Melayani Tuhan di Masa Muda

Anak yang tidak diharapkan

Setiap pasangan pasti mempersiapkan diri untuk menanti kelahiran buah hati. Bahkan beberapa di antaranya membuat syukuran dan membeli perlengkapan untuk calon anggota keluarga. Tapi bagaimana dengan kelahiran yang tidak diharapkan?

Saya Yoice Aquarista Micibaroe (26) perempuan asal Papua. Ibu saya hamil ketika ia duduk di bangku SMA kelas 3 dan saat itu juga sedang mempersiapkan diri untuk ujian nasional. Ibu menikah dengan ayah saya yang seorang tentara di Sorong. Pernikahan itu tidak berlangsung lama, karena kekerasan terjadi terhadap ibu saya bahkan saya, ketika saya berumur 4 tahun menyaksikan ibu saya mendapat pukulan dari ayah saya di ruang tamu. Ayah saya bukan seorangGodly Man, tidak ada damai sejahtera dan sukacita yang kami dapatkan dalam rumah, hanya luka batin setiap hari, sehingga ibu saya memutuskan untuk meninggalkan saya bersama nenek dan kakek saya dan ibu pergi ke kota lain. nenek dan kakek saya adalah orang tua yang membesarkan saya dengan penuh kasih, bahkan saya memanggil mereka dengan sebutan papa dan mama.

Ayah dan ibu saya bukan orang yang takut akan Tuhan, kejatuhan mereka membuat mereka kehilangan masa depan. Ayah saya dipecat dari kesatuan sehingga ia tidak menjadi tentara lagi. Ibu saya mencari pria lain lagi, dan akhirnya saya memiliki 2 orang adik yang berbeda ayah.

Anak yang Paling Bodoh di Kelas

Nenek dan kakek saya memfasilitasi saya untuk masuk sekolah dasar (SD). Saya senang bersekolah karena banyak teman, meskipun mereka berbeda dengan saya. Mereka punya orang tua yang lengkap dan prestasi mereka juga bagus di kelas. Saya beberapa kali dimarahi dan dipukuli guru karena nilai saya selalu jelek bahkan saya juga sering bolos sekolah. Kehidupan saya semakin sulit juga ketika kakek saya meninggal. Kakek adalah tulang punggung keluarga dan segala urusan keuangan, ia yang membantu. Terganggunya finansial keluarga juga saya rasakan ketika berada di sekolah dasar, kadang saya ke sekolah jalan kaki dan kadang tidak jajan. Saya bisa pakai kendaraan seperti ojek kalau ongkos lebih.

Terpilih menjadi Perwakilan Olimpiade Sains Tingkat SD Papua Barat

Pada November 2004, saya masih kelas 5 SD, salah seorang guru saya datang ke kelas saya dan beliau meminta saya untuk ke ruang kepala sekolah. Waktu itu saya takut, karena saya tahu kalau saya pernah dipukuli guru karena tidak pandai. Tapi saya ikut katanya untuk ke ruang kepala sekolah. Ketika di ruang kepala sekolah, ibu kepala sekolah memberi tahu bahwa ada surat undangan dari Dinas Pendidikan tentang kompetisi matematika dan sains untuk siswa-siswa asli Papua se-kota Sorong. Ia memilih saya dan seorang murid laki-laki untuk mengikuti kompetisi itu minggu depan.

Hari ketika kompetisi dimulai, saya dan nenek berdoa di rumah tapi kami tidak berharap akan menang dalam kompetisi ini, nenek juga tahu kemampuan saya biasa saja, nenek hanya berdoa agar saya mampu melewati kompetisi ini.

Kompetisi dimulai 2 jam, saat itu semua peserta dari beberapa sekolah yang dipilih diminta mengerjakan soal-soal yang diberikan panitia. Setelah mengerjakan kami diberi waktu istirahat 30 menit, sambil menunggu panitia memeriksa lembar jawaban kami. Saat itu salah seorang panitia dari Jakarta memanggil kami masuk ke ruangan kemudian beliau memberi tahu bahwa hanya satu anak SD saja yang terpilih untuk dibawa ke Jakarta. Ia mengeluarkan lembar kertas nama itu dan membacakan nama saya. Ketika itu saya berpikir ini ada kesalahan sepertinya, namun ia memanggil saya ke depan dan menunjukan skor nilai saya.

Saya pulang ke rumah dengan penuh sukacita dan memberi tahu nenek tentang hasil kompetisi. Beliau menangis dan mengajak saya ke kamar untuk berdoa berterima kasih kepada Tuhan.

Bimbingan Olimpiade dan Mengenal Tuhan Lewat Saat Teduh

Ketika saya ke Jakarta, saya juga bertemu dengan beberapa teman dari daerah lain seperti Nabire, Serui, Timika, Wamena, dan Biak. Mereka adalah peserta terpilih dari daerahnya masing-masing. Kami dibimbing oleh tim Olimpiade Prof. Yohanes Surya. Setiap pagi sebelum belajar kami selalu memulainya dengan memuji Tuhan dan baca Alkitab. Saya mengenal Tuhan dan membangun relasi dengan-Nya ketika dalam wadah bimbingan olimpiade, tidak hanya akademik yang saya belajar tapi pengenalan akan Tuhan. Selama bimbingan kami juga menggunakan sistem eliminasi dan beberapa teman saya harus pulang ke daerahnya karena skor nilai yang diperoleh tidak sesuai standar. Tuhan semakin menyertai saya meskipun banyak materi yang sulit saya cermati namum dengan bantuan pembimbing yang pandai dan sabar saya bisa memahami semua materi dengan baik.

Peserta Olimpiade Nasional

Setelah mengikuti bimbingan 1 tahun di Jakarta pada tahun 2005 bulan september saya dan beberapa teman yang tidak tereliminasi diberi kesempatan untuk mengikuti kompetisi olimpiade nasional dan disana pesertanya berasal dari semua propvinsi di Indonesia. Itu pengalaman yang indah dan menjadi kesaksian hidup bagi saya dan keluarga.

 

Melayani Tuhan di Masa Muda

Ketika selesai kompetisi saya kembali ke Sorong dan melanjutkan sekolah. Ketika masuk SMP nilai akademik saya semakin bagus dan saya dipilih masuk ke OSIS dan bergabung dalam komunitas agama Kristen. Setelah lulus  SMP dan masuk SMA saya juga terlibat dalam OSIS dan dipilih sebagai koordinator Kristen Protestan. Bahkan setelah lulus SMA dan masuk ke perguruan tinggi di semester akhir saya menerima panggilan Tuhan menjadi guru sekolah minggu di salah satu gereja. Awal saya masuk disambut sukacita dari teman-teman guru sekolah minggu. Saya berpikir bahwa masa muda saya adalah masa untuk saya mempersiapkan fondasi gereja melalui anak-anak sekolah minggu. YAM

 

 

 

 

 

Sumber: ebahana.com

Jika Anda ingin membagikan kisah hidup Anda silahkan Whatsapp ke:
Whatsapp: +62 889-1466-144

Tuhan Yesus Memberkati
Untuk kalangan sendiri

Leave a Comment