Pelayanan Tanpa Intimidasi

Melayani warga binaan yang sedang berurusan dengan penegak hukum di Rumah Tahanan Negara dan Lembaga Pemasyarakatan membutuhkan hikmat dan hati yang penuh rasa belas kasihan. Apapun dosa dan kesalahan yang telah mereka perbuat hingga mengakibatkan mereka harus meringkuk di balik terali besi, mereka layak untuk dikasihi bukan diintimidasi. Mereka adalah anak-anak Tuhan yang tersesat dan kehilangan kesadaran karena terbawa arus kehidupan dunia yang bertambah hari semakin jahat dengan berbagai macam tindak kriminal di dalamnya. Sepertinya penguasa dunia kejahatan itu sedang bermanuver secara membabi-buta untuk menyeret sebanyak mungkin manusia menjadi korbannya, tak terkecuali anak-anak Tuhan yang kehilangan kesadaran bisa menjadi sasarannya, seperti nasihat Firman Tuhan yang berikut ini :

“ Sadarlah dan berjaga-jagalah! Lawanmu, si Iblis, berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya,”  (1 Petrus 5:8)

Mari kita renungkan sejenak, siapa yang dapat ditelannya? Tentu saja anak-anak Tuhan yang sedang mabuk dengan segala kesenangan dunia dan segala perbuatan jahat yang melawan hukum, seperti merokok, minum alkohol, mengisap ganja dan klimaknya adalah pesta narkoba. Sebagian lagi ada yang terlibat dalam tindak kriminal, seperti mencuri, menipu, menganiaya, dan masih banyak  jenis kejahatan lainnya yang melibatkan anak-anak Tuhan diseret oleh petugas keamanan dan dikurung di dalam ruang tahanan yang membuatnya sangat terpukul. Dalam pelayanannya di rutan dan lapas selama ini, Penulis bersama tim banyak bertemu dengan anak-anak Tuhan yang seharusnya melayani warga binaan di lokasi tersebut, namun yang terjadi justru mereka yang harus dilayani. Tentu saja kondisi itu membuat mental mereka semakin terguncang dan stres berat, perasaan malu dan rendah diri sudah pasti dialaminya, di tempat itu hanya rasa sedih dan ketakutan yang menemaninya. Adakalanya, mereka dihujat dan diasingkan oleh teman-teman dan keluarga mereka, akibatnya kondisi mereka semakin terpuruk dan bahkan nyaris putus asa karena berbagai tekanan dan intimidasi yang bertubi-tubi datang silih berganti dari berbagai pihak. Ini adalah kisah nyata, adakah di antara pembaca artikel ini yang merasa tersentuh dan rindu ingin menolongnya?

Penulis bersama tim pelayanan yang tergabung dalam Perkumpulan Missi Amanat Agung (PMAA) merasa terpanggil untuk mengunjungi dan melayani mereka tanpa memandang latar belakang, suku, budaya dan agama. Penulis dan kawan-kawan sepelayanan mencoba menghampiri dan mengulurkan tangan kepada mereka dengan sentuhan yang lemah lembut dan penuh kasih, memperhatikan bahasa tubuh dan sorotan matanya tampak jelas mereka tidak dapat menyembunyikan duka nestapa dan seribu luka yang nyeri di dalam dadanya. Terkadang ada diantara mereka yang tidak segan-segan menceritakan kasus hukum yang sedang menjeratnya, kepada para pelayan mereka menyatakan rasa penyesalannya sambil meneteskan air mata. Penulis yang bertindak sebagai leader telah membekali para pelayan sebelum berhadapan dengan warga binaan, untuk meminimalisir setiap ucapan dan perlakuan negatif yang membuat warga binaan merasa tidak nyaman. Oleh karenanya Penulis sebagai leader menyampaikan beberapa himbauan khusus bagi para pelayan saat menghadapi warga binaan, antara lain :

