku sudah 6 tahun, orangtuaku tidak menyekolahkanku ke SD karena selagi mereka bekerja, aku harus menjaga adik-adikku. Begitu juga saat usiaku 7 tahun, bahkan sampai usiaku menginjak 8 tahun, aku baru masuk ke SD. Waktu itu belum terasa perbedaan antara usiaku dan teman-teman sekelasku. Aku merasa bahwa tidak ada masalah antara usiaku yang lebih tua daripada usia teman-temanku.

Namun, ketika aku masuk SMP, aku mulai merasakan perbedaan ini. Usiaku 15 tahun, sementara teman-teman sekelasku rata-rata baru berusia 12 atau 13 tahun. Karena usiaku yang paling tua di kelas, mereka memanggilku “kakak”. Aku sangat malu dengan panggilan ini. Apalagi ada beberapa dari mereka menjulukiku “kakak tua”. Aku benar-benar merasa tidak nyaman dan akhirnya menjadi seorang yang pendiam.

Julukan dan sindiran dari teman-teman tersebut membuatku malah jadi merasa marah dan benci kepada kedua orangtuaku. Aku menyalahkan mereka atas keadaan yang kualami. Seandainya saja dulu mereka menyekolahkanku sejak aku usia enam tahun, tentu keadaannya tidak akan begini. Dalam benakku, aku berpikir kalau orangtuaku sangat jahat dan tidak tahu apa yang kurasakan. Untuk mengekspresikan amarahku, aku sering melawan perintah mereka bahkan memaki mereka di dalam hatiku.

Keadaan ini terus berlangsung selama beberapa tahun. Saat di bangku SMA, aku tumbuh jadi seorang yang jauh lebih pendiam dan menutup diri dari teman-temanku. Aku tidak suka berkumpul dengan teman-teman layaknya para remaja pada umumnya. Aku juga tidak suka jika ada orang yang menanyaiku usia atau tanggal lahir. Dan, hal yang paling kubenci adalah hari ulang tahun. Aku berharap hari ulang tahun itu tidak ada supaya usiaku tidak bertambah. Rasa ketertolakan ini juga sempat membuatku berpikir untuk berhenti sekolah saja.

Namun, sebuah titik terang mulai terlihat. Suatu ketika, dalam pelajaran agama Kristen di sekolah, guru agamaku membagikan brosur tentang persekutuan Kristen. Walaupun saat itu aku sudah menjadi orang Kristen, aku tidak tertarik dan tidak mau ikut persekutuan itu. Tapi, karena teman sebangkuku mengajakku, akhirnya aku pun memutuskan untuk mencoba ikut.

Sekali, dua kali, dan seterusnya aku malah menikmati persekutuan ini dan mulai melayani. Teman-temanku di persekutuan menerimaku dengan baik. Mereka tidak mempermasalahkan usiaku, malah mengajari dan membimbingku supaya aku bisa memahami apa rencana Tuhan dalam hidupku. Di sinilah aku belajar untuk menerima diriku sendiri sebagai ciptaan Tuhan yang berharga.

Tuhan mengajariku bahwa sesungguhnya tidak ada yang harus disalahkan atas keadaanku karena semua yang terjadi ada dalam kendali-Nya, seperti firman-Nya yang berkata: “Sebab rancangan-Ku bukanlah rancanganmu, dan jalanmu bukanlah jalan-Ku, demikianlah firman Tuhan. Seperti tingginya langit dari bumi, demikianlah tingginya jalan-Ku dari jalanmu dan rancangan-Ku dari rancanganmu” (Yesaya 5:8-9).

Ketika aku sadar bahwa sesungguhnya Tuhan merancangkan sesuatu yang indah dalam hidupku, aku dimampukan-Nya untuk memaafkan kedua orangtuaku. Memang aku tidak meminta maaf secara langsung, tetapi aku mengubah sikapku kepada mereka. Dan, sekarang aku sangat mengasihi mereka. Aku sadar bahwa semuanya ini terjadi bukan karena kesalah mereka. Orangtuaku telah berusaha memberikan yang terbaik untukku. Perjuangan mereka untuk menghidupi aku dan saudara-saudaraku adalah perjuangan yang amat besar.

Jika dahulu aku merasa malu karena usiaku yang lebih tua, sekarang aku malah bersyukur. Usia yang lebih tua ternyata membuat teman-temanku suka curhat tentang berbagai masalahnya kepadaku. Mereka menganggap kalau cara berpikirku jauh lebih dewasa dari mereka. Aku benar-benar bersyukur karena meski pengalaman dan ilmuku tidak banyak, tetapi Tuhan memakaiku untuk membantu orang lain melalui masalah yang mereka hadapi.

Setelah lulus SMA, aku pun melanjutkan pendidikanku ke sebuah perguruan tinggi negeri. Betapa bersyukurnya aku karena aku menjadi orang pertama di keluargaku yang bisa mengenyam pendidikan hingga bangku kuliah.

Saat ini, aku tidak malu lagi jika ditanya tentang berapa usiaku ataupun tanggal lahirku karena aku tahu bahwa kasih Tuhan kepadaku tidak didasarkan atas berapa usiaku. Tuhan sangat mengasihiku. Tak hanya memulihkanku dari gambar diri yang rusak, Dia juga memulihkan keadaan keluargaku. Sekalipun Tuhan telah memanggil pulang ayahku sepuluh bulan lalu, sekarang kedua kakakku sudah bekerja untuk membantu memenuhi kebutuhan keluarga kami. Ibuku pun kini tak lagi bekerja sebagai buruh tani di ladang orang lain, melainkan bekerja di ladang miliki kami sendiri.

Inilah sepenggal ceritaku akan kebaikan dan rancangan Tuhan yang indah. Kiranya cerita ini boleh menjadi berkat bagi kamu yang membacanya.

“Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah” (Roma 8:28).

Sumber: warungsatekamu.org

Tidak ada seorangpun dalam hidup ini yang menyukai masalah. Tetapi masalah tidak bisa kita hindari. Saat ini kami mengajak kamu untuk coba merenungkan bagaimana cara kita bisa keluar dari masalah itu . Ternyata jawabannya cuma satu. Apapun masalahnya, jawabannya ada pada Injil.

Kenapa Injil? Injil itu adalah kasih Tuhan kepada manusia. Injil disini bukan dalam konteks agama tapi kasih Tuhan kepada manusia. Siapapun orangnya,dalam hati kecilnya percaya bahwa ada Tuhan yang menjadikan semuanya.

Untuk itu saat ini kalau kamu sedang menghadapi sesuatu dalam hidup percayalah dan datanglah kepada Injil itu yang adalah Yesus Kristus Tuhan.

Dalam dunia ini tidak ada siapapun kecuali Yesus Kristus Tuhan yang pernah berkata Akulah Jalan, Akulah Kebenaran dan Akulah hidup. Semua manusia hidup kalau tidak menemui jalan berarti dia ketemu jalan buntu.Jadi bagaimanapun keadaanmu saat ini, datanglah kepada Yesus.

Kalau kamu ingin mengenal siapa Yesus lebih lagi, silahkan chat dengan kami.
Silahkan Whatsapp ke:
Whatsapp: +62 889-1466-144

Untuk kalangan sendiri

Leave a Comment