Pelayanan, Sarana Aku Bertumbuh di dalam Tuhan

Oleh Novita Sari Hutasoit, Tangerang

Di awal bulan September lalu, aku menerima pesan WhatsApp dari salah satu kakak yang aku belum pernah bertemu dan mengobrol dengannya. “Hai Novita, aku Maria. Apakah ada free time untuk aku izin sharing pelayanan samamu?”, begitulah isi pesan WhatsApp darinya.

Pesan tersebut aku balas keesokan harinya dan singkat cerita tibalah kami di topik pembicaraan sharing pelayanan apa yang dimaksud oleh kakak tersebut. Dia mengajakku berdoa untuk ambil bagian dalam pelayanan perayaan Natal sebagai sekretaris-bendahara. Pelayanan ini adalah pelayanan yang sudah kunikmati sejak aku berada di kampus.

“Aku doakan terlebih dahulu ya, kak”, jawabku.

“Apakah Senin ini boleh kutanyakan konfirmasinya dek?” tanyanya lagi.

Empat hari kemudian, tepat di hari Senin setelah aku mendoakannya, aku menjawab bersedia untuk menjadi sekretaris-bendahara dalam kepanitiaan Natal tersebut.

Akan tetapi, dua hari setelah aku menjawab bersedia menjadi sekretaris-bendahara, kakak tersebut menghubungiku kembali dan menyampaikan ingin mensharingkan sesuatu hal lagi. Pikirku pasti kakak itu ingin sharing hal-hal terkait dalam jobdesc-ku sebagai sekretaris-bendahara. Tetapi apa yang aku pikirkan tidak tepat, ternyata kakak tersebut ingin mengajakku berdoa kembali. Dia menawariku untuk menjadi ketua. Hal tersebut dikarenakan orang yang sudah disharingkan sebelumnya menjadi ketua belum bersedia karena beberapa hal. Akan tetapi walaupun begitu, dia tetap ambil bagian dalam kepanitiaan tetapi tidak sebagai ketua.

“Ha, kok aku sih kak? Aku baru loh disini, belum paham sepenuhnya”, jawabanku via telepon sambil refleks memukuli bantalku saat itu karena terkejut.

Setelah menjelaskan dan berbagi alasan mengapa kakak itu mengajakku mendoakan sebagai ketua serta meyakinkanku untuk ambil waktu dahulu sebelum memberi jawaban, akhirnya aku menjawab “Yaudah kak, kudoakanlah dulu ya”.

Aku teringat sebuah pesan dari seorang alumni. Ketika mendoakan pelayanan, bukan lagi mendoakan apakah pelayanan ini aku terima atau sebaliknya, melainkan memohon peneguhan dari-Nya untuk dimampukan mengerjakan pelayanan tersebut. Hal yang sama pulalah yang aku lakukan saat berdoa kepada Tuhan. Jika memang pelayanan ini harus kukerjakan, kiranya Dia meneguhkan aku dan memampukan untuk mengerjakannya. Tidak banyak waktuku saat itu untuk berdoa, karena aku harus segera memberi jawaban agar kami bisa memulai rapat perdana mengingat waktu yang tidak banyak lagi. Sewaktu bergumul dalam dua hari tersebut aku banyak diingatkan oleh Tuhan.

Pertama, aku mengingat kisah empat tahun yang lalu, aku juga diajak untuk berdoa sebagai koordinator pelayanan di kampusku. Jujur saja waktu itu aku mendoakan untuk ambil bagian dalam salah satu komisi yang sudah lama aku ingin ambil bagian di dalamnya, bahkan sejak periode awal aku menjadi pengurus di kampus. Tidak pernah aku berdoa bahkan berpikiran untuk menjadi koordinator, karena bagiku itu sangat berat. Tetapi setelah sharing dengan kakak kelompokku, teman-teman pelayanan dan alumni yang mendampingi saat itu, aku mencoba untuk mendoakannya dan saat itu meyakini Tuhan memanggilku untuk menjadi gembala di dalam kepengurusan pelayanan di kampus. Sebagai orang yang tidak terbiasa berbicara di depan orang banyak aku takut menghadapi karakter teman-teman pengurus lainnya, aku juga takut jika studiku nanti terkendala. Namun, oleh anugerah-Nya aku dimampukan untuk melewati itu semua dan menyelesaikan kepengurusan dengan banyak pembentukan yang Dia berikan yang membuat aku bertumbuh dalam banyak hal, terutama karakter.