  • Tidak mewawancarai warga binaan sehubungan dengan kasus yang sedang menimpanya, dan tidak mengucapkan kata-kata negatif yang berupa intimidasi, atau menghakimi dengan menggunakan ayat-ayat Alkitab. Karena melayani itu mengasihi bukan menghakimi, melayani itu memotivasi bukan mengintimidasi, melayani itu berarti membela bukan mencela, dan setiap kehadiran para pelayan harus mampu membuat warga binaan merasa bersukacita dan bukan membuat mereka semakin berdukacita.
  • Tidak berbicara tentang teologi dan doktrin agama yang secara rohani tidak ada korelasinya dengan keselamatan, sebab yang mereka butuhkan saat itu adalah bimbingan dan siraman rohani yang menyegarkan jiwanya dan membangkitkan kembali semangat hidupnya dari segala keterpurukan yang sedang dialaminya.
  • Tidak meminta alamat tempat tinggal dan nomor telepon warga binaan apapun alasannya tanpa seizin Leader sebagai penanggungjawab tim pelayanan, hal itu sangat penting untuk menghindari berbagai tanggapan yang negatif dari warga binaan.
  • Tidak berbicara masalah hukum dan politik kepada warga binaan yang tidak ada hubungannya dengan pelayanan rohani yang dilakukan, hal itu juga penting untuk menghindari tanggapan negatif dari petugas keamanan yang selalu mengawasi setiap kegiatan pelayanan yang dilakukan, bahkan setiap sudut ruangan dilengkapi dengan kamera pengintai untuk memantau kegiatan pelayanan.
  • Tidak memberikan atau menerima sesuatu barang apapun kepada atau dari warga binaan tanpa seizin petugas keamanan, karena sangat rentan untuk disalahgunakan oleh kedua belah pihak, baik yang memberi maupun yang menerima.
  • Tidak mengajak orang lain yang bukan tim pelayanan memasuki wilayah pelayanan apapun alasannya tanpa seizin Leader atau Koordinator tim pelayanan, untuk menghindari penyusupan yang bisa terjadi dan dapat merusak nama baik tim pelayanan.
  • Tidak menggunakan kamera atau segala bentuk peralatan elektronik lainnya untuk mengabadikan atau merekam gambar atau suara selama berada di wilayah pelayanan, kecuali tim pelayanan yang telah ditunjuk oleh Leader atau Koordinator Tim pelayanan untuk keperluan dokumentasi.
  • Tidak membagikan informasi kepada publik atau kepada siapapun yang berhubungan dengan privasi pribadi warga binaan, baik secara lisan maupun tertulis, baik melalui dunia maya, atau melalui berbagai media sosial lainnya, untuk menghindari sanksi yang bisa dikenakan sesuai undang-undang Informasi Transaksi Elektronik (UUD ITE).
  • Tidak memakai rok pendek di atas lutut khusus bagi pelayan wanita, sebaiknya memakai celana panjang atau pakaian lain di bawah lutut, dan masih ada beberapa himbauan lainnya yang tidak tertulis untuk menjaga nama baik komunitas tim pelayanan, dan terutama untuk menjaga predikat pelayan sebagai Hamba Tuhan yang melaksanakan tugas suci dan mulia yang Tuhan percayakan kepadanya.

Tata tertib pelayanan tersebut berlaku bagi setiap anggota tim pelayanan, dan bagi siapapun yang bergabung dengan Tim Pelayanan PMAA, sehingga pelayanan benar-benar dapat dilakukan tanpa intimidasi, dan sekaligus menjadi branded atau ciri khas pelayanan dari Tim Pelayanan PMAA.

