Pengakuan Seorang Kristen Praktis

Penulis: Karen Kwek, Singapura
Artikel asli dalam Bahasa Inggris: Confessions of a Christian Life Hacker

Suatu hari aku terkesan melihat seorang teman membuka sebungkus keripik, melipat bagian ujung bawah bungkusan itu lalu melipat bagian sampingnya hingga bungkusan itu dalam sekejap berubah menjadi wadah cemilan. Tidak ada alat khusus, hanya sedikit trik menggunakan bungkus keripik—sangat kreatif! Di hari lain aku mengagumi suamiku yang bisa membuat semua perangkat elektronik kami terhubung tanpa kabel, juga membuat semua layanan televisi, video, dan channel hiburan bisa diakses keluarga kami hanya dengan satu remote control. Hidup kini menjadi jauh lebih mudah!

Aku sangat suka dengan yang namanya “life-hack”—cara-cara kreatif dan jalan pintas pemecahan masalah yang dapat meningkatkan produktivitas. Dulu, cara-cara yang bisa sangat menghemat waktu tersebut biasanya merupakan ilmu praktis yang hanya diturunkan dari orangtua kepada anak, dari pelatih kepada muridnya. Kini, kita berterima kasih pada industri komputer yang telah memperbarui konsep lama ini dan membuatnya menjadi viral. Semua orang jadi bisa mengaksesnya.

Pada tahun 2004, jurnalis kolom teknologi, Danny O’Brien mempelajari proses kerja para ahli komputer yang punya produktivitas tinggi. Ia menemukan bahwa para ahli tersebut punya satu kesamaan, yaitu memiliki trik-trik tertentu yang dapat membuat pekerjaan programming mereka menjadi jauh lebih mudah dan cepat (mereka biasanya dikenal sebagai para “hackers”). Muncullah istilah “life hacks”. Dalam perkembangannya, orang mulai memakai istilah tersebut untuk menyebut setiap trik yang dapat menolong kita mengerjakan sesuatu lebih cepat, lebih baik, dan seringkali juga lebih ekonomis. Hari ini, dengan internet dan platform seperti YouTube, berbagai trik kreatif tersebut bisa dipelajari siapa saja dan di mana saja.

Jika ada cara yang lebih baik dan mudah, siapa yang tidak suka?

Mulai dari cara cepat menggunakan program komputer (misalnya dengan menekan satu tombol tertentu pada keyboard), cara pintar untuk mengupas dan memotong buah, hingga strategi berlibur dengan anggaran minimum, life hacks selalu menarik hatiku, setidaknya karena beberapa alasan berikut:

1. Life hacks memungkinkan aku bekerja lebih sedikit…. dan menikmati hidup lebih banyak. Aku tidak perlu bekerja terlalu keras untuk menyelesaikan hal-hal yang sulit, sehingga aku bisa punya waktu lebih banyak untuk bersantai dan menikmati hasil pekerjaanku.

2. Aku merasa cerdas ketika aku bisa memecahkan sendiri sebuah masalah dengan waktu yang jauh lebih singkat atau biaya yang lebih murah daripada yang seharusnya, tidak perlu minta bantuan ahli. Bisa dikatakan siapa saja kini bisa menjadi seorang “ahli” cukup dengan mempelajari artikel dan video tertentu yang tersedia di internet.

3. Aku senang mendapatkan kepuasan instan sebagaimana manusia pada umumnya. Manusia ingin mendapatkan berbagai hal dengan segera. Bisa mendapatkan apa yang kita inginkan dengan segera membuat kita merasa puas. Kita tidak suka menunggu, karena menunggu itu membuat kita stres dan khawatir. Perusahaan-perusahaan iklan dan para penjual seringkali memanfaatkan kecenderungan psikologis manusia ini dalam memasarkan produknya, misalnya dengan menyediakan layanan “on-demand”.

Menurutku, alasan-alasan semacam ini muncul karena dalam dunia modern, kita telah dimanjakan dengan beragam pilihan barang dan jasa. Banyak yang bersaing mendapatkan perhatian dan uang kita. Sebagai konsumen modern, kita ibarat raja yang biasa mendapatkan solusi cepat dan mudah. Kita membangun pola pikir yang “sepraktis mungkin”. Coba saja perhatikan seberapa sering kita gelisah ingin mendapatkan hasil—secepat mungkin?

Kita melihat versi “instan” hampir dalam segala sesuatu, mulai dari kopi sampai persetujuan kartu kredit. Para peneliti bioteknologi terus menemukan cara-cara pengembangbiakan tanaman dan hewan yang lebih cepat agar bisa dinikmati di piring saji dengan lebih cepat pula. Artikel dan berita dikemas sedemikian rupa agar orang bisa mendapatkan informasi yang maksimal meski hanya membacanya sepintas—berapa sering kita membaca judul seperti “5 Langkah Menjadi Kaya” atau “7 Rahasia Orang Sukses”? Tidak perlu susah-susah magang untuk belajar sesuatu, tidak perlu membaca seluruh isi buku panduan untuk mendapatkan petunjuk-petunjuk terpenting—kita bahkan bisa membuat yang sudah praktis menjadi lebih praktis lagi.

