MAAF BAGI MASA SILAM

Aku pikir hal yang terburuk yang dapat menimpa seorang wanita adalah menjadi korban perkosaan. Kekejaman, pemukulan, kontak secara seksual, penganiayaan itu telah membunuh saya. Badan saya rasanya telah hilang tapi nyatanya tidak. Dan sulit sekali untuk terus hidup dan tidak ada satu orangpun yang menolong.

Inilah kisah seorang wanita bernama Reesee yang menjadi korban perkosaan dibawah todongan pistol. Seperti layaknya semua perempuan yang menjadi korban perkosaan, hidup Reesee benar-benar telah hancur. Kejahatan dan penyerangan itu terjadi ketika Reesee yang berusia 27 tahun dan dua temannya yang masih remaja sedang berbelanja. Seorang pria yang tampan dan kawannya mengajak Reesee dan temannya untuk bertemu di taman kota untuk ngobrol.

Saat aku berada di taman aku sempat bersikeras bahwa tidak ada seorangpun dari kami yang akan turun dari mobil. Selanjutnya yang aku ingat adalah laki-laki ini mengajak aku turun dari mobil dan ikut dengannya. Saat itu aku sempat menolaknya. Dia terus membujukku agar mengatakan “ya’, tapi aku tetap mengatakan “tidak’.

Laki-laki itu menunjukkan pistolnya dan mencoba untuk menembak Reesee dan kedua temannya jika Reesee menolak ikut dengannya.

Sementara itu dua teman gadisku yang lain dan pria yang lainnya yang bersama pria yang lain justru sedang tertawa-tawa. Mereka seperti tidak tahu apa yang terjadi denganku. Saat aku bersama dengan pria itu, kedua temanku mengatakan agar aku pergi saja dengannya. Kedua temanku malah mengatakan bahwa pria yang bersamaku itu cakap dan berwajah ganteng dan mereka menyuruhku pergi bersamanya. Kedua temanku katakan bahwa mereka akan baik-baik saja.

Kedua teman Reesee tidak menduga bahwa Reesee mengikuti kedua pria ini akibat paksaan. Pria itu memaksa Reesee masuk ke mobilnya dan kemudian memperkosanya di dalam mobil dengan todongan pistol.

Pria itu mengeluarkan pistolnya tepat di depan wajahku. Dia mengatakan jika aku berteriak maka dia akan membunuhku. Dia katakan dia tidak peduli dengan kami, lalu dia katakan akan kembali untuk melihat gadis-gadis yang lain karena nasib mereka ada di tanganku. Lalu dia mengeluarkan pistolnya lagi dan dia katakan jika aku bergerak sekali saja maka dia akan mengeluarkan isi kepalaku.

Sangat sulit membicarakn hal ini. Aku tidak dapat hanya merebahkan badanku, aku tidak dapat. Saat aku bergerak dia langsung mengambil pistolnya dan memukulku dan membuatku roboh. Ketika aku tersadar, pria pemerkosa itu sedang beraksi. Aku tidak dapat berbuat apa-apa dan itu sangat menakutkan. Dan saat semuanya telah selesai, pria ini melihat kepadaku dan dia pergi. Dia mengatakan terimakasih karena telah bersenang-senang. Dia juga katakan bahwa ini bukanlah yang pertama dan yang terakhir. Saat itu aku mengusirnya karena dia membuatku merasa jijik.

Luka Reesee secara emosional baru saja dimulai.
Aku merusak barang bukti dan aku langsung mandi. Aku bakar bajuku. Aku merasa sangat kotor. Beberapa hari kemudian aku baru pergi kepada seseorang untuk minta bantuan. Aku tidak bisa mengatakan kepada keluargaku apa yang telah menimpaku. Ayahku sedang menderita akibat menderita serangan jantung kira-kira 6 bulan sebelum serangan kepadaku terjadi. Kami bolak balik dari satu operasi ke operasi yang lain sehingga waktu itu keluargaku cukup stress menghadapi keadaan ayahku. Aku tidak mau bercerita kepada mereka apa yang menimpaku. Aku tidak dapat menambahi dengan berita buruk tentang diriku.

Hanya orang lain yang bisa Reesee hubungi.
Aku menelpon pusat layanan krisis dan mengatakan kepada mereka semua kejadian yang telah menimpaku. Wanita disana menanyakan apakah ada orang yang melihat kejadian itu. Aku menjawab tentu saja tidak ada. Lalu dia katakan bahwa mereka bisa saja menangkap pelakunya, tapi itu mungkin akan dijadikan bahan untuk menjatuhkan balik diriku.