Dan yang kedua, aku beserta adik-adik kelompok kecilku sedang membahas tentang topik “melayani” dari bahan PA yang kami gunakan. Kami sama-sama belajar, bahwa melayani merupakan hak istimewa yang dianugerahkan Allah kepada kita anak-ana-kNya, bahkan melayani merupakan salah satu bentuk ungkapan syukur atas kasih Allah kepada kita. (Memulai Hidup Baru, hal 40).

Aku sungguh bersyukur ketika diingatkan akan kedua hal tersebut. Aku ditajamkan kembali bahwa ketika aku diberi kesempatan untuk melayani-Nya itu adalah hak yang sangat istimewa. Sebagaimana Dia telah menolongku empat tahun yang lalu, pastilah Dia yang kulayani yang akan kembali memampukanku. Tuhan tentu memampukanku untuk bayar harga di dalam banyak hal, misalnya waktu. Sebagai alumni yang bekerja dan kadangkala sesampainya di kos sudah lelah, weekend adalah momen yang tepat untuk istirahat tetapi mungkin ketika melayani weekend tersebut akan digunakan untuk mengerjakan pelayanan ini.

Setelah berdoa, aku kembali menghubungi kakak itu dan menyampaikan bahwa aku bersedia menerima pelayanan sebagai ketua. Sampai saat ini, aku masih takut dan tidak tahu pembentukan seperti apa yang akan terjadi dalam hidupku lewat kepanitiaan ini. Tetapi setiap mendoakannya, aku selalu diingatkan ketika aku bergantung dan menyerahkan semuanya kepada Tuhan bahkan dalam hal sekecil apapun dalam kepanitiaan tersebut, Tuhan menyertai dan memampukan.

Persiapan Natal yang akan aku kerjakan bersama teman-temanku adalah persiapan menyambut Yesus, Sang Bayi Natal yang hadir ke dunia untuk melayaniku, melayani teman-teman panitia, melayanimu, dan melayani kita semua umat manusia. Haruskah kita masih sulit memberi diri dalam melayani Sang Juruselamat Dunia?.

Tuhan memberikan kita bermacam-macam sarana untuk bertumbuh salah satunya adalah Pelayanan (Eugene Peterson)

Sumber: warungsatekamu.org

Tidak ada seorangpun dalam hidup ini yang menyukai masalah. Tetapi masalah tidak bisa kita hindari. Saat ini kami mengajak kamu untuk coba merenungkan bagaimana cara kita bisa keluar dari masalah itu . Ternyata jawabannya cuma satu. Apapun masalahnya, jawabannya ada pada Injil.

Kenapa Injil? Injil itu adalah kasih Tuhan kepada manusia. Injil disini bukan dalam konteks agama tapi kasih Tuhan kepada manusia. Siapapun orangnya,dalam hati kecilnya percaya bahwa ada Tuhan yang menjadikan semuanya.

Untuk itu saat ini kalau kamu sedang menghadapi sesuatu dalam hidup percayalah dan datanglah kepada Injil itu yang adalah Yesus Kristus Tuhan.

Dalam dunia ini tidak ada siapapun kecuali Yesus Kristus Tuhan yang pernah berkata Akulah Jalan, Akulah Kebenaran dan Akulah hidup. Semua manusia hidup kalau tidak menemui jalan berarti dia ketemu jalan buntu.Jadi bagaimanapun keadaanmu saat ini, datanglah kepada Yesus.

Kalau kamu ingin mengenal siapa Yesus lebih lagi, silahkan chat dengan kami.
Silahkan Whatsapp ke:
Whatsapp: +62 889-1466-144

Untuk kalangan sendiri

Leave a Comment