Dapatkah kita menjalani kehidupan Kristen sepraktis mungkin?

Tidak hanya pekerjaan, kita akan sangat senang bila semua bidang kehidupan bisa dibuat “sepraktis mungkin”. Kecenderungan ini diamati oleh Danny O’Brien, “Bagi kebanyakan orang … kehidupan modern hanya berisi masalah yang luar biasa kompleks untuk diselesaikan. Tetapi, kita dapat membagi masalah itu menjadi bagian-bagian yang lebih kecil, kita dapat memikirkan beberapa trik untuk memudahkan penyelesaian masalah itu … Gagasan tentang ‘life hacks‘ sangat menarik karena mewakili harapan bahwa kita sebenarnya bisa menjalani hidup dengan lebih mudah, kita bisa menghadapi masalah-masalah yang ada tanpa harus memahami hidup ini secara menyeluruh.”

Tanpa disadari, banyak orang mengharapkan kehidupan bisa demikian. Dengan cara-cara penyelesaian masalah yang cepat, mungkin kita berharap bisa mengendalikan berbagai hal supaya hidup yang rumit ini tidak membuat kita pusing dan kewalahan. Jangan salah paham—aku juga suka menyelesaikan masalah dengan baik dan cepat, aku juga suka bila antrian di bank (atau di tempat lain) bisa lebih pendek. Namun, apakah kehidupan ini hanya sekadar sebuah masalah yang kompleks? Apakah mencari solusi-solusi praktis adalah cara terbaik kita untuk menjalani hidup? Ketika aku merenungkan tentang hal ini, aku menyadari bahwa Alkitab memberikan sebuah perspektif yang berbeda tentang kehidupan.

Hidup itu bukan tentang sebuah masalah, tetapi tentang sebuah hubungan

Salomo, raja besar yang bijaksana telah menghabiskan sepanjang hidupnya mempelajari tentang dunia ini. Dan sekalipun dianggap sangat berhikmat, ia menyimpulkan bahwa kehidupan ini tidak sepenuhnya bisa ia pahami. “Manusia tidak dapat menyelami segala pekerjaan Allah, yang dilakukan-Nya di bawah matahari. Bagaimanapun juga manusia berlelah-lelah mencarinya, ia tidak akan menyelaminya. Walaupun orang yang berhikmat mengatakan, bahwa ia mengetahuinya, namun ia tidak dapat menyelaminya.” (Pengkhotbah 8:17).

Raja Salomo tahu bahwa solusi-solusi praktis bukanlah jawaban terbaik bagi hidup ini—ia sendiri sudah mencoba semuanya! Ia sudah meneliti semua pengetahuan, menikmati semua kesenangan, bekerja keras, menambah harta, dan menjadi sangat kaya, namun tidak ada yang benar-benar memuaskan pencariannya tentang arti hidup ini. Hingga pada satu titik, ia menyadari bahwa segala sesuatu dalam hidup ini diciptakan oleh Allah, dan semua makhluk kelak harus mempertanggungjawabkan hidup mereka di hadapan-Nya. Artinya, kehidupan kita memiliki hubungan dengan Allah. “Ingatlah akan Penciptamu pada masa mudamu,” Salomo menyimpulkan, “…takutlah akan Allah dan berpeganglah pada perintah-perintah-Nya, karena ini adalah kewajiban setiap orang” (Pengkhotbah 12:1,13).

Dengan kekuatan kita sendiri sebagai manusia, kita tidak dapat menyenangkan Tuhan. Kita telah mengabaikan-Nya, tidak menaati-Nya, dan pantas untuk dihukum. Kabar baiknya adalah bahwa Allah telah memulihkan hubungan itu melalui karya penebusan Kristus yang telah mati tersalib untuk menyelamatkan kita. Kehidupan Kristen adalah hubungan yang dipulihkan, hubungan yang nyata dan akan bertahan selamanya. Dan, karena kehidupan Kristen adalah sebuah hubungan, tidak bisa dijalani dengan mengandalkan jalan pintas.

Bahkan, ada tujuan di balik kesulitan-kesulitan yang Allah izinkan kita hadapi—Dia mau membangun karakter kita melaluinya. Rasul Paulus menulis, “… kita tahu, bahwa kesengsaraan itu menimbulkan ketekunan, … dan ketekunan menimbulkan tahan uji dan tahan uji menimbulkan pengharapan” (Roma 5:3-4). Firman Tuhan juga berkata, “Berdiam dirilah di hadapan TUHAN dan nantikanlah Dia” (Mazmur 37:7), kita diminta mempercayai Tuhan untuk berkarya pada waktu-Nya. Namun, bagi kita yang menghendaki kepuasan instan, menunggu itu sangatlah menyiksa!