Tanpa ada bukti-bukti, Reesee tidak dapat menuntut si pelaku. Namun pemerkosa ini juga tidak pernah meninggalkan Reesee seorang diri.

Segera setelah kejadian itu, pelaku mulai mengikutiku dan selalu berada dimana aku berada. Aku pulang ke rumah dan menemukan kartu-kartu, kartu Natal, Tahun Baru, Valentine, Santo Patrick, Paskah yang diselipkan di pintu rumah. Ada juga telepon, pesan-pesan, terkadang saat aku keluar dari rumah, aku menemukan pesan-pesan itu di dalam mobil.

Karena depresi yang berat, Reesee mencoba untuk bunuh diri.
Aku mulai makan yang banyak, berat badanku naik sampai 400 pounds. Aku juga mulai merokok, padahal aku tidak pernah merokok sebelumnya. Aku merokok sampai 3 bungkus perhari. Aku sadar bahwa aku benar-benar mencoba untuk membunuh hal-hal yang paling menyakitkanku, dan itu adalah diriku sendiri.

Suatu hari Reesee memutuskan untuk bunuh diri. Dia duduk dengan tangan penuh obat penghilang rasa sakit. Namun saat itu pria di televisi mencuri perhatiannya.

Tiba-tiba saja Pat Robertson muncul di layar televisi, tidak tahu bagaimana awalnya. Sepertinya secara langsung dia berbicara padaku. Wajahnya sangat serius dan dia bilang untuk jangan memakan obat-obatan itu karena ada Tuhan Yesus yang mengasihiku. Pat mengatakan bahwa dia tahu jika aku berpikir Tuhan itu tidak peduli. Pat tahu jika aku berpikir Tuhan itu begitu jauh, tapi tidaklah seperti itu. Pat menambahkan jika aku menambahkan rasa sakit ke badanku maka Tuhanlah yang merasakannya. Pat mengatakan bahwa Yesus mencintaiku, karenanya aku diminta meletakkan obat-obatan itu. Pat mengatakan bahwa bunuh diri bukanlah jalan keluar masalahku. Dan hal itu sungguh menyentuh hatiku…. Sangat menyentuh. Aku meletakkan obat-obatan itu dan untuk pertama kalinya setelah dua tahun aku berbicara dengan Tuhan lagi. Dan aku tidak ingin kehilangan Tuhan lagi.

Hidup Reesee tidak akan pernah sama lagi, tetapi kisahnya tidak berlalu begitu saja. Pelakunya tidak pernah menghadap pengadilan. Dan setelah beberapa kali berpindah-pindah akhirnya Reesee tidak pernah dikuntit lagi. Namun Reesee harus berhati-hati untuk memberikan alamatnya. Reesee memiliki beberapa nasehat yang penting bagi mereka yang menjadi korban perkosaan. Pertama ialah untuk pergi ke rumah sakit terdekat bila menjadi korban perkosaan karena bukti akan selalu diperlukan. Itulah kesalahan pertama yang Reesee tidak lakukan, dia malah menghancurkan barang-barang bukti.

Reesee berasal dari keluarga Kristen yang kuat, dia memiliki orang tua yang berdedikasi dan dua saudara perempuan yang mendukungnya. Reesee sangat berterima kasih kepada Tuhan karena memiliki mereka dan juga kepada tayangan di 700 clubs.

Bila aku harus mengatakan apa yang paling berarti bagiku, itu adalah kebebasan untuk mencintai kembali, untuk percaya kembali. Aku merasa yakin dan tahu bahwa kita tidak berada di dunia yang serba gampang, banyak benturan dan goncangan yang dihadapi. Tapi ingatlah bahwa ada seseorang yang akan merasakan benturan itu bersama kita. Memang itu tidak gampang, tetapi jika kita bertahan maka Tuhan pasti akan menolong.

Sebab beginilah firman Yang Mahatinggi dan Yang Mahamulia, yang bersemayam untuk selamanya dan Yang Mahakudus nama-Nya: “Aku bersemayam di tempat tinggi dan di tempat kudus tetapi juga bersama-sama orang yang remuk dan rendah hati, untuk menghidupkan semangat orang-orang yang rendah hati dan untuk menghidupkan hati orang-orang yang remuk. (Yesaya 57:15)

Sumber Kesaksian:
Reesee (jawaban.com)

Leave a Comment