Patah Hati Membuatku Berbalik Pada Tuhan

Oleh Fenny Lusiana, Jakarta

Saat aku duduk di kelas 3 SMA, aku mempunyai seorang sahabat lak-laki. Ia orang yang mengerti aku, selalu ada di saat aku sedih, dan selalu siap untuk mendengar keluh kesahku. Kedekatan ini membuatku menyukainya selama satu tahun.

Setelah lulus SMA, kami pun berpacaran. Aku merasa sangat bahagia bisa berpacaran dengan sahabatku sendiri. Karena terlalu senang, aku tidak berdoa sebelum membuat keputusanku. Aku tidak peduli apakah hubungan ini dikehendaki Tuhan atau tidak. Aku hanya mementingkan perasaanku sendiri—aku senang dan cintaku terbalaskan.

Sebelum berpacaran, aku selalu memiliki waktu untuk berdoa di pagi dan malam hari. Namun setelah berpacaran, hubungan yang kujalani membuatku jauh dari Tuhan. Pacarku menjadi berhalaku, seluruh waktuku dipakai untuk berkomunikasi dengannya. Ketika bangun di pagi hari, hal pertama yang muncul di pikiranku bukanlah ungkapan syukur untuk hari yang baru dan perlindungan Tuhan, melainkan memberi kabar kepadanya bahwa aku sudah bangun tidur. Tidak berbeda dengan sebelum tidur, aku memilih untuk mengucapkan “good night” kepadanya melalui pesan singkat daripada berdoa. Lebih dari itu, aku bahkan mencuri-curi waktu untuk berkabar pada pacarku di tengah-tengah sesi khotbah di ibadah Minggu, agar ia tidak menunggu pesan dariku.

Hidupku adalah tentang pacarku. Aku lebih suka membangun komunikasi dengan dia dibandingkan berkomunikasi dengan Tuhan. Saat itu, aku belum memiliki relasi yang cukup dekat dengan Tuhan dan belum mengenal pentingnya bersaat teduh setiap hari. Menjalin relasi dengan Tuhan kuanggap cukup dengan melakukan kewajiban beribadah di gereja, pelayanan setiap hari Minggu, dan berdoa tiap pagi dan malam.

Pada tanggal 6 Agustus 2016—Beberapa hari sebelum, hari pertama masuk kuliah—aku putus dengan pacarku. Hubungan ini nyatanya tidak bertahan lama dan putus begitu saja karena faktor eksternal. Alasannya karena, orang tua nya tidak setuju dengan hubungan ini, dan memaksa kami untuk mengakhiri hubungan ini. Seminggu pertama setelah putus kuhabiskan dengan menangis setiap malam. Aku merasa hancur dan sangat kehilangan, duniaku seakan berakhir. Setiap pagi, mataku selalu bengkak karena menangis terlalu lama.

Kejadian yang menyakitkan ini sempat membuatku memutuskan untuk tidak berpacaran lagi, untuk menghindari perasaan sakit hati. Aku mengalami ketakutan jika suatu hari hal yang sama akan terjadi lagi padaku.

Namun, aku tersadar bahwa Tuhan menangkapku kembali melalui momen patah hati yang kualami. Tuhan mempertemukanku dengan kakak-kakak rohani di Persekutuan Mahasiswa Kristen (PMK) di kampusku. Melalui PMK, kerohanianku mulai bertumbuh. Aku menyadari betapa pentingnya memiliki waktu teduh setiap harinya untuk semakin mengenal Tuhan.

Sekarangku memutuskan untuk tetap single selagi aku kuliah. Bukan karena aku takut sakit hati, tapi karena aku ingin memaksimalkan waktuku untuk studi. Hingga saat ini, aku sudah berstatus single selama tiga tahun. Status single membuatku memiliki lebih banyak waktu untuk mengenal Tuhan, terlibat aktif dalam pelayanan di gereja dan juga kegiatan-kegiatan kampus. Tuhan juga memberiku kepercayaan untuk memimpin sebuah kelompok kecil di kampus. Aku merasakan indahnya membangun relasi dengan Tuhan dan mengalami apa yang disebut dengan pertumbuhan rohani.

Tuhan begitu mengasihiku. Ia tetap setia meskipun aku tidak setia dan tidak taat. Ia memanggilku kembali sebelum aku terlalu jauh, dan Ia mengizinkanku mengalami patah hati untuk menyadarkanku bahwa hanya Ia satu-satunya Pribadi yang tidak akan pernah mengecewakanku. Ia tidak akan membiarkanku sendiri dan tidak akan pernah meninggalkanku.

“Sebab TUHAN, Dia sendiri akan menyertai engkau, Dia tidak akan membiarkan engkau dan tidak akan meninggalkan engkau; janganlah takut dan janganlah patah hati” Ulangan 31: 8.

Pembelajaran yang aku ambil

Aku belajar untuk lebih melibatkan Tuhan dalam setiap keputusan yang hendak kuambil, apalagi sebelum memulai hubungan dengan lawan jenis. Dulu, aku hanya mengutamakan perasaan senang semata dan tidak memedulikan kehendak Tuhan. Sekarang, aku selalu berusaha untuk bertanya pada Tuhan, “Apakah dia orang yang Tuhan kehendaki?”

Dalam masa penantian ini, aku selalu berdoa agar Tuhan mempertemukanku dengan orang yang dapat membawaku untuk semakin bertumbuh di dalam Tuhan. Kelak melalui hubungan yang dijalani, aku rindu agar aku dan pasanganku nanti dapat dipakai Tuhan untuk saling menguatkan di dalam iman. Aku yakin dan percaya Tuhan sudah mempersiapkan pasangan yang terbaik untukku, sebab di dalam-Nya selalu ada pengharapan yang tidak pernah mengecewakan. Haleluya.

Sumber: warungsatekamu.org

Seringkali kita sebagai manusia ingin melupakan masa lalu, entah karena dosa, kesalahan dan kegagalan kita. Banyak dari kita yang ingin mendapatkan sebuah awal yang baru, Tahukah kamu kalau Tuhan sudah menyediakan fresh start, sebuah anugerah yang sempurna, sehingga kamu menerima pengampunan dan kamu bisa meninggalkan semua dosa, kesalahan dan kegagalan kamu di masa lalu.

Semua kegalauan, keputusasaan, kekosongan yang kamu rasakan dalam hatimu, itu karena Tuhan tidak ada dalam hidupmu. Kita diciptakan untuk punya hubungan dengan Tuhan, tapi karena dosa kita terpisah dari Tuhan.

Tapi sebenarnya Tuhan sudah menyelesaikan masalah ini.
Jawaban dari semua masahmu ada di dalam Yesus, Dia sudah menanggung semua dosa kita di salib. Yesus mati untuk menebus dosa kita semua. Dan Dia bangkit dari antara orang-orang mati . Menang atas dosa.
Yesus melakukan itu semua karena Dia mengasihi kamu.

Kalau kamu ingin mengenal siapa Yesus lebih lagi, silahkan chat dengan kami.

Silahkan Whatsapp ke:
Whatsapp: +62 889-1466-144

Untuk kalangan sendiri

Leave a Comment