Beban mental warga binaan tersebut sudah cukup berat, karenanya kehadiran para pelayan dari Tim pelayanan PMAA harus mampu mengurangi beban mental mereka dan bukan sebaliknya, adapun jenis pelayanan yang diberikan oleh Tim Pelayanan PMAA kepada warga binaan, adalah :

  • Pelayanan Firman Tuhan yang berisi motivasi rohani bagi warga binaan tanpa ada intimidasi atau tegoran yang dapat mengusik kenyamanan mereka sekalipun berdasarkan Alkitabiah. Penulis dan Tim Pelayanan banyak belajar dari Tuhan Yesus dalam melayani masyarakat dan kaum yang tersingkirkan. Salah satu contoh pelayanan Tuhan Yesus yang patut diteladani oleh para pelayan, adalah pelayanan Tuhan Yesus kepada Zakheus Kepala Pemungut Cukai yang oleh sekelompok orang lain dianggap orang berdosa. Tetapi coba perhatikan baik-baik apa kata Yesus ketika melihat Zakheus yang memanjat pohon ara itu?

Ketika Yesus sampai ke tempat itu, Ia melihat ke atas dan berkata : “Zakheus, segeralah turun, sebab hari ini Aku harus menumpang di rumahmu.”     (Lukas 19:5).

Tuhan Yesus mengasihi Zakheus dan menarik simpatinya tanpa mengintimidasi, dan dalam ayat berikut Zakheus memberikan pernyataan yang luar biasa, bukan karena diintimidasi oleh Tuhan Yesus, tetapi karena Zakheus merasa dikasihi-Nya.

Tetapi Zakheus berdiri dan berkata kepada Tuhan: “ Tuhan, setengah dari milikku akan kuberikan kepada orang miskin dan sekiranya ada sesuatu yang kuperas dari seseorang akan kukembalikan empat kali lipat.” (Lukas 19:8).

  • Pelayanan sharing dan konseling secara pribadi dengan setiap warga binaan, dalam pelayanan ini tim pelayanan lebih banyak mendengar dari pada berbicara, memberikan kesempatan kepada setiap warga binaan untuk mencurahkan isi hatinya atas dorongan hati nuraninya sendiri dan bukan karena di wawancarai.
  • Pelayanan do’a syafa’at berkelompok bagi setiap warga binaan dengan sentuhan yang lemah lembut dan penuh kasih, sehingga mereka menyadari kesalahannya dan berjanji untuk berubah menjadi lebih baik, bukan karena ancaman tapi karena sentuhan.
  • Pelayanan jamuan kasih, berupa pemberian makanan ringan/snack, biskuit dan berbagai kebutuhan pribadi lainnya, seperti sabun mandi, shampo, pasta gigi dan kebutuhan lainnya yang juga diberikan berupa Alkitab dan buku-buku rohani untuk menemani mereka selama sekolah di tempat tersebut.

Himbauan juga ditujukan kepada setiap pembaca artikel ini, jika ada diantara pembaca artikel ini yang ingin bergabung dengan Tim Pelayanan PMAA untuk melayani saudara-saudara kita warga binaan di wilayah pembaca, atau tergerak ingin memberikan bantuan berupa apapun bentuknya sekedar untuk meringankan beban warga binaan yang di dalam penjara dan tak berdaya. Bagi Pembaca yang ingin mengetahui lebih banyak tentang seluk beluk pelayanan Penulis bersama timnya, silahkan tulis komentar anda atau silahkan hubungi alamat email berikut ini : tsunyoto965@gmail.com. Dan khusus bagi para pembaca yang baru pertama kali membaca artikel ini, direkomendasikan oleh Penulis untuk menyimak artikel sebelumnya yang berjudul  “ Berkat Dibalik Terali Besi (II) ” yang telah ditayangkan pada tanggal 25 September 2018 yang lalu, dan nantikan artikel berikutnya dengan thema “ Penyertaan Tuhan Yesus itu sempurna ” yang akan segera hadir di media yang sama. Selamat Bergabung dan Selamat Melayani, Tuhan Yesus memberkati !

 

Penulis         :  Pdt. Timotius Sunyoto, M.Miss

Kesaksian     :  Ke. V

 

 

 

Sumber: ebahana.com

Jika Anda ingin berbagi kisah hidup atau minta dukungan doa silahkan Whatsapp ke:
Whatsapp: +62 889-1466-144

Tuhan Yesus Memberkati
Untuk kalangan sendiri

Leave a Comment