Ketika Mukjizat Tuhan Datang Tepat pada Waktunya

By Christie Damayanti

 Zurich, 23 Juni 2014

Karena kami memang berencana hanya beristirahat saja sesampainya di Zurich, sebelum memulai 4 hari full berikutnya mengeksplore Swiss, aku pun beberes barang2 bawaan kami. Baju2 kotor disatukan dalam 1 koper, barang belanjaan juga dirapihkan. Termasuk uang Euro di bereskan, karena sering kalki kembalian belanjaan di selipkan ke tas saja, tanpa masuk ke dompet.

Dan ternyata, sebuah masalah cukup besar aku dapatkan …..

Ternyata aku salah perhitungan, benar2 salah! Kupikir, dengan membawa uang cash cukup banyak dalam Euro yang aku tukarkan di Jakarta, aku bisa ‘menghemat’ belanja lewat kartu kredit. Ya, semula aku tidak mau berbelanja dengan kartu kredit untuk menghindari hutang bertumpuk serta perhitungan kurs ke Rupiah jika aku harus bayar hutangku. Perhitunganku, bisa untuk belanja souvenir.

Masalahnya adalah, aku dengan seenaknya, membayar tour2 cukup banyak di Belanda kemarin, memakai Euro cash! Seakan2 aku punya cash banyak sekali, sehingga tidak memperhitungkannya ….. Padahal tour ke Volendam, Rotterdam, Delft, Madurodam bahkan ke luar negeri di Brussels ( Belgia ), untuk kami bertiga menghabiskan dana ratusan Euro, cash. Sehingga, cash Euro ku menipis …..

Aku mulai sadar, ketika kami belanja souvenir di Brussels. Dennis dan Michelle ingin membwli kaos2 serta sweater Belgia. Ketika aku mau membayar cash, aku sadar bahwa Euro cash ku sudah mulai menipis, sehingga aku memakai kartu kreditku. Dan ternyata juga, ternyata alat otorisasi kartu kredit di Eropa sudah memakai sistim dengan “pin transaksi”. Yang membuat aku terbengong2, karena dari beberapa bank yang mengeluarkan kartu kreditku belum memginformasikan demikian!

Akhirnya, aku tetap membayar cash. Tetapi mulai berpikir bahwa cash ku menipis, padahal waktu itu baru beberapa hari wisata. Jadi aku harus memakai kartu kredit.

Ketika aku menghitung cash Euro ku, ternyata aku hanya mempunyai 500 Euro plus beberapa uang kecil! Astaga! Aku semakin berdebar, ketika kita di Brussels waktu itu, tidak ada toko yang menerima kartu kredit TANPA memakai pin transaksi! Tidak mau hanya tanda tangan, walau menyertakan identitas lewat passport! Mereka menerima karu kredit ku jika aku bisa memencet pin di mesin mereka ( seperti mesin debit atm ).

Masalahnya lagi, kartu kreditku memang baru di upgrade lebih tinggi dengan back up lebih banyak. Dan aku belum menerima “pin withdrawl” untuk ambil uang cash di negara manapun. Padahal aku memang meng-up grade kartu kreditku sesaat sebelum berlibur ini. Sebuah kartu platinum untuk kebutuhan kami yang semakin meningkat. Bukan hanya untuk berlibur saja, tetapi juga berhubungan dengan hidup kami selanjutnya.

Cukup lama aku termangu melihat lembaran2 Euro kami. Berpikir keras, bagaimana mengatasinya. Karena ketika aku menelpon semua bank yang mengeluarkan kartu kreditku, mereka mengatakan bahwa “pin transaksi” di Indonesia, baru bisa dipakai secara resmi tanggal 1 Januari 2015! Dan tidak ada pengecualian, termasuk untukku, walau aku terancam kehabisan uang di Eropa, tanpa bisa aku meminta bantuan kepada siapapun!

Tidak ada yang mengingatkan ini kepadaku, menurutku seharusnya bank yang mengeluarkan kartu kredit men-sosiaisasikan kepada nasabahnya, apalagi jika nasabahnya memang berencana untuk memakai kartu kredit lebih dari yang biasanya. Apalagi, aku sudah meminta up grade dan kenaikan limit pinjaman untuk liburan ini …..

Bayangkan! Aku hanya sendiri di Eropa, tanpa keluarga. Mama ku sendiri sedang di Amerika, ke rumah adikku disana. Tidak ada yang bisa membantuku, misalnya mengirim uang untuk pinjamanku. Jika hanya beberapa Euro, mungkin aku bisa mengusahakannya. Tetapi jika 2 minggu lebih masih harus kami lalui di Eropa, bayangkan, berapa ribu Euro yang harus aku cari untuk menutupinya?

Ditambah lagi, jika pun ada seseorang bisa meminjamkan uang sebenyak itu, harus dikirim lewat mana? Jika aku menetap, bisa diusahakan lewat jasa pengiriman uang. Jika tidak? Merekapun tidak bisa menerimanya. Pun jasa pengiriman uang itu, jauh dari Zurich, yang norebene aku harus naik taxi, dengan dana yang minim, karena cash ku semakin menipis ( jika semuanya gagal ).