Menjadi murid Yesus yang setia sungguh membutuhkan kesabaran dan usaha—tidak ada mantra, tidak ada cara yang mudah.

Aku menyadari betapa mentalitas “sepraktis mungkin” tidak menolong dalam hubunganku dengan Tuhan. Betapa sering aku hanya sekadar mengucapkan terima kasih kepada Tuhan sebelum makan atau menyapa-Nya sebentar sebelum tidur, namun tidak pernah berusaha membangun kehidupan doa yang sehat dan teratur atau sikap yang dengan rendah hati bergantung pada Tuhan. Betapa sering aku lebih memilih membaca sebentar sepotong ayat Alkitab yang menenangkan hati daripada mempelajari seluruh perikopnya secara mendalam, karena merasa kedua cara itu sama-sama berarti aku sudah membaca firman Tuhan. Betapa sering aku membaca firman Tuhan, tetapi lalai menerapkannya dalam kehidupanku sehari-hari. Betapa sering sepulang gereja aku merasa berhak melakukan apa saja yang kusukai karena kewajiban menyembah Tuhan selama 1-2 jam sudah kuselesaikan. Ketika aku terjebak dalam mentalitas ingin hidup “sepraktis mungkin” semacam ini, ironisnya aku kemudian mengabaikan hubunganku dengan Tuhan dan tidak bisa menikmati kehadiran-Nya dalam hidupku.

Life Hack terbaik datang dari Tuhan sendiri

Benar bahwa tidak ada jalan pintas untuk bertumbuh sebagai murid Kristus. Namun, kupikir itu tidak berarti bahwa Tuhan tidak menghendaki kita hidup lebih baik dan efisien. Dia yang menciptakan kehidupan ini justru sangat peduli!

Sebab itulah, Allah sendiri menyediakan jalan keselamatan bagi kita di dalam Yesus Kristus. Dia tahu bahwa semua jalan yang ditempuh manusia hanya akan mendatangkan frustrasi dan tidak akan pernah bisa menyelesaikan masalah-masalah yang ada hingga ke akarnya.

Ketika aku memikirkan kecenderungan hatiku mencari berbagai life hack untuk menolongku keluar dari masalah, aku menyadari bahwa life hack terbaik, yang dapat menolongku dalam berbagai masalah hidup ini sesungguhnya adalah cara/jalan yang disediakan Tuhan sendiri.

Tidak hanya Kristus telah datang untuk menolong kita keluar dari masalah terbesar dalam hidup (dosa), Dia juga memperlengkapi kita dengan firman-Nya untuk menjalani hidup di dunia sekarang ini.

Sebab itu, sangat penting bagi kita untuk memperhatikan firman yang telah diberikan-Nya. Amsal 2:6-11 berkata bahwa “TUHANlah yang memberikan hikmat … dan memelihara jalan orang-orang-Nya yang setia. Dia tidak menjanjikan penyelesaian masalah yang mudah, namun hikmat-Nya dapat melindungi kita agar kita tidak melakukan kesalahan-kesalahan yang akan kita sesali—”Takutlah akan Allah dan berpeganglah pada perintah-perintah-Nya, karena ini adalah kewajiban setiap orang.”

Aku masih akan belajar berbagai trik praktis yang bermanfaat dari situs-situs web favoritku, juga belajar memberdayakan potensi Google untuk membantu memudahkan pekerjaanku. Namun setiap kali melakukannya, aku tidak akan melupakan pelajaran dari Raja Salomo yang bijak, bahwa cara terbaik untuk menjalani hidup adalah dengan mempelajari dan melakukan firman Tuhan.

Sumber: warungsatekamu.org

Tidak ada seorangpun dalam hidup ini yang menyukai masalah. Tetapi masalah tidak bisa kita hindari. Saat ini kami mengajak kamu untuk coba merenungkan bagaimana cara kita bisa keluar dari masalah itu . Ternyata jawabannya cuma satu. Apapun masalahnya, jawabannya ada pada Injil.

Kenapa Injil? Injil itu adalah kasih Tuhan kepada manusia. Injil disini bukan dalam konteks agama tapi kasih Tuhan kepada manusia. Siapapun orangnya,dalam hati kecilnya percaya bahwa ada Tuhan yang menjadikan semuanya.

Untuk itu saat ini kalau kamu sedang menghadapi sesuatu dalam hidup percayalah dan datanglah kepada Injil itu yang adalah Yesus Kristus Tuhan.

Dalam dunia ini tidak ada siapapun kecuali Yesus Kristus Tuhan yang pernah berkata Akulah Jalan, Akulah Kebenaran dan Akulah hidup. Semua manusia hidup kalau tidak menemui jalan berarti dia ketemu jalan buntu.Jadi bagaimanapun keadaanmu saat ini, datanglah kepada Yesus.

Untuk kalangan sendiri

Leave a Comment