Kuasa Kasih (The Power of Love)

Kami masuk ke kamar. Dan saya bertanya apakah saya bisa membaca.

Nichols bertanya, “Apa yang Anda mau baca?”

“Saya punya sebuah buku.” Saya mengambil Alkitab dan sebuah buku yang berjudul Hidup yang Digerakkan Tujuan (The Purpose Driven Life).

Saya langsung membuka bab yang akan saya baca pada hari itu. Bab 33. Saya mulai membaca dari paragraf pertama. Setelah saya membacanya, ia berkata, “Berhenti, bisakah Anda mengulanginya?”

Saya berkata, “Yah, saya akan baca ulang.”

Jadi saya membaca ulang bagi dia.

Bab itu menyebut tentang apakah tujuan Anda di dalam hidup ini. Siapa Anda – talenta apa yang telah Tuhan berikan kepada Anda? Karunia apa yang telah Ia berikan kepada Anda?

Dan saya bertanya kepadanya tentang pendapatnya. Nichols mulai membuka hatinya dan menceritakan tentang kehidupannya.

Orang yang memandang pada skenario ini tidak akan menyangka bahwa Brian Nichols adalah buronan yang baru pagi tadi menembak mati empat orang – seorang hakim yang akan mengadilinya, seorang reporter kantor pengadilan, seorang polisi dan seorang agen FBI. Saat mereka sedang bercakap-cakap tentang tujuan hidup dan Tuhan, di sebuah apartmen mungil di pinggir kota, seluruh aparat keamanan kota Atlanta sedang berada dalam keadaan siaga 1. Jalan-jalan utama diblokir, dan setiap jalur keluar dari kota Atlanta dijaga ketat oleh aparat keamanan. Buronan yang sedang dikejar itu dianggap sangat merbahaya karena memegang senjata api dan siap menembak siapa saja. Stasiun televisi dan media secara terus menerus menyiarkan secara langsung setiap perkembangan dalam pengejaran Brian Nichols. Seluruh kota dicengkam rasa takut. Sekolahan ditutup dan anak-anak dipulangkan di bawah pengawasan guru yang ketat. Gedung-gedung kantor dikunci dan dikawal. Orang banyak menghindari tempat parkiran karena takut pada resiko disandera. Sama sekali tidak ada orang yang menyangka bahwa buronan yang kejam itu sedang dengan santai berbincang-bincang dengan Ashley Smith, seorang janda beranak satu yang disanderanya pada jam 2.30 pagi di parkiran apartmennya.

Bagaimana dan mengapa Nichols membuka hatinya dan berubah dari seorang pembunuh yang sadis menjadi seorang pria yang dengan lugu mendengarkan Ashley berbicara tentang tujuan hidup dan tentang Tuhan?

Ashley menjelaskan bahwa ia mau mendapatkan kepercayaan Nichols dan mereka ngobrol selama berjam-jam. Ashley menceritakan tentang masa lalunya yang kelam. Waktu muda ia pernah mencuri dan harus menjalani hukuman. Setelah itu hidupnya menjadi tidak karu-karuan, pernah ditangkap karena menyetir dalam keadaan mabuk, melewati batas kecepatan dan lain-lain. Ia juga berbicara tentang kehidupan rumah tangganya dan bahwa suaminya dibunuh dalam sebuah pertengkaran di tempat parkiran mobil. Dan sekarang ia harus bekerja siang dan malam, di dua tempat yang berbeda untuk menghidupi anaknya, Paige.  Sejak suaminya dibunuh, Ashley mulai sering memakai obat-obatan terlarang. Dalam percakapan mereka Nichols sempat meminta marijuana dan Ashley berkata di rumahnya memang ada sisa shabu-shabu. Tetapi Ashley sendiri menolak untuk turut menkonsuminya. Sejak mulai bersungguh-sungguh dengan Tuhan, ia sedang dalam proses menanggalkan kecanduannya. Selain dari membagikan masa lalu dan berbicara kepada Nichols seperti seorang sahabat, Ashley juga menyiapkan sarapan pagi bagi penyanderanya. Sesuatu terjadi di dalam hati Nichols. Lewat pelayanan Ashley yang bersahaja dan kepeduliannya yang tulus, hati Nichols yang penuh kebencian dan kepahitan mulai cair.

Ashley membantu Nichols mempercayai pada sesuatu yang melampaui situasinya pada waktu itu. “Setelah saya mulai membaca, ia melihat – saya kira ia melihat iman saya dan apa yang saya percayai. Dan saya memberitahunya saya adalah anak Tuhan dan bahwa saya mau melakukan kehendak Tuhan. Saya kira ia juga mau melakukannya.”

Saat kami sarapan bersama, “Saya berbicara lagi…pada dasarnya kami berbicara tentang Tuhan..apa tujuan hidupnya dan mengapa ia dapat lolos dan lari ke rumah saya.”