Mitra kerja papa almarhum, sebenarnya susah mengiyakan untuk meminjamkan kami uang, tetapi dia bingung untuk mengirimkan kemana. Valentino pun mencari akal untuk membantuku. Alhasil, seharian dengan menelpon kesana kemari, aku menghabiskan pulsa sekitar 9 juta ( Zurih – Jakarta saja ), yang seharusnya tidak ada dalam pengeluaran bulananku! Beruntung, aku memakai kartu pasca-bayar untuk telp ku dan dibayar bulanan lewat kartu kreditku.

Aku sangat gamang dengan keadaan ini. Kami, berada di Eropa, kehabisan dana tanpa ( mungkin ) bisa memakai kartu kredit. Dengan 500 Euro, bagaimana kami harus hidup? Untuk makan saja, bertiga bukan makanan mahal, sekali makan adalah 50 Euro. Gamang. Anak2 tidak mungkin membantu dan tidak ada yang bisa melindungiku ( kami ) …..

Rencana kami ( khususnya aku ) beristirahat, justru aku menjadi stres dan tidak tahu harus berbuat apa. Anak2 hanya bisa prihatin, dan mereka terluhat mulai sedih. Kasihan mereka dan mereka tidak bisa membantu apa2.

So? What?

Sesaat aku melihat wajah anak2ku yang ikut prihatin, tiba2 pacaran Roh Kudus bersinar dari hatiku …..

Tiba2 aku yakin, bahwa ini adalah kehendak Tuhan. Seketika itu pun, aku mendadak ceria. Aku yakin, Tuhan berada di pihakku! Bagaimana cara mengatasinya? A u ah gelap! Santai saja!

Aku memanggil anak2ku, mendekat padaku. Aku memeluk mereka sambil ku katakan pada mereke keadaan kami. Aku harus mengirit pengeluaran, walau untuk mengirit pun, cash kami tidak cukup. Aku hanya menyakinkan, bahwa kami akan baik2 saja. Tuhan akan menjaga kami. Jangan takut ….

Sehingga malam itu, kami keluar hotel untuk mencari makan malam. Ada foodcourt fasilitas perkantoran disekitar hotel kami. Kami berjalan kesana. Melihat2, mau makan apa. Aku bersiap untuk sebuah ‘pembayaran’. Aku bertanya pada kasir, apakah boleh memakai kartu kredit tanpa “pin transaksi?”. Beberapa cafe mengatakan tidak bisa. Tetapi ada sebuah cafe, yang bisa memakai kartu kredit TANPA “pin transaksi”. Puji Tuhan!

Sekali lagi, aku memastikan untuk bisa membayar, dan kasir itu tersenyum dan memastikan AKU BISA MEMBAYAR! Jadi, anak2 senang, apalagi cafe itu menyediakan makanan2 kesukaan anak2. Kentang goreng, sosis, sandwich, pastry, kue2 dan cake, pizza, dan sebagainya. Puji Tuhan! Setidaknya, kami tidak kelaparan di Zurich dan bisa mengirit untuk sesuatu yang memang harus membayar cash!

Puas dengan mukjizat nya, bantuan Tuhan tepat pada waktunya! Ketika di Brussels, tidak ada yang menerika kertu kredit tanpa “pin transaksi”, di Zurich masih ada yang menerimanya. Ini memang hanya untuk makan. Masalah masih terbentang luas. Waktu berlibur masih lebih dari 2 minggu lagi sebelum pulang ke Indonesia. Belum harus bayar taxi, tour, dan yang lainnya. Apakah mereka juga mau menerima kartu kredit tanpa “pin transaksi?” …

Aku tidak tahu! Dan aku belum mau memikirkannya! Karena aku sangat yakin, bahwa Tuhan akan selalu mengiringi dan membantuku. Semuanya pasti tepat pada waktunya! Aku hanya terus berusaha sambil berdoa untuk Tuhan terus menerangi jalan kami. Percaya dan berserah untuk mukjizat Tuhan.

 

 

Mari menjadi Garam & Terang dunia melalui kesaksian hidup kita yang memberkati.

DOA Memulai Hubungan Pribadi dengan Tuhan Yesus Kristus:

Saya percaya bahwa Darah Yesus Kristus yang telah dicurahkan adalah untuk penebusan atas segala hutang dosa saya.
Saya percaya hanya melalui Tuhan Yesus saya beroleh pengampunan yang kekal.
Dan mulai saat ini juga, saya menerima Engkau sebagai Tuhan dan Juruselamat hidup saya pribadi.
Saya mengundang ROH KUDUS tinggal didalam hati saya untuk menuntun saya dalam setiap langkah dan pengenalan saya akan Engkau.
Saya berdoa Hanya di Dalam Nama Tuhan Yesus Kristus, AMIN. 

Sumber: www.kompasiana.com

Web Kesaksian : www.kesaksian.org
Untuk kalangan sendiri

Leave a Comment