Mendengar Suara-Nya Dan Memenuhi Panggilan Tuhan

Kesaksian hidup seseorang tentang bagaimana Tuhan memanggil seseorang untuk melayani-Nya tentunya bisa membawa dampak tersendiri bagi setiap yang  mendengarnya. Salah satunya adalah kesaksian hidup dari Pdt. Tirianus Malyo S.th, seorang hamba Tuhan yang mendengarkan dan memilih untuk merespon panggilan Tuhan. Sebuah suara dan panggilan yang tidak pernah dibayangkan sebelumnya oleh dia sendiri, Pdt. Tirianus mendapatkan sebuah panggilan yang tidak terduga yaitu untuk melayani di Wamena, Kabupaten Jayawijaya, Papua.

Setiap kita umat Tuhan yang telah percaya dan mempunyai kerinduan untuk melayani sesama, jika Tuhan memanggil kita untuk melayani sesama pasti akan merasa sangat bersyukur dan sudah pasti akan memberikan yang terbaik bagi-Nya. Namun, bagaimana jika panggilan Tuhan tersebut ternyata meleset jauh dari apa yang kita pernah bayangkan sebelumnya? Bagaimana jika tempat pelayanan yang disiapkan oleh Tuhan ternyata harus membuat kita keluar dari zona nyaman yang telah kita nikmati selama ini? Apakah kita akan tetap memilih untuk mendengar dan menanggapi panggilan Tuhan tersebut ataukah sebaliknya, justru kita menutup telinga erat-erat dan berpura-pura tidak mendengar suara-Nya?

Lewat kesaksian ini, kita bisa mempelajari beberapa hal berikut saat kita mendapatkan panggilan dari Tuhan:

  • Jangan keraskan hatimu

“Tetapi apabila pernah dikatakan: “Pada hari ini,  jika kamu mendengar suara-Nya,  janganlah keraskan hatimu seperti dalam kegeraman” (Ibrani 3:15).

Demikian juga dengan setiap kita yang sudah dengan jelas mendengar panggilan Tuhan atau bahkan sampai mengalami kejadian-kejadian nyata yang membuat kita menjadi peka dan yakin terhadap panggilan Tuhan itu. Mari kita jangan keraskan hati, Pdt. Tirianus melalui kesaksiannya di GPdI Rajawali Surabaya menceritakan bahwa beliau semata-mata tidak langsung meng-iyakan panggilan Tuhan tersebut. Beliau mengalami beberapa pergumulan panjang dan luar biasa sebelum akhirnya mengambil sebuah keputusan yang akan mengubah hidupnya kedepan, yaitu bersedia memberi diri untuk melayani di pedalaman Papua. Sebuah keputusan yang sangat tidak mudah, kondisi dan situasi yang akan sangat berbeda dengan kehidupan yang dijalani saat ini, tidak boleh dijadikan alasan untuk kita mengabaikan suara-Nya dan menolak panggilan Tuhan.

 

  • Taat dan setia

“Tetapi Yunus bersiap untuk melarikan diri ke Tarsis, jauh dari hadapan TUHAN; ia pergi ke Yafo dan mendapat di sana sebuah kapal, yang akan berangkat ke Tarsis. Ia membayar biaya perjalanannya, lalu naik kapal itu untuk berlayar bersama-sama dengan mereka ke Tarsis, jauh dari hadapan TUHAN” (Yunus 1:3).

Ketika mendengar suara dan panggilan Tuhan,  yang perlu kita lakukan adalah taat. Sama seperti salah satu tokoh Alkitab yang namanya sering kita dengar saat sekolah minggu dulu yaitu Yunus, memilih untuk kabur dari Tuhan ke Tarsis karena Yunus merasa perjalanan ke Niniwe akan sia-sia. Sebab Yunus tahu Tuhan mempunyai belas kasih yang begitu luar biasa, sehingga Tuhan mengampuni Niniwe dan tidak jadi memusnahkan kota tersebut karena seisi kota Niniwe sungguh-sungguh dalam bertobat. Pada akhirnya, Yunus diijinkan Tuhan masuk ke dalam perut ikan selama tiga hari tiga malam. Dari kisah tersebut, bisa kita pelajari bahwa Yunus tidak taat terhadap perintah Allah meskipun tahu apa yang harus diperbuatnya. Janganlah menjadi Yunus masa kini,  taatlah dalam setiap panggilan dan lakukan panggilan itu dengan setia.

 

  • Mengetahui bahwa Tuhan memanggil kita bukan tanpa alasan

“Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil  sesuai dengan rencana Allah” (Roma 8:28).

Tuhan kita adalah Tuhan yang Maha mengetahui. Bahkan Tuhan adalah satu-satunya pribadi yang  mengenal diri kita jauh dari pada kita mengenal diri kita sendiri, oleh karena itu,  Tuhan juga pasti memiliki alasan kongkrit mengapa Dia memanggil kita untuk melayani-Nya. Pdt. Tirianus tahu betul hal ini dan beliau tetap mengerjakan panggilannya tanpa mengeluh,  padahal beliau awalnya berdomisili di kota Besar yang segala sesuatunya mudah dijangkau, lalu tiba-tiba harus pindah ke sebuah tempat baru yang gersang, bahkan untuk memasak saja masih memakai alat masak tradisional yang  jarang sekali di bersihkan.  Namun bukan hanya sekedar itu,  penduduk asli di Wamena belum mengenal baju modern, mereka masih mengenakan koteka dan masih sangat kental dengan adat yang diwariskan turun-temurun.

Segala sesuatu yang  terjadi itu bukan kebetulan. Tuhan tidak menggariskan hal sekecil apapun tanpa sebuah alasan. Oleh karena itu,  kita sebagai anak Tuhan perlu menjadi peka terhadap suara dan panggilan Tuhan tersebut,  menjadi taat, mendengarkan suara-Nya dan melakukan setiap panggilan dengan setia. Lakukan apa  yang menjadi bagian kita, maka Tuhan akan melakukan bagianNya terhadap kita.

Sumber: www.lenterahidup.com

DOA Memulai Hubungan Pribadi dengan Tuhan Yesus Kristus:
Saya percaya bahwa Darah Yesus Kristus yang telah dicurahkan adalah untuk penebusan atas segala hutang dosa saya.
Saya percaya hanya melalui Tuhan Yesus saya beroleh pengampunan yang kekal.
Dan mulai saat ini juga, saya menerima Engkau sebagai Tuhan dan Juruselamat hidup saya pribadi.
Saya mengundang ROH KUDUS tinggal didalam hati saya untuk menuntun saya dalam setiap langkah dan pengenalan saya akan Egkau.
Saya berdoa Hanya di Dalam Nama Tuhan Yesus Kristus, AMIN.

Leave a Comment