 Saat Ashley berbicara, sebuah pemahaman yang baru mulai terbit di dalam hati Nichols. “Ia berkata bahwa saya adalah malaikat yang diutus Tuhan,” kata Ashley. “Dan saya adalah saudaranya dan ia adalah saudara saya di dalam Kristus. Ia berkata selama ini ia hilang dan Tuhan telah menuntunnya kepada saya untuk memberitahunya bahwa ia telah banyak melukai orang. Dan karena saya pernah dilukai, utamanya saat suami saya ditikam dan mati di dalam pelukan saya. Tuhan memakai saya untuk memberitahunya apa rasanya menjadi korban kejahatan, dan ia mulai dapat merasakan apa yang dialami oleh keluarga korban yang telah dibunuhnya kemarin.”

Suami Ashley telah dibunuh empat tahun yang lalu, arsip pembunuhan kasus itu masih belum tuntas ditangani pihak kepolisian. Ashley bahkan sempat menunjukkan laporan autopsi suaminya. Ia memberitahu Nichols, “Itulah apa yang harus dilewati oleh banyak orang disebabkan oleh apa yang telah Anda lakukan. Anda harus menyerah diri. Tidak ada orang lain yang perlu mati, dan jika Anda tidak menyerah diri, Anda yang akan mati.”

Saya bertanya, “Apakah Anda percaya pada mukjizat? Anda di sini untuk suatu tujuan. Anda berada di apartmen saya untuk suatu tujuan. Anda berhasil lolos dari gedung pengadilan padahal tempat itu dikerumun polisi, bukankah itu suatu mukjizat?”

Saya juga berkata, “Anda tahu, tujuan hidup Anda mungkin adalah Anda harus ditangkap karena ini. Anda perlu ke penjara dan perlu membagikan firman Tuhan dengan mereka di sana, dengan para nara pidana yang ada di penjara.”

Pada akhirnya, setelah menyandera Ashley selama 7 jam, Nichols mengizinkan Ashley meninggalkan rumah untuk menjemput anaknya dari kegiatan di gereja. Walaupun mereka tidak membicarakannya, tetapi Nichols tahu bahwa Ashley akan menelepon polisi. Pasukan SWAT, agen FBI dan para polisi setempat langsung mengerumuni apartmen itu. Tetapi sebelum komplek apartmen itu dikerumuni senjata api dan peluru, Ashley telah meleraikan situasi dengan kasih. Sambil melambaikan handuk putih, Nichols menyerahkan diri.

Dan semuanya ini terjadi di depan kamera televisi yang disiarkan secara langsung ke setiap rumah di Amerika. Tidak ada orang yang menyangka bahwa penangkapan buronan sadis ini akan terjadi tanpa pertumpahan darah. Pada tanggal 14 Maret 2005, dua minggu sebelum hari Paskah, setiap media, dari CNN ke koran di kota kecil mulai menceritakan di halaman depan tentang bagaimana Ashley Smith lewat imannya pada Tuhan dan buku Hidup yang digerakkan Tujuan berhasil melakukan apa yang mungkin saja tidak dapat dilakukan oleh seorang perunding sandera (hostage negotiator) yang berpengalaman.

Saat diwawancarai, Ashley Smith berkata, “Sepanjang waktu saya bersama Nichols, saya terus mengandalkan iman saya pada Tuhan. Tuhan telah membantu saya melewati waktu-waktu sulit sebelumnya, dan saya tahu Dia akan bantu saya sekarang.”

Rick Warren, penulis buku Hidup yang digerakkan Tujuan saat diwawancara oleh Larry King di CNN, berkata, “Hal ini terjadi karena Ashley mengerti apa itu kasih karunia. Hidupnya sendiri penuh dengan permasalahan berat dan ia telah melakukan banyak kesalahan di masa lalunya. Dan karena ia sendiri telah mengalami kasih karunia dan pengampunan dari Tuhan, maka ia lebih mudah dapat mengampuni orang lain. Ia lebih mudah berbelas kasih. Pada dasarnya apa yang Ashley lakukan adalah menunjukkan kasih kepada Nichols, dan ia meresponi kasihnya itu.”

Di awal percakapan mereka Ashley berkata bahwa ia mau melakukan kehendak Tuhan, dan ia telah dengan baik menerapkannya, ia telah mengasihi musuhnya. Ia berbuat baik kepada orang yang mau berbuat jahat dan menganiayanya. Itulah kehendak Tuhan bagi kita juga, “Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi orang yang menganiayamu.” (Matius 5:44)

 

 

 

DOA Memulai Hubungan Pribadi dengan Tuhan Yesus Kristus:
Saya percaya bahwa Darah Yesus Kristus yang telah dicurahkan adalah untuk penebusan atas segala hutang dosa saya.
Saya percaya hanya melalui Tuhan Yesus saya beroleh pengampunan yang kekal.
Dan mulai saat ini juga, saya menerima Engkau sebagai Tuhan dan Juruselamat hidup saya pribadi.
Saya mengundang ROH KUDUS tinggal didalam hati saya untuk menuntun saya dalam setiap langkah dan pengenalan saya akan Engkau.
Saya berdoa Hanya di Dalam Nama Tuhan Yesus Kristus, AMIN.

Sumber: cahayapengharapan.org

Leave a Comment